Loading...
BUDAYA
Penulis: Tunggul Tauladan 00:20 WIB | Rabu, 26 Agustus 2015

Makna Harmoni dan Refleksi dalam Paperu

Pengunjung menyaksikan karya perupa muda yang terbuat dari kayu dan berbentuk mirip belalang. Karya ini cukup menarik perhatian pengunjung karena bisa bergerak secara aerodinamis. (Foto: Tunggul Tauladan)

YOGYAKARTA, SATUHARAPAN.COM -- Pameran Perupa Muda (Paperu) yang menjadi bagian dalam perhelatan Festival Kesenian Yogyakarta (FKY) ke-27 resmi dibuka pada Selasa (25/8) malam. Dalam pembukaannya, pameran yang dihelat di Sasono Hinggil, Alun-alun Selatan, Yogyakarta ini ditandai dengan pemecahan es batu oleh GBPH Prabukusumo dan perupa kondang, Joko Pekik.

Paperu tahun ini mengambil tema “Laras Sinawang”. “Laras” merujuk pada sebuah ruang-ruang aktualisasi dari konsep keselarasan hidup atau harmoni. Sedangkan kata “sinawang” diambil dari bahasa Jawa, yaitu sawang-sinawang, yang secara harfiah bermakna saling memandang terhadap orang lain dan diri sendiri.

Laras Sinawang sendiri adalah salah satu turunan dari tema besar FKY, yaitu Dandan. Dandan kali ini untuk melihat bagaimana kita bisa membenahi kota, bisa merefleksikan. Bukan hanya dandan untuk merias dan berbenah, tapi lebih bersifat refleksi. Makanya tema pameran di sini adalah Laras Sinawang. Laras adalah sebuah keselarasan dan sinawang adalah kita saling melihat, saling merefleksikan dengan lingkungan sekitar, dengan masyarakat, dan sebagainya,” demikian disampaikan Ketua Paperu, Askita Pinandita.

Menurut Askita Pinandita, Hal menarik dari pameran ini adalah upaya saling merefleksikan dua generasi seniman, yaitu seniman tua (senior) dan seniman muda. Pasalnya, meskipun bertajuk Paperu (Pameran Perupa Muda), namun pameran ini justru mengundang seniman-seniman senior. Tujuannya adalah merefleksikan karya-karya seni di antara dua generasi yang berbeda ini.

“Pameran ini cukup menarik karena tajuknya adalah Pameran Perupa Muda (Paperu) tapi justru seniman yang diundang adalah seniman-seniman senior. Selanjutnya ada pameran yang diisi perupa muda. Jadi di situ kami membuka aplikasi, membuka kesempatan seniman-seniman muda di bawah umur 35 tahun untuk mengirim karyanya. Jadi arti sinawangnya ada di situ. Jadi bagaimana kita melihat seniman tua juga bisa merefleksikan terhadap seniman muda, begitu juga dengan seniman muda merefleksikan karyanya terhadap seniman tua,” tambah Askita Pinandita.

Paperu yang dibuka pada Selasa (25/8) malam ini akan berlangsung hingga Senin (31/8). Beragam karya dari 10 seniman senior dapat dinikmati dalam pameran ini. Mereka adalah Ali Umar, Ardi Puji Wahono, Didi “Painsugar” Suryawan, Mahdi Abdullah, Mujar Siswantoro, Otok Bima Sidharta, Subroto SM, Syahrizal Pahlevi, Teguh Paino, dan Widodo Djiancuk.

Di sisi lain, karya-karya dari seniman muda juga tersaji dalam pameran ini. Karya-karya tersebut beragam, mulai seni lukis hingga karya instalasi. Terdapat 30 perupa muda yang ambil bagian dalam pameran ini. Mereka antara lain Danni Febiana, Eirene Ganap, Arwin Hidayat, Anis Kurniasih, Marten Bayuaji, Rangga Anugrah Putra, dan Tejo Purnomo. 

Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home