Loading...
BUDAYA
Penulis: Ignatius Dwiana 08:59 WIB | Minggu, 29 Juli 2018

Malam Cerita Noken, Kisah Hidup Orang Papua

Malam Cerita Noken. (Foto: Ignatius Dwiana)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Noken bukan sekedar wadah. Tetapi menyimpan kisah hidup orang Papua. Hal ini dituturkan dalam 'Malam Cerita Noken' di Jakarta, Sabtu (28/8).

“Kehidupan kami di Papua ada di dalam noken ini. Saya dilahirkan dan dibesarkan di dalamnya. Dimasukkan dalam noken saat bayi. Saya merasa noken ini memberi kehidupan kepada saya secara pribadi. Noken adalah kehidupan bagi kami orang Papua,” kata Helena.

Noken juga memecahkan kebuntuan Ambrosius Mulait untuk meneruskan pendidikannya. Dia bercerita melalui penjualan noken pada akhirnya dia pun dapat kuliah di Jakarta. Awalnya dia malu karena tidak mau membebani mamanya dengan biaya perkuliahan. Tetapi mamanya meyakinkannya untuk berangkat kuliah.

“Saya sudah siapkan noken sekitar 10. Ini kalau kami jual, pasti kamu bisa berangkat. Akhirnya dari noken itu bisa dapat dana sekitar lima juta. Akhirnya saya berangkat kuliah ke Jakarta. Saya datang Jakarta tetapi tidak tahu Jakarta seperti apa?” kisah Ambrosius Mulait.

Noken ditetapkan di Lembaga Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization, UNESCO) pada 4 Desember 2012 sebagai warisan budaya dunia dan kerajinan tangan orang Papua.

“Bahan noken diambil dari alam secara langsung. Diambil dari sebuah pohon. Dahan, rantingnya, yang sangat muda. Diambil, dikuliti, lalu dijemur di bawah matarahari. Setelah dijemur lalu diolah secara kreatif oleh mama-mama sehingga menjadi benang. Dari benang lalu dirajut menjadi noken. Noken dapat dibuat dari macam-macam bahan yang ada di alam Papua. Seperti anggrek, daun kelapa, dan lain-lain. Diciptakan menjadi berbagai bentuk. Ada yang menjadi tas, kain gendong bayi, dan lain-lain,” jelas Helena.

“Tetapi sayangnya, mama-mama kami masih berjualan di pinggir-pinggir jalan. Hasil karya mereka hanya bergantungan di pinggir-pinggir jalan. Pemerintah tidak memperhatikan. Sedangkan ini adalah kreativitas yang sangat luar biasa dihasilkan mama-mama Papua,” katanya dengan nada penuh keprihatinan.

 


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home