Loading...
BUDAYA
Penulis: Diah Anggraeni Retnaningrum 12:25 WIB | Rabu, 18 Desember 2013

Maneges Gunung: Aksi Seni Warga Desa Lereng Lima Gunung

Maneges Gunung: Aksi Seni Warga Desa Lereng Lima Gunung
Tarian Soreng dari Gunung Merapi yang menggambarkan kegagahan para prajurit. (Foto: Diah Anggraeni)
Maneges Gunung: Aksi Seni Warga Desa Lereng Lima Gunung
Maneges Gunung.

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Komunitas Lima Gunung, yang sudah 12 tahun rutin menggelar Festival Lima Gunung, kali ini membawa atraksi kesenian mereka ke Jakarta. Mereka mengadakan acara Maneges Gunung: Temu Komunitas Lima Gunung yang meliputi kegiatan pameran lukisan, karya seni, pagelaran kesenian dan diskusi kebudayaan yang berlangsung pada Selasa (17/12) malam.

Maneges Gunung ini dirumuskan oleh Ki Jowongso Sumimpen alias Tanto Mendut (Presiden Lima Gunung) dan beberapa rekan mereka.

Komunitas Lima Gunung adalah komunitas warga desa penggiat kesenian dan kebudayaan di sekitar Kabupaten Magelang, Jawa Tengah yaitu kawasan Gunung Merapi (diketuai oleh Sitras Anjilin), Merbabu (mempunyai dua komunitas yang diketuai masing-masing oleh Riyadi dan Sujono), Andong (diketuai oleh Supadi Haryanto), Gunung Sumbing (diketuai oleh Ipang), dan Pegunungan Menoreh (diketuai oleh Tanto Mendut).

Acara yang bertempat di Bentara Budaya Jakarta ini dibuka dengan makan malam di belakang panggung, lalu beberapa menit kemudian dilanjutkan dengan Peresmian dan Pementasan dari komunitas Lima Gunung.  Acara ini dihadiri oleh Goenawan Muhammad (budayawan), Eros Djarot, Tanto Mendut dan beberapa seniman yang lain.

Pementasan pertama dibuka dengan wayang orang dari Komunitas Lima Gunung dengan judul Cupumanik Astagina. Cerita ini bermula pada saat ibu dari Anjani memberikan barang yang dinamakan Cupumanik yang ia peroleh dari Batara Surya kepada Anjani. Kedua saudara laki-laki dari Anjani iri karena tidak diberikan barang tersebut. Akhirnya mereka bertengkar memperebutkan barang tersebut. Ayah dari Anjani marah kepada istrinya dan akhirnya mengutuknya menjadi batu.

Setelah pementasan wayang orang, pementasan berikutnya adalah tarian Kembang Gunung dari Pegunungan Menoreh, Kuda Lumping yang berkolaborasi dengan Leak Bali dari Gunung Andong dan tarian penutup adalah tarian Soreng dari Gunung Merapi yang menggambarkan kegagahan para prajurit.

Komunitas Lima Gunung

Komunitas Lima Gunung adalah sebuah komunitas yang terdiri dari seniman pekerja kesenian tradisional dan sekaligus rata-rata mereka adalah para petani yang ada di daerah lima gunung di seputar Magelang, yakni Gunung Merapi, Merbabu, Sumbing, Andong, dan pegunungan Menoreh. Setiap tahun, sejak 2002 komunitas ini rutin menggelar acara festival budaya yang bernama "Festival Lima Gunung". Acara pesta tahunan berbiaya ratusan juta rupiah itu diselenggarakan atas inisiatif para seniman yang tergabung di dalamnya secara swadaya, mandiri tidak ada ketergantungan pada siapa saja.

Komunitas lima gunung adalah sebuah cermin ekspresi subkultur lokal pedesaan yang memiliki kekuatan luar biasa meski tetap ada banyak keterbatasan, para petani dusun yang tergabung dalam komunitas lima gunung ini masih mampu berkreasi, mampu independen, terlepas dari ketergantungan pada siapa pun. Pemahaman terhadap kekayaan tradisi yang dimiliki merupakan sebuah nilai yang menumbuhkan rasa percaya diri. Kekayaan khasanah tradisi itu membuktikan bahwa kita bukan bangsa kemarin sore, namun kita adalah sebuah bangsa yang tangguh.

Editor : Bayu Probo


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home