Loading...
HAM
Penulis: Diah Anggraeni Retnaningrum 17:41 WIB | Rabu, 21 Mei 2014

Mariana Amiruddin: Perkosaan Mei ’98 Harus Diungkap

Tim Panitia Peringatan Aksi Kekerasan Seksual Mei 1998 meminta pemerintah mengungkap tragedi perkosaan yang terjadi pada saat itu. (Foto: Diah A.R)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Tragedi kerusuhan Mei 1998 silam menyisakan banyak tragedi dan trauma yang berkepanjangan terhadap para korban khususnya masyarakat etnis tionghoa. Namun, pemerintah menyangkal bahwa tidak ada aksi perkosaan yang terjadi pada saat kerusuhan Mei 1998 yang menggulingkan kekuasaan Soeharto tersebut. Juru bicara dari Tim Panitia Peringatan Aksi Kekerasan Seksual Mei 1998, Mariana Amiruddin, menuntut bahwa tragedi ini harus diungkap.

“Aksi hari ini merupakan puncak dari Hari Kebangkitan Nasional,” kata dia kepada satuharapan.com di Depan Istana Merdeka, Selasa (20/5). “Kami sengaja menggelar aksi ini di depan istana karena sebentar lagi kita akan memilih pemerintahan yang baru dan kita tahu bahwa banyak tragedi yang tidak diungkap pada pemerintahan sebelumnya. Salah satu peristiwa dari tragedi Mei 1998 yang paling dilupakan yaitu tentang perkosaan ini.”

Dia berharap untuk pemerintah yang akan datang adalah mengungkapkan dan tidak menyangkal kasus ini. Ketika hal itu diungkapkan dan ditindak lebih lanjut, maka pemulihan atas negeri ini akan terjadi. Menurutnya, rakyat akan percaya kepada pemerintah bila mereka tidak menutup-nutupi fakta dan sejarah yang terjadi.

Aksi ini terdorong oleh ketidak pedulian dari masyarakat yang sudah mulai melupakan tragedi tersebut. Sebenarnya setiap tahun Tim Panitia Peringatan Aksi Kekerasan Seksual Mei 1998 terus menyuarakan persoalan ini kepada pemerintah. Mereka ingin mengingatkan kembali bahwa dibalik era reformasi yang saat ini sudah dinikmati oleh masyarakat Indonesia ada penderitaan sebagian rakyat khususnya korban perkosaan yang terenggut masa depannya yang tidak pernah terungkap.

Sejauh ini, pemerintah belum dapat menemukan siapa saja aktor di balik tragedi Mei 1998 tersebut. Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) pun tidak melanjutkan usahanya. Mariana mengakui bahwa memang agak sulit untuk meminta korban bersaksi karena hal itu terkait dengan rasa traumatik dan kondisi kejiwaan dari korban. Sangat sedikit dari korban tragedi perkosaan Mei 1998 yang mau bicara. Namun, Mariana mengungkapkan bahwa dengan mempercayakan pendamping untuk bersaksi, hal itu merupakan cara yang tepat untuk meminta keterangan dari korban di pengadilan.

Editor : Bayu Probo


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home