Loading...
BUDAYA
Penulis: Sotyati 19:16 WIB | Selasa, 09 Desember 2014

Masa-masa Natal Terberat dalam Kehidupan Bob Geldof

Bob Geldof. (Foto: Adam Berry/Getty Images)

SATUHARAPAN.COM – Kematian Peaches Geldof, anak perempuannya, meninggalkan duka mendalam dalam diri pemusik dan filantropis Bob Geldof.

Memasuki masa liburan Natal ini, dengan duka yang masih melingkupi, dia menyatakan akan merayakan Natal dengan keluarga, yang kurang lengkap, meminjam istilahnya.

Vokalis grup band The Boomtown Rats itu kehilangan putrinya, Peaches Geldof (25), pada  April lalu karena overdosis obat-obatan terlarang.

"Sungguh tahun yang amat berat, rasanya tiada akhir. Dan di sisa hidup ini, saya akan menghabiskannya dengan keluarga, termasuk selama Natal ini,” kata Geldof, yang sangat dikenal sebagai penggagas konser amal akbar Band Aid, USA for Africa, Live Aid, dan Live 8.

“Kami akan membuat Natal kali ini meriah, tak jauh beda dengan Natal orang lain," kata Geldof seperti diberitakan Mark Shine di femalefirst.co.uk, belum lama ini.

Pemusik berusia 63 tahun yang lebih dikenal sebagai dermawan itu mengatakan akan menghabiskan Hari Natal dengan cucu-cucu, dan anak-anak Peaches, Astala yang berumur dua tahun dan Phaedra yang berumur 19 bulan.

Bob Geldof, yang juga aktif dalam upaya memerangi kemiskinan itu, mengungkapkan bahwa ia "akan terus berjalan " dalam kepedihan yang sudah dia rasakan sejak bulan-bulan menjelang kematian putrinya.

Ia hanya terus berusaha menyalurkan kesedihan dan berusaha mengubahnya menjadi sesuatu yang positif dengan membantu mengumpulkan dana untuk penanggulangan krisis ebola di Afrika Barat.

Bob juga membuat rekaman versi terbaru dari lagu Do They Know It’s Christmas?, dengan merekrut nama-nama besar di industri musik seperti Ed Sheeran, One Direction, dan U2 Bono. Lagu itu langsung  tercatat sebagai rekaman tunggal dengan penjualan tercepat di Inggris tahun ini.

Soal keterlibatannya dalam penanggulangan krisis ebola, kepada Sunday Mirror  ia mengatakan, "Tragedi terbesar dari penyakit mematikan ini adalah hilangnya sentuhan kemanusiaan pada banyak orang. Anak-anak yatim yang ditinggal mati orangtua karena ebola diambil dan diberikan kepada orang dewasa yang tidak terserang. Mereka diminta untuk menerima anak-anak itu. Tapi mereka mengatakan 'tidak'. Bisa dibayangkan, anak-anak itu baru saja keluar dari rumah sakit, mendambakan orang yang bisa menjaga mereka, merawat mereka, namun orang-orang itu mengatakan 'tidak'.”

"Anak-anak itu kemudian dipaksa untuk mengurus diri mereka sendiri. Komunitas mereka telah hancur. Di provinsi-provinsi, mereka tidak tahu berapa banyak sebenarnya yang benar-benar telah meninggal," kata Geldof, yang telah menerima penghargaan gelar kebangsawanan dari Ratu Elizabeth II dari Kerajaan Inggris atas kiprahnya di bidang kemanusiaan itu. (femalefirst.co.uk/wikipedia.org)

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home