Loading...
DUNIA
Penulis: Dewasasri M Wardani 10:10 WIB | Selasa, 11 November 2014

Masyarakat Sudan Selatan Alami Penderitaan Luar Biasa

Perang saudara di Sudan Selatan mengakibatkan sekitar 1,3 juta warga harus meninggalkan rumah. (Foto: cnnIndonesia)

JUBA, SATUHARAPAN.COM - Masyarakat di negara konflik Sudan Selatan berusaha bertahan dari “pelecehan dan kekerasan yang sangat buruk” serta ancaman kelaparan, menurut lembaga bantuan dalam sebuah laporan pada Senin (10/11).

International Rescue Committee (IRC) mengatakan, tingkat kekerasan di negara itu, seperti pembantaian etnik dan pemerkosaan oleh sekelompok orang atau geng bagi sebagian orang, bahkan lebih buruk dari kebrutalan perjuangan kemerdekaan dari Khartoum selama puluhan tahun.

Sudan Selatan, yang memenangkan kemerdekaan pada 2011, dan menjadi negara termuda di dunia, terjebak dalam perang sipil sejak Desember tahun lalu, ketika Presiden Salva Kiir menuduh wakilnya yang ia pecat berupaya melakukan kudeta.

“Sekali lagi kita melihat bencana kemanusiaan, di mana yang paling rentan menanggung beban krisis politik mematikan buatan manusia yang harus segera diselesaikan,”  ujar Presiden IRC David Miliband.

Krisis global lainnya dan pencegahan kelaparan tahun ini, bukan alasan bagi pembuat kebijakan untuk membiarkan kondisi darurat ini masuk ke dalam “situasi yang jauh lebih sulit”. Masyarakat sipil secara sistematis menjadi target pelecehan dan kekerasan yang sangat buruk, dan ancaman kelaparan yang meningkat, sementara pihak-pihak tersebut terlibat konflik bersenjata.

Laporan IRC menguraikan, kekurangan pangan dan naiknya harga makanan, menyebabkan puluhan ribu anak-anak terancam kelaparan, kegagalan untuk mencegah pembantaian etnis, dan kekerasan seksual.

Lembaga-lembaga bantuan tidak mampu menjangkau ratusan ribu orang, dan negara ditinggalkan dengan “bahaya ketergantungan pada bantuan”.

“Tanpa menyelesaikan konflik, krisis di Sudan Selatan akan masuk ke dalam siklus tanpa harapan dari ketergantungan pada bantuan, pembantaian etnis, dan kekerasan seksual ,”  ujarnya.

Menurut Melanie Teff dari IRC, banyak warga Sudan Selatan mengatakan mereka sungguh menderita dan menyaksikan ketakutan yang lebih besar dibandingkan perang beberapa dekade antara negaranya dan wilayah utara. (AFP/Antara)

 

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home