Loading...
SAINS
Penulis: Kartika Virgianti 14:46 WIB | Kamis, 29 Agustus 2013

Membedakan Gejala Alzheimer dan Penyakit Saraf Lainnya

Membedakan Gejala Alzheimer dan Penyakit Saraf Lainnya
Hasil scan otak pasien alzheimer (foto:whyy.org)
Membedakan Gejala Alzheimer dan Penyakit Saraf Lainnya
Dokter Taufik Mesiano (foto: Kartika Virgianti)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Alzheimer merupakan penyakit degeneratif atau penurunan fungsi kognitif otak (untuk berpikir). Ada lima komponen otak yang terkena yaitu memori/ingatan, berbahasa, mengenal tempat  atau visiospasial, fungsi eksekutif, dan fungsi atensi/perhatian, menurut dokter Taufik Mesiano yang berpraktek di RSCM, Jakarta.

Dokter sekaligus dosen FKUI ini mengatakan, jika ada seseorang yang mengalami gejala pertama-tama biasanya fungsi memori seperti lupa atau gangguan ingatan lainnya. Hal ini bisa mengganggu aktivitas sosial dan juga pekerjaan sehari-hari termasuk makan, minum sampai sanitasi pasien akan lupa bagaimana mengerjakannya. Setelah gejala ini berlanjut baru pasien didiagnosis sebagai pasien alzheimer.

Lain halnya dengan demensia. Banyak penyebab demensia, bisa karena alzheimer, trauma kepala (benturan), infeksi parasit di otak, stroke dan lain sebagainya. Pada alzheimer yang diserang hanya fungsi kognitif saja, jarang yang mengenai fungsi motoriknya. Ketika seseorang masih bisa berjalan tapi ia tidak tahu mau kemana, maka patut dicurigai alzheimer.

Alzheimer merupakan gangguan fungsi kognitif khas yang akan semakin menurun seiring bertambahnya umur. Diagnosis pasti alzheimer sebenarnya hanya bisa ditegakkan  melalui otopsi, yang hanya bisa dilakukan jika pasien sudah meninggal, dengan mengambil sedikit dari jaringan otaknya dan dilihat di bawah mikroskop ada atau tidak plak-plak atau jaringan patologis yang sesuai dengan alzheimer.

Jika ada garis keturunan atau anggota keluarga ada yang terkena demensia alzheimer, gen tersebut akan diturunkan kepada anak cucunya, dan kemungkinan bisa mengalami gejala demensia alzheimer meski pada usia muda. Akan tetapi hal ini masih harus dibuktikan lagi kebenarannya menurut dokter Taufik.

“Misalnya jika seorang yang baru berusia 56 tahun sudah mengalami gejala-gejala lupa yang tidak wajar, ada baiknya segera memeriksakan diri. Karena diagnosis dini akan memungkinkan pasien untuk mempertahankan bahkan mencegah kerusakan otak lebih lanjut lagi.”

“Lain halnya jika risiko tersebut berasal dari gaya hidup sehari-hari. Jika seseorang terlalu banyak minum alkohol berarti demensia karena alkohol, bukan demensia karena alzheimer,” tambahnya.

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home