Loading...
EKONOMI
Penulis: Prasasta Widiadi 20:36 WIB | Rabu, 26 Februari 2014

Menteri Pertanian Imbau Kader IPNU Jadi Wirausaha Pertanian

Menteri Pertanian Imbau Kader IPNU Jadi Wirausaha Pertanian
Suswono saat tiba di gedung LPMP DKI Jakarta tadi siang. (Foto-foto: Prasasta)
Menteri Pertanian Imbau Kader IPNU Jadi Wirausaha Pertanian
Suswono (tengah), dan Khairul Anam (kedua dari kanan, Ketua Umum IPNU).
Menteri Pertanian Imbau Kader IPNU Jadi Wirausaha Pertanian
Suswono saat tiba di gedung LPMP DKI Jakarta tadi siang.

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Menteri Pertanian, Suswono mengimbau kepada segenap kader Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) agar menekuni wirausaha bidang pertanian. Pernyataan tersebut dikemukakan Suswono dalam orasi ilmiah di hadapan kader IPNU pada Rabu (26/2), di Gedung LPMP DKI Jakarta.

Suswono mengimbau dalam kapasitasnya sebagai penyampai orasi ilmiah berjudul “Masa Depan Pertanian dan Peran Pelajar dalam Mewujudkannya” dalam sarasehan nasional yang menjadi agenda rapat kerja nasional Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU).

“Agar strategi pembangunan pertanian 2045 oleh Kementrian Pertanian terwujud, saya ingin Anda punya peran di situ, saya lihat anda sekarang baru usia 20-30an kan, kalau 30 tahun lagi berarti anda akan berusia 50 pada 2045 saat strategi kementerian pertanian akan tercapai,” kata Suswono.

Kementerian Pertanian membuat Strategi Induk Pembangunan Pertanian (SIPP) 2013-2045, sebagai panduan untuk memantau perkembangan sektor pertanian di Indonesia.

Program ini mencanangkan beberapa pokok hal yang penting yang dapat dicapai Indonesia yang perkembangannya dapat dipantau setiap lima tahun dari awal dicanangkan Suswono pada 2012 saat Rapat Kabinet Terbatas dengan Presiden SBY.  

Beberapa pokok penting dari SIPP 2013-2045 antara lain pendapatan petani 7.500 dolar  per kapita per tahun pada 2040, penduduk desa terbebas dari kemiskinan pada 2030, Indonesia menjadi  high income country  PDB sebesar 20.000 dollar  per kapita per tahun pada 2040, tercipta kemandirian pangan nasional pada 2020, kedaulatan  pangan nasional pada 2025, dan kedaulatan pangan komunitas pada 2045.

Para pemuda Indonesia, khususnya kader-kader IPNU harus senantiasa meningkatkan pemahaman sektor pertanian.

“Apabila anda belum memikili paradigma berwirausaha, biasanya kalau anda lulus kuliah anda ingin jadi pegawai, karena yang saya inginkan paradigma berpikir anda jangan berpendapatan tetap seperti seorang pegawai,” lanjut Suswono.

Suswono mengatakan apabila generasi muda memahami peran strategis sektor pertanian maka mereka akan lambat laun mengerti bahwa sektor tersebut menguntungkan.

“Nah, contohnya itu ada pemuda yang beromset lebih dari ratusan juta, hanya karena menggoreng ketela, nah itu lho contohnya Q-Tela,” lanjut Suswono.

Salah satu contoh pengusaha di bidang makanan yang sukses membuat franchise usaha makanan, Firmansyah Budi Prasetyo, warga Jalan Bugisan Kecamatan Wirobrajan, Yogyakarta, sukses menapaki usaha snack (penganan) singkong. Dalam waktu 11 bulan, usaha itu melesat melalui pola waralaba dengan jumlah gerai mencapai 250 unit.

Usaha itu bermula saat Firmansyah, yang biasa disapa Firman, melihat gerobak dibiarkan teronggok di rumah selama berbulan-bulan. Gerobak itu semula dibeli ibunya untuk menjajakan gorengan. Namun, usaha itu urung dijalankan.

Melihat gerobak “menganggur”, muncul ide Firman untuk mendirikan usaha makanan dengan gerobak. Kesadaran akan potensi singkong di wilayah DI Yogyakarta menumbuhkan gagasan berkreasi dengan produk pangan sepanjang musim itu.

Salah satu fokus di SIPP yang dicanangkan Kementerian Pertanian dalam SIPP yakni peningkatan kualitas sumber daya manusia.   

Sumber Daya Manusia sektor pertanian diperlukan mengingat selama ini pertanian lebih banyak bertumpu kepada pengelolaan lahan, akan tetapi kondisi kewirausahaan pertanian masih belum optimal.

Kondisi kewirausahaan pertanian Indonesia saat ini memiliki ciri-ciri antara lain menumpuknya tenaga kerja di sektor pertanian yang merupakan under employed semi pengangguran sehubungan dengan peralihan tenaga kerja ke luar sektor pertanian yang relatif lambat,

“Teknologi sektor pertanian masih didominasi oleh teknologi tradisional, rendahnya kualitas sumber daya manusia dikaitkan dengan latar belakang pendidikan formal. Sebagaai contoh wirausahawan pertanian didominasi oleh tamatan sekolah dasar sekitar 85%, sisanya 10% tamat SLTP dan 5% tamat SLTA, rendahnya curahan tenaga kerja pertanian, 51 % tenaga kerja pertanian yang bekerja kurang dari 35 jam seminggu,” lanjut Suswono.

Suswono mengatakan generasi muda penting menggarap kewirausahaan bidang pertanian karena mereka berperan penting dalam pembangunan pertanian yang berkelanjutan.

Suswono mengatakan pertanian penting karena merupakan penyedia pangan bagi 248 juta rakyat dan 87 persen mata pencaharian penduduk Indonesia.

“Misi pertanian saat ini yang ingin dilaksanakan pemerintah yakni terwujudnya pertanian industrial unggul berbasis sumber daya lokal untuk meningkatkan kemandirian pangan,” lanjut Suswono.

Suswono mengatakan pada sektor pertanian saat ini yang menjadi masalah krusial adalah menipisnya lahan mengakibatkan pemuda yang ada di pedesaan kurang tertarik menggarap sektor pertanian,

“Saat ini terbukti di desa mereka banyak yang tidak puas melihat dari generasi terdahulu kok sepertinya generasi dari orang tua kok tidak kaya, tetapi miskin terus, makanya anak-anak muda tidak berminat untuk bertani,” lanjut Suswono.

Editor : Bayu Probo


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home