Loading...
SAINS
Penulis: Bayu Probo 18:32 WIB | Selasa, 17 September 2013

Moeslim Abdurrahman Fellowship 2013 Mencari Peneliti Muda

Perayaan 10 tahun MAARIF Institute. (Foto: MAARIF Institute)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Maarif Institute for Culture and Humanity bakal menyelenggarakan Moeslim Abdurrahman Fellowship (MAF) 2013. MAF bertujuan menjaga dan merawat pemikiran kritis Moeslim Abdurrahman. Targetnya adalah mahasiswa S1 dan fresh graduate yang berkeinginan kuat dalam bidang penelitian dan penulisan. Kandidat yang lolos seleksi, berkesempatan menjadi visiting researcher Maarif Institute dan akan diberi training dan akses untuk menulis di berbagai media nasional. Kandidat diminta mengirim proposal penelitian kepada dewan juri.

Kondisi Indonesia

Kondisi Indonesia saat ini sedang mengalami ujian dan krisis. Krisis ini terjadi pada berbagai persoalan kehidupan dan kebangsaan. Pada persoalan kebangsaan, politik kebangsaan kita yang berdasarkan Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika juga mengalami krisis.

“Sekarang banyak bermunculan kelompok yang merasa diri paling benar. Mereka juga sering memaksakan kehendak dengan melakukan kekerasan, verbal maupun fisik,” kata Dr. Luthfi Assyaukanie, Dewan Pembina Maarif Institute.

“Kebhinnekaan yang mestinya menjadi anugerah untuk membangun keindonesiaan, hendak dinegasikan dan dihilangkan,” kata Luthfi .

Moeslim Abdurrahman Menjaga Pluralitas

Di tengah kondisi ini, pemikiran Moeslim Abdurrahman—tentang menjaga pluralitas di negeri ini—penting untuk direvitalisasi kembali. Dalam pandangan pengamat politik, Dr. Sukardi Rinakit, Kang Moeslim, panggilan akrab Moeslim Abdurrahman, adalah sosok cendekiawan dan aktivis penggerak rumah civil society yang pernah dimiliki oleh bangsa ini.

Semasa hidup, menurut Sukardi, Kang Moeslim terkenal dengan gagasannya untuk mengusung Islam transformatif dan pentingnya beragama yang membela kaum mustadz’afin.

Kang Moeslim berpikir, keberagamaan kita tidak cukup berhenti pada ‘aktsaru ‘amalan (memperbanyak amal), namun yang lebih penting cara keberagamaan yang menuju ‘ahsanu amalan (amal yang terbaik) yang bisa memberi dampak nyata pada transformasi sosial dan pemihakan terhadap kaum mustadz’afin.

“Perhatian utamanya tentang persoalan kemiskinan tidak hanya dituangkan pada tulisan, namun juga diwujudkan dengan kepedulian nyata pada orang-orang terpinggirkan dan kaum miskin.” Ungkap Sukardi Rinakit.

Kang Moeslim juga bersemangat untuk mengawal dan menjaga pluralisme sebagai pilar bangsa Indonesia. Hal itu antara lain beliau lakukan dengan keaktifannya sebagai salah satu penggagas, pendiri, dan pengurus dari Maarif Institute for Culture and Humanity, International Center for Islam and Pluralism (ICIP), dan the Wahid Institute.

Pada ketiga lembaga itu, Kang Moeslim aktif memberii pemikiran dan ide-ide agar Islam Indonesia menjadi lebih terbuka dan ramah terhadap umat agama lain.

Moeslim Abdurrahman Fellowship

Berkaitan dengan itu, Maarif Institute for Culture and Humanity bermaksud menyelenggarakan Moeslim Abdurrahman Fellowship (MAF) 2013. “Keberadaan MAF ini ditujukan untuk menjaga dan merawat pemikiran-pemikiran kritis Moeslim Abdurrahman terkait masalah masalah sosial, budaya, dan persoalan kebangsaan”, ungkap Fajar Riza Ul Haq, Direktur Eksekutif Maarif Institute.

Fellowship ini juga dilaksanakan untuk kaderisasi intelektual untuk anak muda Indonesia agar menjadi intelektual yang kritis, mencerahkan, dan memihak pada kemanusiaan dan keadilan sosial; mewadahi potensi-potensi kreatif anak muda Indonesia untuk turut serta mencari jawaban atas  berbagai persoalan sosial keagamaan; dan memperkuat tradisi riset dan penulisan di kalangan kaum muda. Yang juga penting, fellowship ini bertujuan untuk menyemarakkan kembali dinamika pemikiran sosial, politik, dan keagamaan di Indonesia dengan mengusung diskursus yang serius dan mendalam.

Syarat

Program fellowship ini akan berlangsung selama enam bulan. Terdiri dari tahap seleksi, riset, penulisan, dan penganugerahan. Fellowship ini ditujukan untuk mahasiswa S1 dan fresh graduate yang punya keinginan kuat dalam bidang penelitian dan penulisan. Para kandidat yang lolos seleksi, nantinya akan diberi kesempatan menjadi visiting researcher di Maarif Institute dan akan diberikan training dan akses untuk menulis di berbagai media nasional. Karya hasil riset para penerima fellowship ini juga akan diterbitkan oleh Maarif Institute. Untuk menjaga kesinambungan program fellowship ini, para finalis akan menjadi associate peneliti di Maarif Institute.

Maarif Institute menetapkan dewan juri: Dr. Sukardi Rinakit, Dr. Luthfi Assyaukanie, Dr. Siti Ruhaini Dzuhayatin, Dr. Ahmad Najib Burhani, dan Rikard Bagun.

Batas pengiriman proposal riset para peserta pada 31 Oktober 2013. Proposal penelitian dikirim ke Panitia Moeslim Abdurrahman Fellowship dengan alamat: Maarif Institute for Culture and Humanity, Jl. Tebet Barat Dalam II No. 6, Tebet Barat, Jakarta Selatan 12810 – Indonesia. Proposal juga dapat dikirim dalam bentuk file MS.Word melalui e-mail: maarif@maarifinstitute.org dan foead79@yahoo.com. Info lebih lengkap tentang program ini bisa dilihat di www.maarifinstitute.org. 


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home