Loading...
INSPIRASI
Penulis: Yoel M Indrasmoro 01:00 WIB | Sabtu, 16 Juni 2018

Mulanya Kecil Saja

Mau ditaburkan berarti tidak lagi menjadi penentu. Penabur itulah yang menentukan. Mau ditaburkan berarti menyerahkan diri kepada Allah saja.
Pohon Sesawi (foto: Istimewa)

SATUHARAPAN.COM – Mulanya kecil saja. Benih sesawi rata-rata hanya satu milimeter saja panjangnya. Tetapi, ketika ditaburkan, dia akan menjadi pohon sesawi yang tingginya bisa mencapai 3 meter. Itu baru yang di atas tanah. Tajuk merupakan proyeksi akar. Jadi, dari 1 milimeter menjadi 6.000 mm. Perubahannya bisa mencapai 6.000 kali lipat.

Benih sesawi itu kecil. Namun, dari benih yang kecil itu bisa menjadi tumbuhan besar. Yang dimaksud dengan sesawi bukanlah sawi, atau sayuran yang kita kenal di Indonesia. Sesawi merupakan tanaman keras yang besar.

Benih sesawi itu tak hanya menjadi besar, cabang-cabangnya sedemikian rindang hingga menjadi rumah bagi banyak burung. Pohon sesawi itu menjadi sebuah ekosistem tersendiri, burung-burung beranak pinak di situ. Tak hanya menjadi besar, tetapi, lebih dari itu, menjadi berkat.

 

Jangan Anggap Remeh!

Karena itu, janganlah kita menganggap remeh yang kecil itu. Jika kita melihat hal-hal kecil, baiklah kita memandangnya menurut cara pandang Allah. Dan itu merupakan salah satu nilai utama dalam Kerajaan Allah.

Dengan kata lain, seseorang yang hidup di dalam Kerajaan Allah perlu menghargai hal-hal kecil. Persoalannya, manusia kadang hanya memerhatikan hal-hal besar. Dan sering lupa bahwa hal-hal besar dimulai dari hal-hal kecil.

Kepada warga jemaat di Korintus, Paulus menegaskan untuk tidak lagi menilai seorang pun menurut ukuran manusia (lih. 2Kor. 5:16). Kalau kita merasa perlu menilai seseorang, baiklah menilainya menurut ukuran Allah. Allahlah standarnya, bukan manusia.

Kita perlu memandang orang lain seperti Allah memandang dirinya. Jangan pandang orang menurut ukuran kita sendiri! Pandanglah dia sebagaimana Allah memandangnya. Dan itu hanya dapat kita lakukan jika kita membiarkan diri dikuasai Allah.

Tak heran, jika Paulus berkata, ”Jadi, siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: Yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang” (2Kor. 5:17). Ciptaan baru berarti berpikir dan bertindak sebagaimana Allah sendiri.

 

Mau Ditaburkan

Tetapi, jangan kita lupa, benih bisa menjadi pohon karena rela ditaburkan. Jika tidak, ya tinggal benih yang kecil itu. Namun, ketika mau ditaburkan, mau menjadi rusak, pada titik itulah benih itu akan menjadi besar.

Mau ditaburkan berarti tidak lagi menjadi penentu. Penabur itulah yang menentukan. Mau ditaburkan berarti menyerahkan diri kepada Allah saja. Mau ditaburkan berarti merelakan diri kepada Sang Penabur. Itu berarti menyerahkan masa depan hanya kepada diri Sang Penabur.

Maukah kita?

 

Email: inspirasi@satuharapan.com

Editor: Yoel M. Indrasmoro

Rubrik ini didukung oleh PT Petrafon (www.petrafon.com)


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home