Loading...
INSPIRASI
Penulis: Yoel M Indrasmoro 10:32 WIB | Sabtu, 24 Juni 2017

Murid Tak Lebih dari Guru-Nya

Allah ingin setiap milik-Nya mempriotaskan diri-Nya, sebagaimana Dia telah mempriotaskan milik-Nya dalam kematian-Nya di kayu salib.
Yesus, para murid-Nya, dan orang banyak (foto: istimewa)

SATUHARAPAN.COM – ”Seorang murid tidak lebih dari gurunya...” (Mat. 10:24). Demikian petikan ajaran Yesus Orang Nazaret kepada para murid-Nya. Secara harfiah kata ”murid” dalam pandangan Yahudi adalah orang yang berjalan di belakang seorang guru. Dengan demikian pernyataan Sang Guru bisa dikaitkan pula dengan kerendahan hati seorang murid. Murid harus menghargai gurunya. Dia tidak boleh merasa lebih pintar daripada gurunya. Bagaimanapun, gurunyalah yang telah membukakan dunia kepadanya. Sehingga bisa dipahami ketika Sang Guru melanjutkan pengajarannya dengan pernyataan: ”Cukuplah bagi seorang murid jika ia menjadi sama seperti gurunya” (Mat. 10:25).

Namun, kalimat tadi bisa kita baca juga sebagai pintu masuk untuk pengajaran selanjutnya. Dengan jelas Yesus menegaskan: ”Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak layak bagi-Ku” (Mat. 24:38). Memikul salib sesungguhnya merupakan upaya meneladani Yesus Kristus. Dengan kata lain, jika Sang Guru memikul salib, aneh rasanya jika para murid-Nya malah enggan memikul salibnya.  

Dan setiap murid mempunyai salibnya masing-masing. Yang dimaksud dengan salib di sini adalah menanggung kesengsaraan bukan karena akibat kesalahan sendiri, tetapi karena Allah memang menghendakinya. Itu berarti menjadikan Allah sebagai fokus dan prioritas hidup. Bahkan, ikatan-ikatan keluarga—ikatan yang menyebabkan manusia ada di dunia ini—jikalau perlu, harus dinomorduakan. Inilah yang ditekankan Yesus ketika berkata, ”Aku datang menyebabkan anak laki-laki melawan bapaknya, anak perempuan melawan ibunya, dan menantu perempuan melawan ibu mertuanya. Ya, yang akan menjadi musuh terbesar, adalah anggota keluarga sendiri. Orang yang mengasihi bapaknya atau ibunya lebih daripada-Ku tidak patut menjadi pengikut-Ku. Begitu juga orang yang mengasihi anaknya laki-laki atau perempuan lebih daripada-Ku” (Mat. 24:35-37, BIMK).

Allah ingin setiap milik-Nya mempriotaskan diri-Nya, sebagaimana Dia telah mempriotaskan milik-Nya dalam kematian-Nya di kayu salib. Dan ketika kita mempriotaskan Allah, ada hiburan yang tersedia: ”Orang yang mempertahankan hidupnya, akan kehilangan hidupnya, tetapi orang yang kehilangan hidupnya karena setia kepada-Ku, akan mendapat hidupnya” (Mat. 10:39).

Percayalah!

 

Email: inspirasi@satuharapan.com

Editor : Yoel M Indrasmoro


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home