Loading...
EKONOMI
Penulis: Eben Ezer Siadari 08:27 WIB | Selasa, 17 Februari 2015

Negosiasi Buntu, UE Beri Waktu Yunani Sampai Jumat

Menteri Keuangan Yunani, Yanis Varoufakis, menolak menandatangani draft pernyataan yang diajukan kepadanya.
Menkeu Jerman, Wolfgang Schaeuble, berbicara kepada media sesaat setelah tiba di tempat perundingan antara menteri-menteri keuangan eurogroup dengan menteri keuangan Yunani di gedung EU Council di Brussels, Senin, 16 Februari 2015. (Foto: AP Photo/Virginia Mayo)

BRUSSELS, SATUHARAPAN.COM - Perundingan antara Menteri Keuangan Yunani dengan menteri-menteri keuangan negara zona euro menemukan jalan buntu dengan cepat, kemarin Senin (16/2), setelah Athena menolak proposal yang mengharuskan mereka mengajukan perpanjangan kebijakan dana talangan dengan syarat-syarat ketat yang tidak berubah seperti selama ini.

Hal ini telah  memicu  keraguan tentang masa depan Yunani di wilayah mata uang tunggal itu. The Independent melaporkan pemerintah sayap kiri negara itu bersumpah untuk menolak melanjutkan kebijakan dana talangan sebesar € 240 miliar, dan ingin mengakhiri kerjasama  dengan pengawas-pengawas dari Uni Eropa ( UE)/ IMF.

Menteri Keuangan Belanda Jeroen Dijsselbloem, yang memimpin pertemuan itu, mengatakan Athena masih memiliki waktu sampai hari Jumat untuk mengajukan permintaan perpanjangan, sebab kebijakan dana talangan itu akan berakhir pada akhir bulan ini.

Berapa lama Yunani bisa bertahan tanpa  dukungan dunia internasional, masih tidak pasti. Bank Sentral Eropa akan memutuskan hari Rabu besok apakah akan mempertahankan pinjaman darurat kepada bank-bank Yunani yang telah mengalami pendarahan  sekitar € 2 miliar setiap minggu.

"Perasaan umum di Eurogroup masih menganggap cara terbaik ke depan  bagi pemerintah Yunani adalah  mengupayakan perpanjangan program," kata Dijsselbloem dalam konferensi pers kemarin.

Seorang pejabat Yunani mengatakan menteri keuangan  negara itu, Yanis Varoufakis, menolak menandatangani draft pernyataan yang  diajukan kepadanya pada pertemuan tersebut.

"Desakan beberapa orang kepada pemerintah Yunani untuk melaksanakan bailout tersebut tidak masuk akal dan tidak dapat diterima," kata pejabat itu. "Mereka yang selalu kembali ke masalah ini membuang-buang waktu mereka saja. Dalam keadaan seperti ini, tidak mungkin ada kesepakatan hari ini."

Pembicaraan yang awalnya diperkirakan berlangsung hingga larut malam, runtuh dalam waktu kurang dari empat jam.

Sementara Dijsselbloem berbicara tentang kebutuhan untuk membangun kembali kepercayaan, para pejabat Yunani menggerutu bahwa Varoufakis dipaksa untuk menyetujui  naskah yang ia tidak dapat menerimanya.

Dijsselbloem meminta kepada delegasi Yunani untuk mempergunakan waktu yang tersisa mendiskusikan dengan tenang mengenai langkah  ke depan untuk meminta perpanjangan program dana talangan.

Namun dia juga mengatakan: "Apakah program baru terlihat sangat berbeda? Saya tidak berpikir begitu. Aturan dan undang-undang berbicara tentang prasyarat yang ketat . Dan intinya masih berkisar pada soal keberlanjutan fiskal."

Jerman sebagai negara yang paling bertanggung jawab dalam memberikan pinjaman kepada Yunani mewakili Uni Eropa dan juga sebagai kreditor terbesar Yunani, mempertahankan sikap keras tersebut.

Menteri Keuangan Jerman Wolfgang Schaeuble mengatakan sebelum dilangsungkannya perundingan,  bahwa Yunani telah hidup di luar kemampuannya untuk waktu yang lama dan Eropa tidak berminat menambah lagi pinjaman tanpa ada jaminan keuangan negara itu akan lebih baik.

Seiring dengan buntunya perundingan di Brussel, seorang bankir senior Yunani mengatakan sikap Yunani itu membawa penyakit bagi pasar dan perbankan.

"Ini merupakan perkembangan yang sangat negatif bagi perekonomian dan perbankan. Arus modal yang keluar dari Yunani akan terus berlanjut. Kami kehilangan 400-500 juta euro setiap hari dan itu berarti sekitar 2 miliar setiap minggu. Kami akan mendapatkan tekanan pada harga saham dan imbal hasil obligasi besok."

Varoufakis sebelumnya dalam sebuah artikel di New York Times membeberkan sikapnya yang secara agresif menolak Yunani diperlakukan sebagai "koloni utang" melalui sebuah kebijakan "penghematan terbesar bagi perekonomian paling tertekan".

"Garis-garis yang telah kami warnai dengan  merah tidak akan kami langkahi," katanya.

Sebuah jajak pendapat menunjukkan 68 persen masyarakat Yunani ingin  kompromi yang adil dengan mitranya,  zona euro, sementara 30 persen mengatakan pemerintah harus berdiri tegas bahkan seandainya pun Yunani harus keluar dari zona euro dan kembali menggunakan mata uang lama, drachma.

Jajak pendapat itu juga menunjukkan 81 persen rakyat Yunani masih ingin berada di zona euro.

Arus deposito keluar Yunan telah melonjak akhir-akhir ini. JP Morgan Bank mengatakan pada kondisi seperti sekarang, bank-bank Yunani hanya mampu bertahan 14 minggu sebelum mereka kehabisan agunan untuk memperoleh dana dari bank sentral.

Bank Sentral Eropa telah memungkinkan bank sentral Yunani untuk memberikan pinjaman darurat kepada bank, tapi apabila kegagalan pembicaraan utang di Brussels gagal, bisa berarti diberlakukannya kebijakan kontrol modal.

Siprus, anggota zona euro, terpaksa menutup bank-bank selama dua minggu dan memperkenalkan kontrol modal selama krisis 2013. Kontrol tersebut perlu dikenakan ketika bank ditutup. Bank Yunani ditutup Senin depan untuk liburan.

Perdana Menteri Yunani yang beraliran kiri, Alexis Tsipras telah meminta program perantara selama beberapa bulan, sambil dilakukannya pembicaraan kesepakatan penghapusan utang baru  untuk menggantikan kebijakan dana talangan yang selama ini, yang telah memaksa pemotongan anggaran secara drastis di Yunani.

Editor : Eben Ezer Siadari


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home