Loading...
FLORA & FAUNA
Penulis: Bayu Probo 14:33 WIB | Jumat, 06 Juni 2014

Nuri Sayap Hitam, Burung Asli Papua

Nuri sayap-hitam (Eos cyanogenia). (Foto: wikimedia.org)

SATUHARAPAN.COM – Nuri sayap-hitam (Eos cyanogenia) berukuran kecil saja, hanya 10 centimeter, dikenal secara internasional dengan nama lain black-winged lory. Burung ini hanya dijumpai di Kepulauan Geelvink yang mencakup Pulau-pulau Biak-Supiori, Numfor, Manim dan Mios Num di wilayah Papua.

Di Biak, burung ini cukup mudah ditemukan di blok hutan kecil yang landai atau di hutan sekunder, dan kadang dijumpai dalam kelompok berjumlah 40-60 ekor burung. Suku burung nuri ini termasuk suku besar dan beraneka ragam. Mereka biasanya mempunyai bulu berwarna-warni. Pada umumnya jenis ini bisa ditemukan di seluruh kawasan tropis dan Australia.

Ciri-cirinya secara umum adalah kepala besar, dan paruh bengkok tetapi kuat. Kakinya umumnya kuat dan lincah, dengan dua jari menghadap ke belakang. Bersarangnya untuk menyimpan telur dan membesarkan anak ditempatkan pada lubang pohon. Sedang makanannya umumnya adalah buah-buahan, biji-bijian, dan tepung sari dari bunga-bunga. Burung ini bisa terbang dengan cepat, dan suara yang dikeluarkan berupa panggilan keras dan tajam.

Nuri ini merupakan jenis yang hidup berkelompok dan sering mencari makan di hutan pedalaman sampai pada ketinggian 460 meter dari permukaan laut. Namun di Supiori jumlahnya makin berkurang pada ketinggian di atas 200 meter. Mereka  suka bertengger di perkebunan kelapa serta di dekat hutan pesisir, tetapi tidak ditemukan di daerah bersemak rendah.

Nuri ini merupakan jenis burung yang suka berpindah-pindah sehingga menyulitkan untuk mengetahui jumlah sesungguhnya di alam, tetapi di Biak jumlahnya terus menurun khususnya antara tahun 1982 dan 1995. Ancaman utama terhadap burung ini adalah penangkapan yang dilakukan secara besar-besaran untuk perdagangan, baik di dalam maupun di luar negeri, bahkan di Biak burung ini merupakan burung yang biasa dipelihara.

Sejumlah besar hutan di Biak telah dirusak oleh kegiatan penebangan kayu dan pertanian, terutama di dataran sebelah selatan, sedangkan hutan yang tersisa berada dalam tekanan kehancuran. Lebih jauh lagi, hutan yang berada di daerah batu kapur karang tidak dengan mudah tanaman tumbuh kembali.

Di Supiori, sebagian besar merupakan daerah pegunungan kapur berhutan yang sulit dirambah, sehingga agaknya akan aman dari ancaman penurunan kualitas hutan. Saat ini ada dua kawasan lindung di Kepulauan Geelvink, yaitu Cagar Alam Biak-Utara (meliputi daerah seluas 110 km persegi) dan Cagar Alam Pulau Supiori (meliputi daerah seluas 420 km persegi). Pada 1997, burung ini cukup umum ditemukan di Cagar Alam Biak-Utara. Statusnya kini adalah rentan. (Birdlife Indonesia)


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home