Loading...
DUNIA
Penulis: Eben E. Siadari 09:11 WIB | Sabtu, 28 November 2015

Orang Arab Lebih Benci Iran dan ISIS Ketimbang Israel

Menteri Infrastruktur Israel, Uzi Landau ketika menghadiri sebuah konferensi yang diselenggarakan oleh International Renewable Energy Agency (IRENA), di Abu Dhabi (Foto: vosisneiaz.com)

YERUSALEM, SATUHARAPAN.COM - Israel dalam beberapa pekan ke depan akan membuka perwakilan misi diplomatiknya di Abu Dhabi. Ini merupakan langkah besar bagi Israel. Untuk pertama kalinya negara itu memiliki kehadiran resmi di Uni Emirat Arab (UEA). Hal tersebut juga merupakan bukti pergeseran realitas di Timur Tengah yang kemungkinan akan membawa pengaruh positif bagi hubungan Israel dengan negara-negara Teluk dan dunia Arab keseluruhan.

Perwakilan diplomatik Israel di UEA memang secara formal tidak mengubah status hubungan kedua negara. UEA masih tetap belum mengakui Israel sebagai negara. Perwakilan Diplomatik Israel yang akan dibuka itu bukan dalam kapasitas sebagai perwakilan diplomatik penuh, melainkan melalui kehadiran diplomat-diplomat Israel di  International Renewable Energy Agency (IRENA), sebuah organisasi antarpemerintah yang dibentuk untuk memajukan penggunaaan energi terbarukan. Sampai sejauh ini hanya Israel yang menggunakan kehadiran diplomatiknya di UEA melalui lembaga ini. Jadi bermiripan dengan Iran yang mempunyai perwakilan di PBB di New York, yang menggunakannya juga sebagai perwakilan diplomatiknya di AS.

Kendati demikian, adanya perwakilan diplomatik Israel di UEA tetap merupakan sebuah langkah penting. Media Israel seperti Haaretz dan Jerusalem Post melaporkan, Israel secara serius telah mempersiapkan hal ini, melalui lobi-lobi dan kunjungan rahasia ke UEA. Bahkan keputusan Israel mendukung UEA sebagai tuan rumah IRENA pada 2009, dikabarkan merupakan upaya negara tersebut untuk memiliki kehadiran diplomatik di UEA.

Lalu apa yang menyebabkan Israel dan UEA semakin mesra?

Salah satu faktor yang menentukan dalam hal ini adalah sebuah persamaan baru di antara Israel dan negara-negara Arab Sunni, terkait dengan oposisi mereka terhadap kesepakatan nuklir Iran dan negara-negara maju. Selama bertahun-tahun negosiasi, menurut salah seorang diplomat Israel, telah tercipta hubungan personal yang baik di antara diplomat kedua negara.

Salah satu hal menarik dari kenyataan hubungan antara Israel dan negara-negara Arab adalah semakin positifnya citra Israel di mata warga Arab. Memang masih ada sikap curiga terhadap negara Yahudi itu. Namun, bila dibanding dengan Iran bahkan dengan kelompok ekstremis Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS), Israel masih dipandang lebih baik.

Sebagai contoh, sebuah jajak pendapat yang dilakukan oleh lembaga penelitian perguruan tinggi Israel kepada warga Arab Saudi, menunjukkan 53 persen penduduk menganggap Iran sebagai musuh utama, sedangkan 22 persen menyebut ISIS. Hanya 18 persen yang menyebut Israel sebagai musuh utama.

Jajak pendapat yang dilakukan oleh Interdisciplinary Center (IDC) di Herzliya itu juga memaparkan mayoritas warga Arab Saudi mengatakan negaranya harus memiliki senjata nuklir jika Iran menciptakan bom atom. Sebanyak 85 persen responden juga mendukung Inisiatif Perdamaian Arab yang diprakarsai oleh Arab Saudi, yang menyerukan perdamaian dengan Israel sebagai imbalan dari penarikan pasukan Israel secara penuh dari perbatasan yang ditetapkan sebelum 1967.

Hasil jajak pendapat ini merupakan indikasi signifikan dari adanya persamaan pandangan antara Arab Saudi dengan Israel, terutama setelah PM Israel, Benjamin Netanyahu, sangat vokal menyuarakan penentangan terhadap kesepakatan nuklir Iran.

"Kita selama ini mengasumsikan mengetahui apa yang ada di pikiran rakyat Iran, Gaza dan Arab Saudi, tetapi antara menebak dan fakta empiris adalah dua hal berbeda. Tidak ada selama ini yang berpikir bahwa Iran lebih menakutkan mereka ketimbang ISIS mapun Israel," kata Alex Mintz, kepala Institute for Polocy and Strategy di IDC.

"Apa yang kita pikirkan di sini, di Israel, tidak sepenuhnya tepat dengan yang sesungguhnya (di Arab)," kata dia.

"Ada banyak kepentingan dan ancaman serta agenda... sebagian (rakyat Arab Saudi) bahkan ingin negaranya bersahabat dengan Israel," kata Mintz.

Kendati demikian, beberapa diplomat Israel mengatakan tidak perlu terlalu membesar-besarkan pembukaan kantor diplomatik Israel di UEA. Ini dipandang baru "setengah langkah menuju pintu."

Editor : Eben E. Siadari


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home