Loading...
PARENTING
Penulis: Dr Frengki Napitupulu 19:04 WIB | Kamis, 23 April 2020

Orangtua Suporter Utama Anak

Dr. Frenki Napitupulu. (foto: dok. Ist)

SATUHARAPAN.COM-Sepakbola tanpa kehadiran suporter pasti akan hambar tanpa rasa. Banyak nama dan istilah untuk suporter sepakbola di Indonesia. Aremania untuk Arema FC Malang, Bobotoh Persib Bandung, Bonek Persebaya Surabaya, The Jak Persija Jakarta, Ultras, Kampak atau Smeck untuk PSMS Medan, dan masih banyak lagi. Sedangkan di Inggris terkenal dengan nama The Holligans. Semuanya merupakan gambaran bahwa suporter memegang peranan penting bagi sebuah tim.

Jika berfokus kepada aspek positif, peran suporter  dengan penuh kesetiaan selalu menyemangati tim kesayangannya. Biasanya suporter dalam pertandingan sepakbola disebut sebagai pemain keduabelas. Berkat mereka penampilan para pemain bisa semakin apik dan penuh semangat. Suporter sejati akan setia mendampingi tim kesayangannya meraih kemenangan, tetap ada dan menyemangati, meskipun kekalahan yang diterima. Jika ada suporter hanya mendukung jika menang saja, dan mencibir bila kalah biasanya dia disebut “supporter abal-abal”

Orangtua semestinya merupakan suporter paling setia dan paling utama bagi anak. Selayaknya orangtua yang mendukung anak balita-nya ketika sedang belajar berjalan, terus memberi semangat dan sorak-sorak laksana cheerleaders, meskipun anak masih sering jatuh. Jangan hanya berkata bangga ketika dia berhasil saja, namun mengatakan malu ketika dia gagal.

Dukungan penuh orangtua kepada anak adalah hal yang sangat penting demi menopang tumbuh kembang anak bahkan dalam perkembangan mental dan psikologinya. Bukan hanya ketika kecil, bahkan ketika anak berkembang menuju kedewasaannya, suporter utama itu tidak bisa tergantikan.

Orangtua harus berani mendukung anak sembari mengatakan sukses itu tidak gampang namun akan selalu bisa diraih. Proses ketika anak belajar, ujian, ikut lomba, atau ketika mencari kerja adalah momentum dirinya butuh dukungan penuh. Peran itu bisa dinyatakan dalam hal-hal kecil sekalipun, bahkan dengan sekadar menepuk pundak atau mengelus punggungnya dan berkata “semangat, ya nak, kamu pasti bisa” atau “kami selalu mendukungmu.” Atau ketika anak sedang bersedih orangtua bisa saja hanya mampu mengelus kepalanya, memeluk dan menyeka air matanya. Percayalah itu adalah dukungan yang sangat berharga bagi anak.

Pola asuh dengan menampilkan diri sebagai suporter akan menjadikan seorang anak merasa selalu didampingi, meskipun dia berjuang sendiri. Kata-kata dan ungkapan penyemangat yang keluar dari ketulusan hati akan menjadi energi positif bagi anak dalam menjalani masa depannya. Sebuah catatan dari Harvard Family Research Project’s mendukung pernyataan tersebut yang menyebutkan dukungan langsung orangtua memiliki korelasi terhadap prestasi anak dalam bidang tertentu.

Percayalah kehadiran orangtua ketika anak sedang tampil dalam hal apapun, baik itu pertunjukan, pertandingan olah raga, mini konser, bahkan ketika sedang belajar di rumah, atau sedang “curhat” tentang impian dan masalahnya, itu semua lebih berharga daripada kehadiran ribuan orang penonton yang bertepuk tangan ketika dia berhasil.

Orangtua terbaik akan menjadi suporter sejati bagi anak, dan bukan suporter abal-abal. 

*Penulis adalah pemerhati komunikasi, literasi, parenting.

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home