Loading...
SAINS
Penulis: Dewasasri M Wardani 08:41 WIB | Sabtu, 02 Juni 2018

Pascaletusan Jumat Malam, Warga Gelar Ronda Antisipasi Susulan

Ilustrasi. Kepulan asap tampak terlihat dari vegetasi di lereng Merapi pasca-letusan gunung api, Jumat (1/6/2018).(Foto: Kompas.com/Dok Media centre BPPTKG)

MAGELANG, SATUHARAPAN.COM – Masyarakat Desa Krinjing, Kabupaten Magelang, salah satu desa terakhir di barat daya puncak Gunung Merapi mewaspadai letusan gunung berapi tersebut pada malam hari dengan melakukan ronda bergiliran, kata Kepala Desa Krinjing Ismael.

"Warga tetap siaga, ronda malam di seluruh dusun di desa kami," katanya di Magelang, Jawa Tengah, Jumat  (1/6) malam.

Pada Jumat malam itu terjadi dua kali letusan Gunung Merapi, masing-masing pada pukul 20.24 WIB dengan ketinggian kolom asap sekitar 2.500 meter dan pukul 21.00 WIB dengan ketinggian kolom asap sekitar 1.000 meter dari puncak gunung yang wilayahnya meliputi beberapa kabupaten di Provinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta itu.

Ia mengatakan, saat terjadi dua kali letusan Gunung Merapi malam ini, suasana langit di kawasan setempat terlihat cerah sehingga masyarakat setempat bisa menyaksikan material Merapi dalam wujud kolom asap tersebut.

Meskipun warga meningkatkan kewaspadaan, kata Ismael yang juga mantan petugas pos pengamatan Gunung Merapi itu, mereka tetap tenang dan belum hendak mengungsi.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Pemerintah Kabupaten Magelang Edy Susanto mengatakan, terjadi dua kali letusan Gunung Merapi pada Jumat (1/6) malam.

Gunung Merapi juga mengalami letusan pada Jumat (1/6) pagi  pukul 08.20 WIB dengan ketinggian kolom asap mencapai 6.000 meter dari puncak gunung tersebut. Letusan tersebut disertai dua peristiwa, yaitu gempa dan kebakaran vegetasi.

Gempa itu dikonfirmasi oleh Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG), sebagai dampak aktivitas magma Merapi. Selain diawali oleh gempa, letusan Jumat pagi juga disertai terbakarnya vegetasi di lereng Merapi.

Menurut Kepala Seksi Merapi BPPTKG, Agus Budi Santoso, kebakaran dipicu oleh muntahan material dari dalam Merapi yang sangat panas. Material panas itu mengenai tumbuhan di lereng, membakarnya dan menghasilkan asap putih yang terlihat dari bawah.

“Ini wajar. Berdasarkan letusan sebelumnya, lontaran mencapai 1 km. Kali ini mencapai 1,5 km. Dan jarak itu masih dalam ukuran wajar. Justru karena inilah, kami tetap merekomedasikan kawasan 3 kilometer dari pundak untuk tetap steril dari aktivitas. Rekan-rekan kami di Pos Gunung Merapi akan ke lapangan untuk melakukan verifikasi,” kata Agus Budi Santoso.

Kepala Badan Geologi, Rudy Suhendar, dalam keterangan kepada media di Yogyakarta mengatakan, letusan pagi itu mencatatkan amplitudo maksimum 77 mm dengan durasi 2 menit. Tinggi kolom letusan 6000 meter mengarah ke Barat Laut. Delapan menit setelah letusan, kawasan seputar Jrakah dan Selo yang berada dalam radius kurang dari 10 kilometer dari puncak, telah terkena hujan abu.

Letusan Merapi pada Jumat pagi (1/6) terjadi pukul 08.20 WIB selama dua menit, sedangkan malam pukul 20.24 WIB selama 1,5 menit, dan pukul 21.00 WIB selama 56 detik.

"Laporan dari lapangan yang kami terima, hujan abu akibat letusan malam ini terjadi di Desa Ketep, Banyuroto, dan Pogalan," katanya.

Hingga saat ini, status aktivitas Gunung Merapi masih di level II atau waspada dengan salah satu rekomentasi dari Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi Yogyakarta, berupa larangan aktivitas masyarakat di radius tiga kilometer dari puncak Merapi.

Gunung Merapi, mengalami fase letusan hebat berupa erupsi eksplosif pada 2010 disusul banjir lahar hujan secara intensif melewati berbagai sungai yang aliran airnya di Gunung Merapi serta menerjang sejumlah desa dan mengakibatkan warga mengungsi selama beberapa waktu. (Antaranews.com/Voaindonesia.com)

 

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home