Loading...
BUDAYA
Penulis: Tunggul Tauladan 17:35 WIB | Selasa, 28 Juli 2015

Pawai Budaya Tandai Pembukaan Gelar Budaya Catur Sagatra

Salah satu penampilan dalam kirab budaya. Perhelatan ini menandai dibukanya Gelar Budaya Catur Sagatra di Yogyakarta, hari Selasa (28/7). (Foto: Tunggul Tauladan)

YOGYAKARTA, SATUHARAPAN.COM -- Dinas Kebudayaan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menggelar pawai budaya dalam rangka “Gelar Budaya Catur Sagatra” pada hari Selasa (28/7) sore. Pawai budaya ini diikuti oleh perwakilan dari empat kabupaten dan satu kotamadya yang ada di wilayah Provinsi DIY, yaitu dari Kabupaten Sleman, Gunung Kidul, Kulon Progo, Bantul, dan Kota Yogyakarta.

Setiap kabupaten dan kotamadya yang ada di DIY masing-masing mengirimkan duta budayanya. Kabupaten Sleman menampilkan Tari Badui Semampir, Kabupaten Kulon Progo menampilkan Reog Wayang Ringin Budoyo, Kabupaten Gunung Kidul menampilkan kesenian Jathilan Sekar Manunggal Mudho, Kabupaten Bantul menampilkan Seni Keprajuritan Suroprawiro, dan Kotamadya Yogyakarta menampilkan Bregodo Ganggeng Samudro.

Menurut Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi DIY, Drs. Umar Priyono M.Pd, pawai budaya yang rutin digelar setiap tahun oleh Dinas Kebudayaan Provinsi DIY ini merupakan wujud apresiasi terhadap para pelaku seni di empat kabupaten dan satu kotamadya. Selain sebagai wujud apresiasi, pawai ini juga sekaligus upaya untuk melestarikan kebudayaan di tengah-tengah masyarakat.

“Kegiatan ini tidak saja sebagai bentuk pemberian apresiasi, tetapi juga nguri-uri (melestarikan) kebudayaan masyarakat di DIY,” ujar Umar Priyono dalam kata sambutan sebelum melepaskan kontingen peserta pawai budaya.

Umar menambahkan bahwa pelaksaan pawai budaya tahun ini agak berbeda dengan tahun lalu. Jika tahun lalu, pawai budaya dilaksanakan di akhir tahun dan sering terkendala dengan cuaca, maka untuk tahun ini pawai dihelat di tengah tahun dengan alasan belum memasuki musim penghujan. Selain kendala cuaca, alasan lain dari perubahan waktu pawai adalah pertimbangan pick season kunjungan wisatawan ke Yogyakarta, yang salah satunya terjadi di bulan Juli.

“Yang penting saat ini adalah pick season kunjungan wisatawan asing ke Yogyakarta. Jadi kita tidak semata-mata menampilkan potensi budaya, tetapi harapannya juga sebagai daya tarik tersendiri bagi siapapun yang berkunjung ke Yogyakarta. Dan nanti kita bisa melihat bahwa seni tradisi itu masih hidup dengan relatif baik di Yogyakarta, “ tambah Umar.

Di sisi lain, keikutsertaan para pelaku seni di 4 kabupaten dan 1 kotamadya dalam pawai budaya tersebut juga menjadi semacam model atau pola kerjasama antara pemerintah di Provinsi DIY dengan para pemangku kepentingan di kabupaten dan kota. Bahkan, lanjut Umar, model kerjasama tersebut bisa dikembangkan hingga ke pemerintahan di Jawa Tengah.

Salah satu upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Provinsi DIY untuk mengembangkan pola kerjasama tersebut adalah mengundang para pelaku seni yang ada di Jawa Tengah. Upaya tersebut mulai terwujud dengan dihelatnya pagelaran klasik di Pagelaran Keraton Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat pada Selasa (28/7) malam.

Menurut rencana, dalam pagelaran klasik tersebut, Dinas Kebudayaan Provinsi DIY mengundang duta-duta kebudayaan dari empat istana yang ada di DIY dan Jawa Tengah. Keempat istana tersebut adalah Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat, Kadipaten Pakualaman, Puri Mangkunegaran, dan Kasunanan Surakarta Hadiningrat, atau dalam istilah sosiologi perdesaan dan sejarah yang membahas tentang perkebunan lazim disebut dengan nama “Catur Sagatra”

“Kami berharap dengan bertemunya entitas penting atau sumber-sumber budaya yang ada di Jateng dan DIY ini, akan semakin menentukan Yogyakarta sebagai daerah budaya. Harapannya nanti akan banyak hal yang bisa dilakukan oleh para pemangku dinas untuk mendukung atau mempercepat majunya pembangunan kebudayaan di Yogyakarta,” jelas Umar. 

Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home