Loading...
HAM
Penulis: Sabar Subekti 14:02 WIB | Rabu, 08 April 2015

PBB: Mendesak Evakuasi Pengungsi Palestina di Yarmouk dari Kepungan ISIS

Kamp Pengungsi Yarmouk di selatan Damaskus, Suriah yang hancur akibat perang saudara di negeri itu. (Foto: dok./Ist)

SATUHARAPAN.COM – Situasi warga Palestina di kamp pengungsi Yarmouk, di selatan Damakus, Suriah, dalam keputus-asaan yang parah. Demikian dikatakan Komisaris Jenderal pada Badan PBB untuk Bantuan dan Pekerjaan bagi Pengungsi Palestina di Timur Dekat (UNRWA), Pierre Krähenbühl.

UNRWA dalam konfensi pers, hari Selasa (7/4) mengatakan bahwa situasi pengungsi Paliosteni di Yarmouk sekarang lebih putus asa daripada sebelumnya. Dan Badan PBB itu menuntut akses ke kamp Yarmouk di Damaskus untuk memberi bantuan, seperti dilaporkan Christian Today.

Kamp Yarmouk sebelumnya  menampung sekitar 150.000 pengungsi Palestina, dan sekarang hanya tersisa 18.000 orang, termasuk 3.500 anak-anak akibat perang saudara di Suriah. Mereka yang masih tinggal berada pada situasi terjebak di antara pasukan pemerintah Suriah dan kelompok-kelompok pemberontak sejak 2012.

Rabu lalu, ISIS (Islamic State of Iraq and Syria) menyerang daerah itu dan menguasai sebagian besar kamp. Menurut BBC News, militan menguasai sekitar 90 persen wilayah itu. Dan pada hari Senin muncul laporan bahwa ISIS mulai memenggal kepala para tawanan.

"Sekarang, apa yang ada di pikiran orang-orang (palestina) di Yarmouk adalah semata-mata tentang kelangsungan hidup," kata Krähenbühl. Dia baru-baru ini mengunjungi kamp secara pribadi. "Saya melihat banyak orang putus asa, menunggu adanya sedikit bantuan untuk."

Ini adalah "salah satu (situasi) yang paling paling parah yang pernah terjadi," tambahnya.

‘’Lubang Neraka’’

Sementara itu, di Markas Besar PBB di New York, Duta Besar Yordania untuk PBB yang juga menjabat presiden Dewan Keamanan, Dina Kawar, mengatakan pihaknya menyerukan "perlindungan warga sipil di kamp itu untuk memastikan akses bantuan kemanusiaan ke daerah itu, termasuk memastikan perjalanan yang aman dan evakuasi warga sipil".

Kebutuhan akan makanan, obat-obatan dan air untuk warga sipil di kamp itu sangat bergantung pada pasokan bantuan. Menurut UNRWA, pihaknya hanya mampu memberikan makanan untuk pengungsi selama 131 hari pada 2014 atau rata-rata 89 kotak per hari sepanjang tahun.

Untuk memenuhi kebutuhan minimal mereka yang tinggal di sana, perlu mendistribusikan setidaknya 400 kotak makanan setiap hari. "Situasi di kamp itu luar biasa tidak manusiawi," kata juru bicara UNRWA, Chris Gunness.

"Tidak ada makanan, tidak ada air dan ada obat, meskipun hanya sedikit ... Orang-orang bersembunyi di rumah-rumah mereka, ada pertempuran terjadi di jalan-jalan... Hal ini harus dihentikan dan warga sipil harus dievakuasi," kata Gunness.

Menurut sejumlah laporan, beberapa ratus orang pengungsi berhasil lolos dari kamp selama akhir pekan. Gunness memperkirakan bahwa 94 warga sipil, termasuk 43 perempuan dan 20 anak-anak, meninggalkan kamp pada hari Minggu dan mendapat dukungan kemanusiaan.

Gunness menjelaskan bahwa kamp Yarmuk sekatang bagaikan "lubang neraka’’, kata dia kepada Deutsche Welle. Bahkan itu terjadi sebelum infiltrasi oleh ISIS. Dia menegaskan "dalam opengertian diplomatik dan tekanan politik," sekarang penting untuk pengepungan dan mengakhiri.

"Kita perlu tindakan politik bersama," tambahnya. "Mereka, pemegang kekuasaan, tahu siapa mereka, dan mereka tahu apa yang harus mereka lakukan."


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home