Loading...
RELIGI
Penulis: Prasasta Widiadi 16:28 WIB | Rabu, 25 Desember 2013

Pdt. Ellen Polii, S.Th: Ketaatan Yusuf Pada Firman Tuhan Hadirkan Karakter Kristus

Pdt. Ellen Polii, S.Th: Ketaatan Yusuf Pada Firman Tuhan Hadirkan Karakter Kristus
Pdt. Ellen Polii (toga putih) di atas mimbar saat berkhotbah Natal (foto-foto: Prasasta Widiadi).
Pdt. Ellen Polii, S.Th: Ketaatan Yusuf Pada Firman Tuhan Hadirkan Karakter Kristus
Pdt. Ellen Polii berjabat tangan dengan jemaat seusai kebaktian Natal.
Pdt. Ellen Polii, S.Th: Ketaatan Yusuf Pada Firman Tuhan Hadirkan Karakter Kristus
Pdt. Ellen Polii berjabat tangan dengan jemaat seusai kebaktian Natal.
Pdt. Ellen Polii, S.Th: Ketaatan Yusuf Pada Firman Tuhan Hadirkan Karakter Kristus
Jemaat GPIB Koinonia yang berduyun-duyun ingin berjabat tangan dengan Pdt. Ellen Polii.
Pdt. Ellen Polii, S.Th: Ketaatan Yusuf Pada Firman Tuhan Hadirkan Karakter Kristus

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Pendeta (Pdt.) Ellen Polii, S.Th, pendeta Gereja Protestan Indonesia bagian Barat (GPIB) Jemaat Koinonia Jakarta mengatakan dalam khotbah natal yang dia sampaikan pada Kamis (25/12) siang, di GPIB Koinonia, Jakarta bahwa keteladanan Yusuf kepada Firman Tuhan patut dicontoh.

Menurut Ellen Polii ketaatan Yusuf merupakan contoh riil dan konkrit karakter Kristiani yang diperlukan umat Kristen saat ini.

Ellen Polii pada khotbah natal siang tadi, mendasarkan renungan Natal 2013 ini dari Matius 1 : 18-25. Pada perikop ini mengisahkan Kelahiran Yesus Kristus. Pertemuan Yusuf dan Maria sebagai awal mula kelahiran Yesus, akan tetapi Maria mengandung bukan karena perbuatan Yusuf, akan tetapi sebagai karunia dari Roh Kudus, hingga kelahiran Yesus sebagai penggenapan atas Firman Tuhan (Matius 1:22).

Yusuf Pantas Diteladani Karena Tidak Mau Mencemarkan Nama Baik Maria

Dua hal pokok, menurut Ellen Polii yang menjadi teladan bagi manusia saat ini dengan berpijak kepada perikop tersebut, salah satunya, yang pertama adalah sikap Yusuf, teladan yang pertama yakni Yusuf tidak menguggat Maria, tunagannya itu, ke pengadilan karena mengetahui Maria telah mengandung.

“Yusuf  tidak menguggat maria ke pengadilan, melainkan Yusuf dalam hatinya memilih ingin menceraikan maria diam diam dengan maksud supaya maria tidak dipermalukan, dan nama Maria tidak dicemarkan,” kata Ellen Polii.

Sebelumnya Ellen Polii menjelaskan bahwa dalam jelang pernikahan menurut tradisi Yahudi kuno, apabila seorang wanita telah mengandung bayi, akan tetapi bayi tersebut bukan dari  hasil hubungan dengan pria yang menjadi tunangannya, maka pria tersebut dapat menguggat ke pengadilan dan sang wanita akan dijatuhi hukuman rajam.

Ellen Polii melanjutkan, Yusuf sesungguhnya telah kecewa, karena yang dia ketahui adalah Maria mengandung bayi atau janin dari hasil hubungan dengan pria lain. Ellen polii mengatakan bahwa inilah keteladanan Yusuf yang patut diteladani, karena Yusuf masih dikaruniai kesabaran dan tidak langsung melaporkan Maria ke pengadilan, karena Yusuf tidak ingin nama Maria tercemar.

“Walau Yusuf sesungguhnya merasa kecewa, karena secara lahiriah, merasa sakit hati mana mungkin dia mengandung tetapi dari hasil hubungan dengan orang lain, akan tetapi dia tidak mau mencemarkan nama baik Maria, inilah bapak ibu saudara yang terkasih dalam Yesus Kristus,  sikap bijaksana bahwa Yusuf pantas kita teladani,” lanjut pendeta jemaat GPIB Koinonia ini.

Sikap tidak mau mencemarkan nama baik Maria inilah yang kemudian ditekankan Ellen Polii karena pada jaman sekarang ini manusia cenderung mudah menjatuhkan dan mencemarkan nama baik orang lain, hanya karena seseorang memiliki pengetahuan dan fanatisme yang sempit.

“Sebagai refleksi untuk saat ini bisa saja kita merusak nama baik seseorang dengan menyebar gosip, cerita, fakta dan berita yang tidak pantas dari orang lain, hanya berdasar hal yang tidak nyata dan hanya karena kita iri kapasitas diri kita kurang jauh dari orang tersebut. Contoh: kita iri dengan teman sekantor, dia kan cepat naik pangkat, karena dia main mata dengan bosnya. Kita bisa iri dengan teman sekantor yang cepat naik pangkat, karena  dia lebih cantik dari pada saya, dan bos suka yang cantik-cantik,” lanjut Ellen Polii.

Ellen Polii mengatakan manusia sesungguhnya bisa mengejar kemampuan orang lain, akan tetapi seringkali manusia hanya bisa melihat dan menilai secara sepihak, melihat apa yang orang lain miliki selalu lebih baik, dan Tuhan selalu memberi yang buruk kepada kita.

Yusuf Tidak Gegabah

Keteladananan dari Yusuf lainnya adalah, kata Ellen Polii, Yusuf tidak gegabah untuk menceraikan Maria. Ellen Polii mendasarkan pada Matius 1:20  yang mengatakan bahwa dia tetap mendengarkan suara Tuhan di dalam mimpinya, melalui Roh Kudus bahwa anak yang dikandung Maria berasal dari Roh Kudus, dan itu sebagai bagian dari penggenapan Firman Tuhan atas datangnya Raja Damai, Yesus Kristus.

“Yusuf tidak gegabah ketika dia tahu bahwa Maria hamil bukan dari benihnya, mari saudara-saudara sekalian kita cermati Matius 1 ayat 20 dikatakan bahwa dia (Yusuf) mempertimbangkan maksudnya untuk menceraikan Maria, akan tetapi dia memilih mengamini suara dari Tuhan dalam bentuk Roh Kudus yang hadir dalam mimpinya itu,” lanjut Ellen Polii.

Ellen Polii mengatakan bahwa manusia modern saat ini cenderung gegabah dan sering cari jalan pintas tatkala masalah memuncak, akan tetapi Yusuf patut diteladani karena Yusuf lebih memilih suara Tuhan daripada mencari jalan pintas.

“Nah, contohnya bagi kita sekarang kalau ada masalah kadang kita selalu gegabah. Cari jalan pintas kalau masalah sudah benar-benar memuncak, dan dia tidak membuat pelampiasan yang menimbulkan amarah sebagai pelampiasan dan sakit hati yang memuncak, perlu kita cermati dalam sikap

Yusuf yang masih mau mendengarkan nasihat dari Tuhan dalam mimpi (Mat 1:20), bahwa Yusuf tidak gegabah dan masih mempercayai Firman Tuhan bahwa bayi dari Roh Kudus tersebut nantinya merupakan penggenapan Firman Tuhan atas lahirnya juru selamat,” lanjut Ellen Polii.

Ketaatan Yusuf Membentuk Karakter Kristiani Yang Kuat

Ellen mengatakan dari dua hal di atas bahwa apabila perintah Tuhan benar-benar kita patuhi, sama seperti Yusuf yang memiliki ketaatan sempurna kepada Firman Tuhan maka akan membentuk umat Kristen modern sebagai umat yang memiliki karakter Kristiani yang kuat.     

“Ketaatan Yusuf kepada Tuhan dalam dua contoh yang saya berikan di atas, membentuk karakter yusuf menjadi sempurna, nah, bagi kita sekarang dari contoh ketaatan yusuf kiranya menjadi teladan bagi saya dan saudara semua, agar (kita) menjadi seseorang  yang karakter penuh cinta kasih, damai, kelembutan dan pembawa terang,” kata Ellen Polii.    

Sebelumnya Ellen Polii menjelaskan bahwa Yusuf merupakan individu yang tulus hati (Mat 1:19) karena taat kepada Taurat Tuhan.

“Yusuf sosok orang yang tulus hatinya, hal ini terlihat bahwa dia memiliki sifat hati yang tulus bukan tanpa sebab, karena dia konsisten memiliki sikap hidup yang mentaati hukum-hukum Allah, sehingga Yusuf mampu mengasihi kendati pun orang yang tidak layak dia kasihi tetapi dia cintai, Maria yang dia tolong tetap dia cintai walau Yusuf tahu bahwa Maria yang telah dia tolong itu tidak sanggup membalasnya,” kata Ellen Polii.

“Yusuf memiliki hati yang tulus karena dia mencintai Taurat Tuhan dan setiap hari dia menggumuli Taurat Tuhan dalam sikap hidup sehari-hari, ketaatan kepada Taurat Tuhan inilah yang mempengaruhi kehidupannya, dan yang mempengaruhi pilihan tindakannya, dan sikapnya terhadap sesama, sehingga memberi contoh bagi kita tentang karakter iman Kristiani sesungguhnya,” tutup Ellen Polii.

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home