Loading...
EKONOMI
Penulis: Sabar Subekti 12:54 WIB | Sabtu, 23 Maret 2024

Pemimpin 30 Negara Bertemu di KTT Brussels untuk Mempromosikan Energi Nuklir

Uap mengepul dari pembangkit listrik tenaga nuklir di sebelah kincir angin tua di Doel, Belgia, 11 Oktober 2021. Para pemimpin negara-negara Uni Eropa dan organisasi lain bertemu dalam pertemuan puncak satu hari pada Kamis, 21 Maret 2024 dengan tujuan menyoroti peran energi nuklir, mengurangi penggunaan bahan bakar fosil, meningkatkan keamanan energi dan meningkatkan pembangunan ekonomi. (Foto: AP/Virginia Mayo, File)

BRUSSELS, SATUHARAPAN.COM-Di bawah bayang-bayang monumen besar yang mengagung-agungkan energi nuklir, lebih dari 30 pemimpin dan delegasi dari seluruh dunia mendukung gagasan untuk menggunakan sumber kontroversial tersebut guna membantu mencapai tujuan dunia yang netral iklim sekaligus memberi lebih banyak negara kesempatan untuk menggunakan energi nuklir, menambah rasa kemandirian ekonomi dan keamanan.

Pertemuan puncak seperti itu mungkin tidak terpikirkan belasan tahun yang lalu setelah kecelakaan nuklir Fukushima pada tahun 2011 di Jepang, namun pemanasan global yang menciptakan kebutuhan untuk menghentikan penggunaan bahan bakar fosil dan perang di Ukraina yang menunjukkan ketergantungan pada energi Rusia telah membalikkan keadaan selama setengah dekade terakhir.

“Kita harus melakukan segala kemungkinan untuk memfasilitasi kontribusi energi nuklir,” kata Rafael Grossi, kepala Badan Energi Atom Internasional. “Jelas: Nuklir ada di sana. Perannya sangat penting,” katanya.

Pertemuan satu hari tersebut diadakan di sebelah Atomium tahun 1958, konstruksi sembilan atom besi setinggi 102 meter (335 kaki), yang berupaya untuk mempromosikan penggunaan energi nuklir secara damai setelah ledakan bom nuklir di akhir Perang Dunia II dan penggunaannya sebagai pencegah geopolitik sejak saat itu.

Energi nuklir, kata Presiden Dewan Uni Eropa, Charles Michel, “di satu sisi dapat membantu kita mengatasi krisis iklim, dan dapat membantu kita membangun otonomi strategis.”

Dampak buruk dari kecelakaan nuklir, seperti yang terjadi pada tahun 1986 di Chernobyl, Ukraina, hampir tidak menjadi topik pembicaraan dalam pertemuan tersebut. Kelompok lingkungan luar berupaya menyoroti bahaya teknologi dan meyakinkan para pemimpin bahwa sumber energi terbarukan seperti angin dan matahari jauh lebih praktis dan bermanfaat.

Membangun pembangkit listrik tenaga nuklir membutuhkan waktu bertahun-tahun dan proyek sering kali dirusak oleh pembengkakan biaya dan tenggat waktu.

Pertemuan hari Kamis seharusnya menjadi sesi perencanaan strategis tanpa diharapkan adanya hasil praktis. (AP)

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home