Loading...
RELIGI
Penulis: Ignatius Dwiana 16:44 WIB | Sabtu, 04 Januari 2014

Pendeta Palti: Saya Sangat Kecewa dengan Pernyataan SBY

Pendeta Palti Panjaitan dari HKBP Filadelfia. (Foto: Ignatius Dwiana)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Pendeta Palti Panjaitan dari Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) Filadelfia  menyampaikan bahwa dampak dari pelarangan ibadah atau fatwa sesat menghasilkan efek domino. Itu disampaikan dalam konferensi pers bertajuk ‘Melawan Intoleransi Beragama’ yang diadakan Gerakan Masyarakat Penerus (GMP) Bung Karno di Jakarta pada Jum’at (3/1).

Pendeta Palti Panjaitan menyatakan kecewa dengan pidato Presiden SBY dalam  perayaan Natal nasional  pada Jum’at lalu (27/12). Dalam Natal nasional itu, Presiden SBY  berpidato bahwa masyarakat dalam menjaga toleransi beragama jangan menggantungkan diri kepada negara.

Saya sangat kecewa dengan pernyataan SBY ketika Natal nasional. Jadi bergantung kepada siapa? Bergantung kepada siapa kita bernegara ini? Hukum rimba? Ini yang sangat saya kecewa.”

Pendeta Palti Panjaitan menilai bahwa tugas negara untuk menghentikan aksi intoleran selama karena undang-undang dan konstitusi telah mengatur.

“Ini yang saya sangat sesalkan dengan pernyataan beliau. Beliau mencari kambing hitam bahwa ini bukan tugas saya.“ Menurut dia, hal kasat mata itu tidak dilihat negara.

Kunjungan solidaritas

Pendeta Palti juga menceritakan hasil kunjungannya ke para korban pelanggaran kebebasan beragama dan berkeyakinan. Muslim Syi’ah di Sampang dan jamaah Ahmadiyah di Mataram menurutnya sangat menderita.

Muslim Syiah yang dipaksa tinggal di GOR Sampang hanya dapat berharap belas kasihan. Tidak berani keluar dari GOR karena keamanannya tidak dijamin. Akibatnya tidak bisa keluar GOR untuk bekerja. Kalau tidak bisa bekerja jadi tidak bisa makan.

Di Transito, Mataram, jamaah Ahmadiyah hidup ruangan kecil yang disekat dengan kain. Hidup mereka sangat terbatas.

Para penganut agama lokal juga dipaksa untuk tidak menunjukkan identitasnya supaya memperoleh hak warga negara.  “Mereka tidak memiliki hak publiknya. Mereka terpaksa memilih agama resmi yang disahkan negara dan menyangkal imannya untuk mendapat hak-haknya.”

Dalam konferensi per situ, Pendeta Palti Panjaitan menyampaikan pesan,”Semoga banyak yang menyadari Indonesia akan menuju kehancuran kalau intoleransi tidak diselesaikan.”

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home