Loading...
SAINS
Penulis: Sotyati 08:45 WIB | Senin, 16 Maret 2015

Pendidikan Islam Pembuka Kerja Sama Kebudayaan Indonesia-Eropa

Dirjen Pendidikan Islam Kamaruddin Amin (kiri), dalam kunjungan ke Parlemen Eropa. (Foto: kemenag.go.id)

BRUSSELS, SATUHARAPAN.COM – Kerja sama Kementerian Agama dengan masyarakat muslim Eropa perlu terus ditingkatkan. Dua tahun sebelumnya, 2012 dan 2013, Kementerian Agama dan KBRI Brussels menyelenggarakan Interfaith Dialogue dengan mengundang pegawai Parlemen Eropa (European Parliement, EP) ke Indonesia. Kuasa Usaha Ad Interim KBRI Brussels, Ignacio Kristantyo Hardojo, mengatakan acara interfaith itu mendapat sambutan positif di Brussels dan Eropa.

“Peserta diajak langsung mengunjungi pesantren, gereja, sinagog, dan kelompok-kelompok interfaith di Indonesia. Mereka berbaur dan menanyakan langsung kepada masyarakat bagaimana praktik multikulturalisme dan dalog antaragama di Indonesia,” tutur Ignacio Kristantyo Hardojo kepada delegasi Kementerian Agama. 

Parlemen Eropa tertarik mendengar tentang Islam Indonesia, meminjam istilahnya, “ internationally recognized as a democratic Muslim country”.

Dirjen Pendidikan Islam Kamaruddin Amin, yang berkesempatan bertemu Wakil Sekjen European People’s Party (EPP) di Parlemen Eropa pada Kamis (12/13) lalu, membenarkan pihaknya ditanya banyak hal tentang Islam Indonesia, termasuk interfaith dialogue yang pernah dilaksanakan sebelumnya.

“Mereka mengikuti dengan baik perkembangan Islam Indonesia. Saya bercerita panjang lebar tentang potensi pendidikan Islam Indonesia mulai dari madrasah, pesantren, dan perguruan tinggi Islam,” kata Kamaruddin kepada Mastuki HS seperti bisa dibaca di kemenag.go.id.

“Saya sampaikan kepada mereka perkembangan masyarakat Islam Indonesia seperti dewasa ini dalam banyak hal dipengaruhi oleh model pengajaran Islam yang dilakukan institusi pendidikan Islam seperti madrasah, pesantren, diniyah, masjid, majelis taklim, pendidikan Qur’an dan sebagainya,” dia menambahkan.

Kamaruddin juga mengungkapkan data, pemimpin organisasi keagamaan di Indonesia seperti Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama umumnya berasal dari lembaga pendidikan Islam. “Madrasah dan pesantren mengajarkan Islam sesuai tradisi Nabi SAW, dialogis, ramah, moderat, dan penuh rahmah. Makanya tokoh yang lahir dari rahim institusi pendidikan Islam memiliki wawasan Islam yang juga moderat, toleran, menjunjung tinggi rahmatan lil alamin,” katanya.

Parlemen Eropa, kata Kamaruddin, berkepentingan mengadakan pendekatan kepada negara-negara yang memiliki pemeluk Muslim besar seperti Indonesia. “Kondisi politik Eropa, khususnya Belgia, sedang merindukan Islam model Indonesia. Isu integrasi masyarakat Muslim Eropa yang secara kuantitatif cukup signifikan dan isu radikalisme global yang merupakan ancaman mengerikan bagi dunia internasional, khususnya Eropa, menjadi salah satu alasan mengapa Indonesia menjadi menarik”, katanya sambil menambahkan pihaknya siap bekerja sama secara produktif dengan masyarakat Eropa.

Potensi pendidikan Islam dapat menjadi pembuka kerja sama kebudayaan yang lebih luas. Kementerian Agama akan mengirim peneliti dari perguruan tinggi Islam untuk melakukan kerja sama penelitian dengan berbagai universitas Eropa mengenai tantangan masyarakat Muslim Eropa.

“Jika mereka memiliki kandidat bagus dan ingin studi Islam di Indonesia, kita welcome. Kita memiliki sumber yang banyak untuk itu. MoRA Scholarship menyediakan beasiswa bagi foreign students dalam jumlah cukup. Anak muda Eropa yang akan studi di Indonesia bisa kita fasilitasi,” Kamaruddin menjelaskan.

Selain mengkampanyekan pendidikan Islam Indonesia, Delegasi Kemenag juga mengunjungi Gent Universiteit, satu jam perjalanan darat dari Brussels, untuk pengiriman dosen PTKI melalui Program 5.000 Doktor. Di Gent, Kamaruddin menjajaki kerja sama dalam bidang bioscience yang memang menjadi unggulan riset dan program PhD Gent Universiteit. Beberapa UIN yang memiliki fakultas kedokteran dapat memanfaatkan kesempatan ini untuk internatonally orientation.

Menurut Kamaruddin, semua jalur harus ditempuh untuk memperkenalkan pendidikan Islam lebih luas ke Eropa dan belahan negara lainnya. “Kalau perlu kita yang mengajari mereka tentang pluralisme, demokrasi, dan moderasi Islam. Bukan mereka yang mengajari kita,” katanya. (kemenag.go.id)

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home