Loading...
HAM
Penulis: Sabar Subekti 08:47 WIB | Kamis, 09 Juli 2020

Peneliti Irak Sebelum Dibunuh Dapat Ancaman dari Kelompok Kata’ib Hizbullah

Seorang demonstran Irak yang mengenakan masker untuk melindunginya dari virus corona (COVID-19), menghadiri pemakaman simbolis untuk ahli jihadisme Irak, Hisham Al-Hashemi yang dibunuh. (Foto: AFP)

BAGHDAD, SATUHARAPAN.COM-Peneliti Irak, Hisham Al-Hashemi, yang ditembak mati oleh orang-orang bersenjata tak dikenal pada hari Senin (6/7) telah menerima ancaman pembunuhan dari milisi Kata'ib Hizbullah yang didukung Iran sekitar sebulan yang lalu, menurut seorang aktivis Irak.

Al-Hashemi, 47 tahun, tewas pada Senin (6/7) malam setelah tiga pria bersenjata dengan dua sepeda motor menembaknya dari jarak beberapa meter di dekat rumahnya di ibu kota Baghdad. Al-Hashemi adalah bersuar a kerasterhadap faksi ekstremis Sunni termasuk kelompok teror ISIS, tetapi juga sering dimintai konsultasi oleh media dan pemerintah asing tentang politik domestik Irak dan kelompok-kelompok bersenjata Syiah, menurut laporan Al Arabiya.

Sementara itu, Amerika Serikat mengecam keras pembunuhan terhadap periset Irak itu, yang telah menulis tentang politik, ISIS, dan peran milisi yang didukung Iran di Irak, kata Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo dikutip Reuters.

Aktivis Irak, Ghaith Al-Tamimi, dalam screenshot tweet tentang percakapan WhatsApp antara dia dan Al-Hashemi yang menunjukkan peneliti yang terbunuh itu mengatakan dia menerima ancaman pembunuhan dari Kata'ib Hizbullah yang pro Iran.

"Saya butuh saran mendesak Anda... Kata'ib Hizbullah telah mengancam akan membunuh saya," kata Al-Hashemi kepada Al-Tamimi di WhatsApp. Al-Hashemi kemudian meminta saran Al-Tamimi tentang cara menangani ancaman, setelah itu Al-Tamimi bertanya kepada Al-Hashemi apakah mereka dapat berbicara melalui telepon.

Percakapan itu terjadi sebulan yang lalu, Al-Tamimi mengatakan kepada jaringan berbahasa Arab yang berbasis di Amerika Serikat, Alhurra, menambahkan bahwa mereka memiliki percakapan telepon selama satu jam setelah obrolan WhatsApp.

Al-Tamimi mengatakan dia menyarankan Al-Hashemi untuk meninggalkan Irak "dengan cara apa pun."

Urung Meninggalkan Irak

Khawatir akan hidupnya, Al-Hashemi memutuskan untuk meninggalkan Irak tetapi kemudian berubah pikiran dengan percaya bahwa pemerintahan Perdana Menteri Mustafa Al-Kadhimi akan "menciptakan lingkungan baru di Irak" dan bahwa ia harus hadir pada tahap ini di negara itu, menurut Al-Tamimi.

"Saya tidak akan diam dan mengambil bagian dalam pembunuhan Anda dengan tidak menyembunyikan bukti kepada publik," tweeted Al-Tamimi.

Dalam tweet sebelumnya, Al-Tamimi mengatakan dia telah diancam oleh kelompok yang sama yang membunuh Al-Hashemi, karena memiliki bukti kesalahan kelompok itu dalam pembunuhan Al-Hashemi.

"Saya katakan kepada Hisyam, saya tidak akan bungkam dan tidak akan mengecewakan Anda... Kata'ib Hizbullah membunuh Hisyam," kata Al-Tamimi kepada Alhurra.

PM Al-Kadhimi telah bersumpah untuk membawa para pembunuh Al-Hashemi ke pengadilan. Al-Hashemi secara informal bekerja sebagai penasihat untuk Al-Kadhimi, menurut seorang pejabat pemerintah.

Al-Hashemi dengan tegas mendukung protes rakyat yang meletus di selatan Baghdad yang penduduknya mayoritas Syiah pada Oktober lalu, yang mengecam pemerintah sebagai korup, tidak efisien, dan terikat pada negara tetangga Iran.

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home