Loading...
SAINS
Penulis: Febriana Dyah Hardiyanti 19:08 WIB | Kamis, 25 Februari 2016

Peneliti UGM: Buah Mengkudu Bisa Jadi Obat Cacing Alami

Peneliti UGM: Buah Mengkudu Bisa Jadi Obat Cacing Alami
Buah mengkudu atau pace (Foto: ugm.ac.id)
Peneliti UGM: Buah Mengkudu Bisa Jadi Obat Cacing Alami
Salah satu mahasiswa FKH UGM saat melakukan penelitian terhadap buah mengkudu atau pace di laboratorium

YOGYAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Lima mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada (FKH UGM), Deny H Tambunan, Rosa Lakshita Nugrahani, Puspita Dewi Fortuna, Iqbal Fathurahman, dan Ni Made ALW, menemukan obat alami yang terbukti ampuh untuk penyakit cacingan (toksokariasis) dengan memanfaatkan buah mengkudu atau pace.

Toksokariasis merupakan salah satu infeksi yang umum dijumpai di masyarakat dunia, terutama di negara berkembang. Data WHO mencatat prevalensi toksokariasis mencapai 16,67 persen di seluruh dunia. Infeksi zoonosis ini juga masih banyak terjadi di Indonesia, khususnya pada anak-anak.

Penyakit ini disebabkan oleh cacing toxocara canis pada anjing, toxocara cati pada kucing, dan toxocara vitulorum pada sapi. Infeksi parasit ini dapat menyebabkan kerusakan dan peradangan jaringan tubuh. Pengobatan toksokariasis biasanya dilakukan dengan pemberian obat cacing sintetik, seperti Albendazole. Namun, penggunaan obat ini dapat menimbulkan gangguan saluran pencernaan (mual, muntah, serta diare) dan juga reaksi alergi.

“Mengkudu ini banyak dijumpai di Indonesia, tapi belum banyak yang memanfaatkan dan dibiarkan berjatuhan hingga membusuk begitu saja. Padahal, mengkudu ini memiliki berbagai khasiat salah satunya bisa digunakan sebagai obat toksokariasis karena mengandung senyawa antihelmintik (obat cacing),” kata Rosa, hari Senin (22/2) di FKH UGM.

Untuk mengetahui aktivitas antihelmintik pada buah mengkudu, lima mahasiswa FKH UGM itu melakukan uji coba terhadap lima ekor kucing yang terkena toksokariasis. Sebelum mengaplikasikan pada kucing, mereka terlebih dahulu mengolah mengkudu hingga menjadi ekstrak.

“Kucing kami cekoki ekstrak mengkudu ini yang telah dilarutkan dengan aquades. Pemberian ekstrak mengkudu dilakukan dua kali dalam dua minggu,” katanya.

Hasil uji coba terhadap kucing memperlihatkan bahwa dengan pemberian ekstrak mengkudu bisa menekan perkembangan telur cacing toxocara cati. Mereka membuat ekstrak mengkudu dalam empat konsentrasi, yaitu 40 persen, 60 persen, 80 persen, dan 100 persen.

“Hasil optimal diperoleh dengan pemberian ekstrak mengkudu sebanyak 100 persen. Setelah hari ke-3 pemberian 100 persen ekstrak mengkudu, sama sekali tidak terdapat telur toxocara dalam feses kucing,” ujar Rosa.

Penggunaan buah mengkudu sebagai obat toksokariasis, dikatakan oleh Rosa, juga aman bagi manusia karena berasal dari bahan alam sehingga minim efek samping. Selain itu, juga aman dikonsumsi bagi ibu hamil.

“Pada beberapa obat cacing di pasaran bersifat bahaya jika dikonsumsi ibu hamil dan janin. Namun, mengkudu ini aman dan tidak berbahaya bagi kandungan,” katanya.

Ekstrak mengkudu telah terbukti mampu menekan pertumbuhan cacing toxcocara pada kucing. Namun, Rosa menyampaikan bahwa kedepan perlu penelitian lanjutan pemanfaatan ekstrak mengkudu sebagai obat toksokariasis.

“Masih perlu dilakukan berbagai penelitian lanjutan. Salah satunya untuk menentukan dosis yang tepat bagi manusia,” kata Rosa. (ugm.ac.id)

Editor : Eben E. Siadari


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home