Pertamina, Kemendag, BUMN Bungkam Soal Pelat Nomor di SPBU
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Kementerian Perdagangan (Kemendag), BUMN, hingga PT Pertamina belum merespons terkait kebijakan pencatatan pelat nomor kendaraan dengan menggunakan sistem Pre-Purchase oleh PT Pertamina (Persero).
Sebelumnya Pertamina dikabarkan menjalankan monitoring penjualan BBM Subsidi khususnya Solar JBT, salah satunya dengan pencatatan nomor polisi kendaraan di SPBU.
“Hingga saat ini telah mencapai 82 persen dari total transaksi perhari. Untuk penggunaan teknologi video analytic (penggunaan kamera) sedang dikaji dari berbagai aspek,” kata Direktur Penunjang Bisnis Pertamina M Haryo Yunianto seperti dikutip satuharapan.com dari pertamina.com, hari Selasa (19/1).
Namun untuk apa pencatatan nomor polisi kendaraan tersebut? Apakah manfaat dari pencatataan nomor polisi kendaraan tersebut? Tidak disebutkan juga kendaraan apa yang dimaksud, apakah kendaraan milik konsumen atau milik pertamina?
Satuharapan.com telah menghubungi VP Corporate Communication Pertamina, Fajriyah Usman melalui pesan singkat dan juga tertulis melalui website resmi pertamina.com, namun belum direspons oleh pihak Pertamina hingga saat ini.
Satuharapan.com juga mencoba menghubungi pihak Kemendag dan BUMN terkait izin Pertamina mencatat pelat nomor kendaraan. Namun demikian pihak Kementerian Perdagangan melalui Staf Humas mereka tidak ada satupun yang merespons untuk dimintai tanggapan, bahkan nomor Menteri Perdagangan yang diperoleh satuharapan.com, Selasa malam juga hanya membaca saja (centang biru) tapi tidak membalas.
Sementara itu, salah satu nomor telepon dari orang dekat Menteri BUMN yang dikontak satuharapan.com melalui pesan singkat justru mengarahkan redaksi untuk bertanya ke pihak Pertamina.
Persoalan pencatatan pelat nomor di SPBU banyak pihak yang belum mengetahui terkait izinnya. Apa manfaatnya bagi masyarakat? Apakah konsumen diuntungkan dengan pencatatan pelat nomor tersebut? Banyak masyarakat Indonesia yang sejauh ini belum mengetahui informasi tersebut.
Dalam rilisnya PT Pertamina, yang diakses hari Selasa (19/1) siang, Pertamina disebutkan melanjutkan program digitalisasi stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) dengan mengembangkan sistem baru yakni autoreplenishment dan prepurchase.
Direktur Penunjang Bisnis Pertamina M Haryo Yunianto mengatakan, terkait digitalisasi SPBU akan memiliki dampak positif bagi Pertamina karena akan menyediakan data dan informasi yang akurat serta real time.
Data dan informasi inilah yang akan digunakan Pertamina sebagai alat untuk melakukan keputusan strategis dalam memastikan kehandalan suplai dan pelayanan bagi masyarakat.
Selain kehandalan suplai, digitalisasi SPBU juga telah menjalankan monitoring penjualan BBM Subsidi khususnya Solar JBT, salah satunya dengan pencatatan nomor polisi kendaraan dengan menggunakan sistem Pre-Purchase yang hingga saat ini telah mencapai 82 persen dari total transaksi perhari. Untuk penggunaan teknologi video analytic (penggunaan kamera) sedang dikaji dari berbagai aspek.
“Kita tidak berhenti sampai disini. Selanjutnya Pertamina telah menyiapkan pengembangan sistem lebih lanjut menggunakan data dan informasi yang didapat dari digitalisasi SPBU, yakni Sistem Autoreplenishment dan Sistem Prepurchase pembelian BBM Subsidi,” kata Haryo dalam keterangan resmi pertamina.com di Jakarta, Selasa (19/1).
Direktur Penunjang Bisnis Pertamina tersebut menambahkan, bahwa transformasi digital dilakukan di seluruh proses bisnis inti di Pertamina, baik dari sisi upstream, midstream, downstream, maupun korporat.
“Meskipun kita dihadapkan dengan kondisi pandemi, semangat transformasi Pertamina yang berkelanjutan tetap kami gaungkan sebagai bagian dari komitmen mewujudkan visi sebagai perusahaan energi global serta mewujudkan kemandirian energi nasional," ujar Haryo.
Pada sisi upstream, Upstream Production Optimization sudah Go Live pada 10 Desember tahun lalu, sisi midstream atau refinery sudah dilaksanakan predictive maintenance di Refinery Unit VI Balongan untuk menjaga kehandalan kilang dan stok, dan dalam sisi korporat adanya integrasi, join operational dashboard dari Hulu sampai Hilir, Digital Procurement dan Office Automation dengan menggunakan sistem P-Office.
Kondisi ini pula yang mendorong Pertamina, akselerator untuk mempercepat proses transformasi digital, selain di sisi upstream, midstream, dan corporate, tidak kalah pentingnya pada sisi downstream yakni digitalisasi 5.518 SPBU sudah diselesaikan.
Pancasila Jadi Penengah Konflik Intoleransi
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Akademisi Universitas Gadjah Mada (UGM) Dr. Leonard Chrysostomos Epafras ...