Loading...
DUNIA
Penulis: Prasasta Widiadi 21:05 WIB | Selasa, 22 Desember 2015

Pertanian Afrika Bagian Selatan Butuh Bantuan, Masih Terdampak El Nino

Ilustrasi: Sebuah perkebunan di Swaziland, negara yang bertetangga dengan Afrika Selatan. (Foto: technoserve.org).

JOHANNESBURG, SATUHARAPAN.COM – Wilayah Afrika bagian Selatan (Afrika Selatan, Swaziland, dan Namibia) membutuhkan bantuan dari berbagai pihak untuk mengatasi krisis pertanian di ketiga negara tersebut yang masih terdampak badai kekeringan (el nino), walau Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB/ FAO) turut menopang pertanian di ketiga negara tersebut yakni dengan melakukan intervensi di sektor pertanian.

“FAO bekerja sama dengan pemerintah dan instansi terkait pertanian di sebuah negara dan mitra lain di sub regional tersebut. Ini harus dilakukan karena saat ini mengatasi krisis pertanian, dan faktor lain yang mendasari adalah  kebutuhan pangan yang mendesak untuk jangka panjang. Intervensi yang tepat pada tanaman dan ternak, untuk meminimalkan efek, kini diterapkan skala besar,” kata David Phiri, Koordinator FAO untuk Subregional  Afrika Bagian Selatan, seperti tertuang di website resmi FAO, hari Selasa (22/12).

Phiri menjelaskan FAO melakukan intervensi, atau mengatur sistem,  bagi petani agar memfokuskan kepada penyediaan benih tanaman penopang, dan tanaman yang akan dikonsumsi  ternak, di sisi lain FAO juga menyediakan  vaksin untuk ternak.

Beberapa waktu lalu, di Afrika bagian Selatan, FAO merevisi target  produksi untuk tanaman dan ternak  karena fenomena cuaca El Nino telah menyebabkan curah hujan berkurang dan suhu meningkat.

Data FAO menyebut bila dampak El Nino tidak diatasi di sektor pertanian maka akan melahirkan tingginya harga pangan, dan dapat memperburuk situasi keamanan pangan global pada tahun 2016.

Shukri Ahmed, Wakil Kepala Program Ketahanan Strategis FAO memprediksi beberapa waktu lalu bahwa musim tanam jagung di benua Afrika bagian Selatan akan ditunda sementara benih hanya ditebar sebagian. “Karena curah hujan yang tidak memadai dan suhu tinggi, karena curah hujan juga tidak seimbang, ada curah hujan yang sangat tinggi, tetapi di lain hari kelembaban dan suhu udara bisa meningkat sangat drastis,” kata Shukri.

Data kependudukan FAO menunjukkan sebagian besar negara di benua Afrika bagian Selatan  hampir sepenuhnya tergantung pada hujan, sebagai konsekuensinya  produksi sangat bergantung terhadap variasi curah hujan.

Dampak dari variasi curah hujan dan el nino berkepanjangan, beberapa waktu lalu mengakibatkan pengurangan produksi pangan di beberapa negara, termasuk Afrika Selatan, yang merupakan produsen sereal terbesar, dan sekaligus pengekspor jagung ke beberapa negara tetangga.

FAO telah memperingatkan Maret 2015 bahwa saat El Nino akan kuat, dan saat ini, menurut Shukri,  menjadi el nino terlama dalam 18 tahun sejarah pertanian di wilayah tersebut. Shukri memprediksi puncak el nino  akan terjadi pada awal 2016, atau kemungkinan sebelum masa panen  para petani di Afrika bagian Selatan. (fao.org).

Editor : Bayu Probo


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home