Loading...
SAINS
Penulis: Dewasasri M Wardani 11:50 WIB | Kamis, 07 Mei 2015

Petugas Medis Berupaya Cegah Wabah Campak di Nepal

Bayi di Somalia menangis setelah menerima vaksin lima dalam satu melawan beberapa penyakit yang berpotensi fatal, di sebuah klinik di Mogadishu. (Foto: AP/Ben Curtis)

KOTDANDA, SATUHARAPAN.COM – Petugas medis bergegas memvaksinasi lebih dari setengah juta anak-anak di Nepal, seiring dengan meningkatnya kekhawatiran, gempa dahsyat yang terjadi bulan lalu mengakibatkan mereka lebih rentan terhadap penyakit.

UNICEF memperingatkan,  mereka berpacu dengan waktu untuk mencegah wabah mematikan campak di negara Himalaya tersebut, pascagempa bumi pada 25 April yang sejauh ini menelan 7.652 korban jiwa di Nepal.

Dana anak-anak PBB, Organisasi kesehatan Dunia dan pemerintah Nepal menargetkan inokulasi darurat terhadap 500.000 anak di wilayah-wilayah yang terkena dampak gempa terparah.

“Sebelum gempa terjadi, satu dari sepuluh anak di Nepal belum mendapatkan vaksin campak, jadi kami akan memvaksinasi setengah juta anak-anak dalam beberapa pekan mendatang,” kata Kent Page, juru bicara divisi darurat UNICEF Nepal, kepada AFP.

Unit vaksinasi keliling di wilayah pegunungan Kotdanda, di dekat ibu kota Kathmandu, dibanjiri para wanita yang datang berbondong-bondong membawa bayi atau anak-anak mereka. Anak-anak menjalani pemeriksaan medis oleh petugas kesehatan Nepal sebelum divaksinasi.

“Banyak anak-anak tinggal di luar rumah, mereka tidak mendapatkan makanan yang cukup, kondisi fisik mereka tidak begitu bagus, jadi mereka lebih rentan terhadap penyakit mematikan seperti campak,” kata Page

WHO: Imunisasi Global Turun Drastis Tahun Ini

Sementara itu,  menurut  Dr. Jean-Marie Okwo-Bele, ahli kesehatan publik dari WHO, "satu dari lima anak tidak mendapatkan imunisasi rutin, secara praktis, hal itu berarti bahwa 1,5 juta anak-anak kemungkinan besar akan mati akibat penyakit-penyakit yang dapat dicegah, seperti polio, campak dan tetanus.

 Hal itu disebabkan, peperangan, penyakit, bahkan pilihan pribadi telah membuat anak-anak di seluruh dunia, di negara kaya maupun miskin, kurang mendapat imunisasi. Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan kemajuan menuju target-target vaksinasi global untuk tahun ini keluar jauh dari jalur.

Baru pertengahan April,  program-program imunisasi dimulai lagi di negara-negara yang terkena wabah ebola di Afrika Barat. WHO mengatakan sebagian besar anak-anak yang terlewat imunisasinya tinggal di negara-negara termiskin di dunia.

Namun, beberapa tinggal di negara-negara kaya seperti Amerika Serikat. AS menghadapi wabah campak yang dimulai di taman bermain Disneyland di California Desember lalu, dan berakhir sampai pertengahan April. Campak dapat mematikan, dan juga mengakibatkan kebutaan, hilangnya pendengaran dan kerusakan otak permanen.

Namun, beberapa orangtua sedang melobi atas hak untuk vaksinasi. Banyak orangtua seperti itu khawatir vaksin-vaksin dapat menyebabkan autisme, meskipun beberapa studi menunjukkan, bahwa hal itu tidak benar.

Positifnya, rakyat Amerika sekarang bebas rubella, penyakit akibat virus yang mirip dengan campak, menurut Pan American Health Organization, yang merupakan bagian dari WHO.

Who bertujuan, menghapus rubella dari wilayah lain pada akhir tahun ini dan menggandakan upaya-upayanya untuk menjamin lebih banyak anak mendapatkan vaksinasi yang mereka perlukan untuk tetap sehat dan menjalani hidup yang produktif. (AFP/voaIndonesia/Ant)

 

Editor : Bayu Probo


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home