PM Jepang: Tidak Akan Menyerah pada Kekerasan
TOKYO, SATUHARAPAN.COM-Perdana Menteri Jepang, Fumio Kishida, mengatakan dia "kehilangan kata-kata" setelah pembunuhan mantan perdana menteri Shinzo Abe pada hari Jumat (8.7). Dia bersumpah bahwa demokrasi Jepang "tidak akan pernah menyerah pada kekerasan."
"Saya berdoa agar hidupnya diselamatkan, tetapi meskipun demikian, saya datang untuk mengetahui (kematiannya)," kata Kishida yang tampak emosional kepada wartawan.
“Ini benar-benar disesalkan. Saya kehilangan kata-kata. Saya menyampaikan bela sungkawa dan doa saya yang tulus agar jiwanya dapat beristirahat dalam damai.”
Abe, perdana menteri terlama di Jepang yang mengundurkan diri pada tahun 2020 karena alasan kesehatan, ditembak mati saat berkampanye di wilayah Nara menjelang pemilihan majelis tinggi hari Minggu (10/7).
“Selama periode pemilihan ini, tindakan tercela dan biadab dilakukan, merenggut nyawa mantan perdana menteri Abe. Ini tidak bisa dimaafkan. Kami mengutuknya sekali lagi dalam istilah yang paling keras,” kata Kishida.
Kegiatan pemilihan akan berlanjut dengan "langkah-langkah penuh dan menyeluruh" yang diambil untuk memastikan keamanan, tambah Kishida, pemimpin, Partai Demokrat Liberal (LDP) yang berkuasa di mana Abe juga menjadi anggotanya.
“Kita harus benar-benar membela pemilu yang bebas dan adil, yang merupakan dasar demokrasi. Kami akan melanjutkan kampanye pemilihan kami besok seperti yang direncanakan dengan keyakinan kuat bahwa kami tidak akan pernah menyerah pada kekerasan,” katanya.
Abe “mengambil tanggung jawab berat sebagai perdana menteri selama delapan tahun delapan bulan,” periode terpanjang dalam sejarah modern, tambah Kishida.
“Dia membimbing negara dalam menghadapi situasi domestik dan internasional yang sulit melalui kepemimpinan dan kemampuan eksekutifnya yang luar biasa.” (AFP)
Editor : Sabar Subekti
Tanda-tanda Kelelahan dan Stres di Tempat Kerja
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Stres berkepanjangan sering kali didapati di tempat kerja yang menyebabka...