Loading...
DUNIA
Penulis: Sabar Subekti 12:31 WIB | Rabu, 09 Oktober 2013

Polisi China Tembaki Pengunjuk Rasa di Tibet

Pemimpin Tibet di pengasingan Dalai Lama. (Foto; tibet.net)

TIBET, SATUHARAPAN.COM - Polisi China menembaki sekelompok pengunjuk rasa di wilayah Driru, Tibet, dan melukai  60 orang. Demikian disampaikan organisasi hak asasi manusia, hari Rabu (9/10).

Disebutkan bahwa para demonstran berkumpul pada hari Minggu (6/10)  untuk menuntut pembebasan rekan mereka, Dorje Draktsel, warga Tibet yang ditahan karena menolak untuk mengibarkan bendera China, kata kelompok Pembebasan Tibet (Free Tibet) yang berbasis di Inggris.

"Pasukan keamanan mulai memukuli orang-orang Tibet , menyebabkan mereka luka parah, juga digunakan gas air mata dan menembak tanpa pandang bulu ke arah kerumunan," kata Direktur Free Tibet, Eleanor Byrne-Rosengren sepertio dikutip  kantoe berita AFP.

Penembakan di wilayah Driru itu menyebabkan dua demonstran dalam kondisi kritis. Satu korban bernama Tagyal, dan  lainnya yang dipukul di bagian rahang disebut bernama Tsewang.

"Selama beberapa bulan terakhir terjadi peningkatan frekuensi kekerasan oleh pasukan keamanan," kata Eleanor Byrne - Rosengren dalam sebuah pernyataan.

Sementara itu, kelompok Kampanye Internasional untuk Tibet (ICT) yang berbasis di Amerika Serikat mengatakan tidak ada informasi yang jelas apakah tembakan itu peluru atau gas air mata, tetapi menyebutkan tentang 60 orang terluka seperti yang disebutkan  sumber-sumber di Tibet.

Menolak Mengibarkan Bendera

Namun seorang polisi di biro keamanan publik Driru membantah insiden itu. Kepada AFP dia mengatakan, "Tidak ada protes, tidak ada yang terluka."

Sepekan sebelumnya, pejabat di daerah itu meminta biara Tibet dan rumah-rumah mengibarkan bendera China pada Hari Nasional  pada 1 Oktober, kata ICT.

Tibet merupakan kawasan yang dikuasai secara ketat oleh China lebih dari 50 tahun lalu.  Pihak Beijing mengecam  pemerintahan di pengasingan yang dipimpin Dalai lama sebagai tindakan untuk mengangkat isu separatis.

Sementara Dalai Lama, yang juga  pemenang Nobel Perdamaian, tinggal di pengasingan di India sejak tahun 1959 setelah pemberontakan yang gagal di Tibet. Dia mengatakan bahwa dia tidak berdaya untuk menghentikan apa yang disebutnya tindakan putus asa.

Kelompok-kelompok HAM menyalahkan kontrol ketat otoritas setempat dan pemerintah China atas penindasan agama dan erosi budaya. Tapi Beijing mengatakan telah membawa investasi besar-besaran ke wilayah yang disebutnya relatif belum berkembang. (tibet.net)

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home