Loading...
DUNIA
Penulis: Diah Anggraeni Retnaningrum 15:17 WIB | Rabu, 21 Oktober 2015

Polisi Temukan Kamp ISIS Latih Anak-anak di Istanbul

Ilustrasi. Pemandangan selat Bosphorus yang membelah kota Istanbul. (Foto: yahoo.com)

ISTANBUL, SATUHARAPAN.COM – Sebuah kamp pelatihan ISIS untuk anak-anak dilaporkan telah ditemukan di Istanbul, menurut surat kabar Turki berbahasa Inggris Hurriyet Daily News hari Senin (19/10).

Polisi Turki menggerebek sekitar 18 rumah yang berbeda di kabupaten Istanbul Pendik dan Basaksehir selama akhir pekan lalu dan menahan setidaknya 50 orang yang dicurigai ada kaitannya dengan ISIS.

Sekitar 24 orang dari mereka adalah anak-anak yang berasal dari Tajik dan Uzbek yang telah menerima pelatihan militan di apartemen bawah tanah.

“Para tersangka yang sebagian besar berasal dari Uzbek telah ditampung sejak 18 Oktober lalu dan dilaporkan telah menerima pengajaran dasar ISIS dan bagaimana hidup di Negara Islam,” Hurriyet melaporkan.

Gerakan Islam Uzbekistan, yang pernah berafiliasi dengan al-Qaeda telah berjanji setia untuk ISIS sejak bulan Agustus 2015 lalu.

Pasukan keamanan anti teror Turki bangkit setelah ada insiden serangan bom di Ankara yang menewaskan lebih dari 100 orang.

Turki kemudian menuduh ISIS berada di balik serangan itu dan membuat banyak orang marah karena mereka yakin bahwa sebenarnya insiden itu bisa dicegah oleh polisi dan menindak tegas para jihadis.

Media Turki melaporkan bahwa tersangka teroris yaitu Yunus Emre Alagoz dan Omer Deniz Dundar berada di daftar 21 tersangka calon pelaku bom bunuh diri dan tampaknya terkait dengan bakal ISIS yang terkenal di tenggara kota Adiyaman.

Bakal ISIS di Adiyaman dilaporkan beroperasi di rumah-rumah tersebut yang saat ini telah ditutup oleh polisi.

Turki telah lama dituduh oleh dunia internasional yang mengadopsi pendekatan ‘tunggu dan lihat’ ketika jihadis bolak-balik melintasi Turki dan Suriah. Sejak tahun 2011, militan telah mengambil keuntungan dari perbatasan dengan pengamanan yang longgar dengan menyeberang bolak-balik antara Turki dan Suriah.

Kebijakan membuka perbatasan yang berakhir pada 2014 dimaksudkan untuk memungkinkan pejuang asing dapat membantu Turki untuk menggulingkan Presiden Suriah Bashar al-Assad, namun akhirnya memfasilitasi penciptaan jaringan ISIS.

Setelah Turki membom ISIS untuk pertama kalinya pada tanggal 23 Juli lalu, ISIS merilis sebuah video yang mencela Erdogan sebagai ‘pengkhianat’ dan mengimbau Muslim Turki untuk mengambil kembali Istanbul  dari ‘tentara salib, ateis dan tiran’.

Tak lama setelah pemboman di Ankara, pemimpin Partai Demokrasi Rakyat pro-Kurdi mengecam pemerintah untuk tidak melakukan lebih jauh lagi investigasi terhadap bakal ISIS yang akan membuat lebih banyak lagi aksi bomber seperti Suruc dan lainnya.

Perdana Menteri Ahmet Davutoglu mengumumkan tak lama setelah pemboman bahwa mungkin PKK dan ISIS menjadi dalangnya, sehingga keduanya masih akan diselidiki.

Namun, segala sesuatu terkait PKK dan ISIS tidak pernah diverifikasi.

Berbagai kritik mengecam pernyataan Davutoglu sebagai taktik politik yang dimaksudkan  membenarkan pemerintah untuk terus memerangi PKK. Dengan menekan pemberontak Kurdi, memungkinkan ekstremis seperti Alagoz dan Dundar menyelinap melalui perang tersebut.

“Kita hanya menunggu bencana,” kata Aykan Erdemir, mantan anggota parlemen Turki kepada Business Insider melalui surat elektronik.

“Ini mengerikan bagaimana mereka melewatkan orang-orang ini.” 

Editor : Bayu Probo


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home