Loading...
DUNIA
Penulis: Reporter Satuharapan 09:29 WIB | Selasa, 21 Juni 2016

Presiden UE: Referendum Inggris Peringatan untuk UE

Seorang pria melihat papan elektronik yang menampilkan harga saham di Bursa Saham Tokyo di jendela perusahaan sekuritas di Tokyo pada 17 Juni 2016. Saham Tokyo melonjak pada 17 Juni setelah saham AS merangkak naik dan yen melemah, meskipun pasar tetap waspada terkait keputusan Brexit. (Foto: AFP)

LISBON, SATUHARAPAN.COM - Presiden Uni Eropa (European Union/UE), Donald Tusk mengatakan referendum Inggris terkait keanggotaan di UE (Brexit) harus dianggap sebagai “tanda peringatan” bagi negara anggota lain blok itu. Tusk tetap mendesak Inggris untuk bertahan di UE.

“Apapun hasil referendum UE, kita harus mengambil prospek panjang terkait nasib UE. Sungguh bodoh mengabaikan sinyal peringatan tersebut,” tulis Tusk dalam akun Twitter-nya, hari Senin (20/6), tiga hari sebelum rakyat Inggris memberikan suaranya dalam referendum yang memolarisasi negara itu dan memicu perdebatan sengit di seluruh UE.

“Saya meminta kepada rakyat Inggris untuk tetap bersama kami. Kami membutuhkan kalian. Bersama-sama kita akan mengatasi tantangan ke depan. Terlepas tantangan itu akan lebih sulit,” tambahnya.

Saat berpidato di Lisbon setelah bertemu dengan Perdana Menteri Portugal Antonio Costa, Tusk juga memperingatkan kemungkinan dampak politik dan geopolitik yang “sulit diprediksikan” dari Brexit.

“Saya yakin musuh kami, baik musuh internal maupun eksternal, akan berpesta jika hasil referendum itu negatif bagi kita,” ujarnya dalam konferensi pers.

 Sepuluh pemenang Hadiah Nobel di bidang ekonomi memperingatkan Inggris bahwa keluar dari UE akan “menimbulkan ketidakpastian besar” bagi Inggris sebagai negara yang mengandalkan perdagangan serta dapat mengakibatkan kehancuran ekonomi.

“Kami meyakini bahwa Inggris lebih baik di UE secara ekonomi,” kata para ekonom tersebut dalam sepucuk surat kepada surat kabar The Guardian.

“Perusahaan dan pekerja Inggris membutuhkan akses penuh ke pasar tunggal. Brexit akan menimbulkan ketidakpastian besar mengenai pengaturan perdagangan alternatif Inggris di masa depan, baik dengan seluruh negara Eropa maupun dengan pasar penting seperti Amerika Serikat, Kanada dan Tiongkok,” imbuh mereka.

Para ekonom itu, yang meraih Hadiah Nobel lewat penelitian pada 1970-an, terdiri dari George Akerlof, Kenneth Arrow, Angus Deaton, Peter Diamond, James Heckman, Eric Maskin, James Mirrlees, Christopher Pissarides, Robert Solow dan Jean Tirole.

Para pemenang Hadia Nobel tersebut --enam warga negara Amerika Serikat, tiga warga Inggris dan satu warga Prancis-- mengatakan konsekuensi ekonomi “akan berlangsung selama bertahun-tahun,” menambahkan “argumen ekonomi jelas mendukung Inggris tetap bergabung di UE.”

Inggris akan menggelar referendum pada Kamis (23/6) terkait keanggotaannya di UE, dengan jajak pendapat terbaru memprediksi hasilnya akan sangat ketat.

Menteri Luar Negeri Inggris, Philip Hammond menegaskan jika Inggris keluar dari UE, keputusan itu “tidak bisa diubah” dan negara tersebut baru bisa bergabung kembali dengan blok itu dengan persyaratan yang sulit.

“Pesan yang ingin kami sampaikan kepada rakyat Inggris adalah keputusan ini tidak bisa diubah, jika mereka memutuskan keluar, tidak akan bisa kembali,” kata Hammond saat dia tiba untuk menghadiri pertemuan dengan para menteri luar negeri UE di Luksemburg, hari Senin (20/6).

Dia mengatakan bahwa gagasan jika Inggris memilih keluar dari Uni Eropa bisa diikuti dengan negosiasi baru dengan Brussel (kantor pusat UE) terkait kesepakatan baru adalah hal yang mengada-ada.

“Inggris tidak akan bisa bergabung kembali dengan UE di kemudian hari, kecuali melalui persyaratan yang tidak bisa diterima -keanggotaan euro, keanggotaan (zona bebas paspor) Schengen dan sebagainya,” ungkap menteri luar negeri tersebut.

Jajak pendapat terbaru menunjukkan para pemilih sekali lagi beralih ke kampanye Remain, setelah banyak pendukung Brexit (kampanye Leave) memberikan suara dalam dua pekan sebelumnya yang sangat mengguncang pasar dan memicu serangkaian peringatan mengenai konsekuensi mengenai negara pertama yang keluar dari blok itu.

Hammond mengatakan “pertempuran referendum... sangat sengit. Hasilnya akan berbeda tipis.” 

Uni Eropa

Uni Eropa adalah kemitraan ekonomi dan politik yang melibatkan 28 negara-negara di benua Eropa. Gagasan UE diawali setelah berakhirnya Perang Dunia II guna mendorong kerja sama ekonomi. Gagasan menyatukan ekonomi ini didasarkan pada bahwa negara-negara yang berdagang bersama-sama sangat mungkin menghindari berperang satu sama lain.

UE kini telah berkembang menjadi "pasar tunggal" yang memungkinkan barang dan orang bergerak bebas antar negara-negara anggota seperti di negaranya sendiri.

UE memiliki mata uang sendiri (euro) yang digunakan di 19 negara anggota, parlemen sendiri dan sekarang menetapkan aturan dalam berbagai bidang termasuk pada lingkungan, transportasi, hak-hak konsumen dan bahkan hal-hal seperti biaya telepon selular. 

Perdana Menteri David Cameron dalam kampanye pemilihan umum 2015 berjanji akan mengadakan referendum ("British" and "exit"/Brefix) jika ia memenangkan pemilihan umum.
 
Cameron menanggapi desakan anggota parlemen dari partainya sendiri Partai Konservatif dan Partai Kemerdekaan Inggris (UK Independence Party/UKIP), yang berpendapat bahwa rakyat Inggris sejak tahun 1975 (referendum pertama) tidak pernah ditanya pendapatnya lagi.
 
Menurut anggota parlemen itu, sejak referendum 1975 Uni Eropa telah banyak berubah, terutama kontrol lebih besar atas kehidupan sehari-hari. (AFP)

 


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home