Loading...
DUNIA
Penulis: Bayu Probo 18:14 WIB | Kamis, 20 Februari 2014

Presiden Ukraina Ganti Kepala Staf Militer

Aktivis Maidan melihat traktor layanan komunal menghancurkan barikade oposisi di jalan Grushevsky untuk memungkinkan sejumlah mobil melintas dengan diatur oleh oposisi antipemerintah dan pasukan Ukraina, di Kiev pada 16 Februari 2014. (Foto: AFP)

KIEV, SATUHARAPAN.COM – Presiden Ukraina, Viktor Yanukovych, pada Rabu (19/2) mengganti kepala staf umum militer setelah mengumumkan operasi “antiteror” baru dalam menanggapi kekerasan paling mematikan di negara tersebut sejak kemerdekaan pasca-Soviet.

Sebuah pernyataan singkat kantor kepresidenan menyebutkan Yanukovych menunjuk Yuri Iliin untuk menggantikan Volodymyr Zamana, namun tidak memberikan penjelasan atas keputusan tersebut.

Zamana diketahui secara publik memiliki pandangan berbeda dengan Yanukovych pada awal bulan, saat pemimpin Ukraina itu mempertimbangkan memberlakukan keadaan darurat dalam menanggapi gelombang protes pro-Uni Eropa yang melanda Kiev dan wilayah lainnya.

Zamana mengatakan pada 1 Februari “tidak ada yang berhak menggunakan pasukan bersenjata untuk membatasi hak-hak warga negara” –pernyataan yang membuatnya mendapatkan pujian dari gerakan protes.

Iliin (51) sebelumnya menjabat sebagai kepala angkatan laut Ukraina. Ia jarang menerima perhatian publik selama krisis politik tiga bulan di Ukraina namun dipandang sebagai loyalis kuat Yanukovych.

Warga Lithuania Dukung Demonstran

Warga Lithuania pada Rabu turun ke jalanan mendukung demonstran di Ukraina setelah bentrokan yang merenggut sedikitnya 25 nyawa (laporan terakhir 36 korban, Red). Mereka mengatakan bentrokan tersebut mengingatkan pada aksi penumpasan berdarah oleh Soviet di Lithuania dua dekade lalu.

Sekitar 1.000 orang mengibarkan bendera di sekitar api unggun di depan parlemen di ibu kota Lithuania, Vilnius, saat mereka menyaksikan layar lebar yang menyiarkan bentrokan tersebut secara langsung dari Independence Square di Kiev.

Tragedi itu mengingatkan rakyat Lithuania dengan aksi penumpasan Soviet pada 1991 terhadap gerakan kemerdekaan Lithuania, yang merenggut 14 warga sipil dan ratusan orang cedera.

“Saya berunjuk rasa di tempat yang sama dengan tragedi pada 13 Januari 1991, dan peristiwa di Kiev hari ini mengingatkan kami pada peristiwa di Vilnius,” kata Zydre Stanaitiene (70) kepada AFP, setelah pengunjuk rasa mengheningkan cipta dan menyanyikan lagu kebangsaan Ukraina.

“Sudah kewajiban kami mendukung Ukraina karena negara kami mengalami peristiwa yang sama,” kata Ignas Zimaitis (24), sembari mengibarkan bendera Lithuania.

Lithuania pada Kamis mengumumkan hari berkabung nasional untuk menghormati korban bentrokan antara demonstran dan kepolisian yang pecah pada Selasa di Maiden Square, Kiev.

Mantan Perdana Menteri Andrius Kubilius mengatakan kepada pengunjuk rasa bahwa Presiden Ukraina Viktor Yanukovych bertanggung jawab atas pertumpahan darah tersebut dan menyebutkan dia bisa menghadapi pengadilan internasional karena memicu terjadinya bentrokan tersebut.

Lithuania dan Ukraina mengambil jalur yang berbeda setelah mereka memenangkan kemerdekaan dari Uni Soviet pada 1991.


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home