Loading...
SAINS
Penulis: Dewasasri M Wardani 20:43 WIB | Senin, 27 Oktober 2014

Produsen Obat Berlomba Kembangkan Vaksin Ebola

Foto yang dirilis oleh WHO pada (22/10) menunjukkan penerimaan oleh Jenewa University Hospital of batch eksperimental vaksin rVSV Ebola dikembangkan di Kanada. (Foto: AFP)

NEW YORK, SATUHARAPAN.COM - Beberapa produsen obat, berlomba mengembangkan vaksin dan obat untuk mengatasi wabah ebola terburuk dalam sejarah. Belum jelas siapa yang akan membiayai pembuatan obat itu, tetapi beberapa perusahaan berharap pemerintah dan kelompok-kelompok bantuan akan menyediakan dananya.

Belum ada obat atau vaksin yang terbukti efektif melawan ebola, terutama karena penyakit ini sangat jarang terjadi, dan karenanya tidak menarik bagi para investor. Beberapa negara Afrika Barat yang paling parah dijangkiti wabah ini tampaknya tidak mampu mengembangkan vaksin dan obat anti ebola.

Tetapi pemerintah dan sejumlah perusahaan, kini menyediakan jutaan dolar untuk melawan ebola yang telah menjangkiti hampir 10 ribu orang dan membunuh lebih dari 4.900 orang. Beberapa pakar mengatakan para produsen obat memperkirakan setelah vaksin atau obat-obatan anti ebola itu dinyatakan aman, maka kelompok-kelompok internasional dan negara kaya seperti Amerika akan membelinya dalam jumlah besar.

Produsen-produsen obat telah mendapat keuntungan dari persediaan sebelumnya. Dalam wabah flu burung tahun 2009, negara-negara Barat menghabiskan miliaran dolar untuk membeli obat-obatan dan vaksin yang sebagian besar justru tidak digunakan. Masa kedaluarsa-nya tergantung produk masing-masing, tetapi ada yang hanya bisa bertahan sekitar satu tahun.

Setelah rapat WHO yang melibatkan pejabat-pejabat pemerintah, produsen obat dan kelompok-kelompok filantropi hari Kamis (23/10), masih belum jelas siapa yang akan membiayai pengembangan vaksin ebola. Namun perusahaan-perusahaan obat bergegas akan memulai uji-coba pada pasien.

Pekan lalu Johnson & Johnson mengatakan, akan memulai uji keamanan vaksin kombinasi yang bisa melindungi terhadap virus ebola yang “hampir serupa” dengan virus yang memicu wabah saat ini.

New Brunswick  New Jersey  telah menghabiskan hampir 200 juta dolar, untuk mempercepat produksi vaksin, yang izinnya dibeli dari sebuah perusahaan Denmark bulan lalu. Jika uji-coba itu berhasil, perusahaan itu berharap bisa memulai uji klinis besar-besaran bulan Mei 2015.

Dua vaksin ebola yang telah dibuat sebagian besar didanai oleh pemerintah, tetapi uji-coba kedua vaksin itu diadakan dengan bantuan dana dari perusahaan dan pemerintah oleh gabungan pendanaan publik dan perusahaan.

Uji-coba vaksin yang dikembangkan oleh National Institute of Health dan GlaxoSmithKline, didanai dengan bantuan pemerintah Amerika dan Inggris. Uji-coba ini dilakukan di Amerika, Inggris dan Mali. GlaxoSmithKline mengatakan mungkin bisa membuat sekitar satu juta dosis vaksin per bulan menjelang akhir tahun 2015, dengan asumsi masalah peraturan dan logistik bisa diatasi.

Kematian Pasien Ebola Pertama di Mali

Sementara itu, orang-orang yang memasuki Mali dari Guinea telah dicek suhu badannya untuk menghindari kemungkinan penyebaran ebola.

Otoritas negara Mali mengkonfirmasi kematian pertama terkait kasus ebola, yaitu seorang anak perempuan berusia dua tahun.

Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan, balita ini telah melakukan perjalanan lebih dari 1.000 kilometer dari negara Guinea ke Mali.

Lebih dari 40 orang diketahui pernah melakukan kontak dengan anak itu dalam perjalanan, dan kini mereka dikarantina karena dikhawatirkan terkena virus yang sama.

Wartawan Kesehatan BBC Afrika mengatakan, kasus ini membuktikan betapa sulitnya melacak orang-orang lain yang mungkin berada di dekat anak itu.

"Gejala penyakit akibat ebola yang dialami si anak selama perjalanan bus, berisiko menulari orang lain, termasuk eksposur berisiko tinggi, yang melibatkan banyak orang," kata WHO.

Merespon kematian pertama di Mali, warga cukup khawatir terutama di ibu kota Bamako, namun aktivitas masih berjalan normal.

Balita tersebut diketahui dibawa ke Mali oleh neneknya, setelah pemakaman ibu si anak di Guinea, salah satu negara yang terkena dampak terparah virus ebola.

Korban meninggal akibat ebola di Guinea, Liberia dan Sierra Leone terus bertambah dan hingga kini telah mencapai 4.800 orang. (voaindonesia.com/bbc.co.uk)

 

Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home