Loading...
SAINS
Penulis: Dewasasri M Wardani 09:57 WIB | Selasa, 28 Oktober 2014

Vaksin Ebola Masuki Uji Coba Tahap Baru Awal 2015

Vaksin ebola masuki uji coba tahap baru awal 2015. (Foto: reuters)

WASHINGTON, SATUHARAPAN.COM - Dengan peningkatan tajam jumlah pasien ebola di negara-negara Afrika Barat yang terkena dampak paling parah, para periset bergerak cepat untuk menguji obat percobaan pada  manusia. Namun proses dapat terasa sangat lama.

"Satu obat yang diperkirakan ampuh, dan sedang dites di Mali, tidak akan melangkah ke tahap berikutnya yaitu percobaan klinis pada manusia, sampai paling cepat awal tahun depan, "kata seorang periset vaksin terkemuka.

Tahapan ini lebih banyak menguji keamanan obat dan keampuhannya mencegah ebola. Tidak ada penderita ebola yang dilaporkan di Mali. Percobaan vaksin diduga melibatkan warga Guinea, yang berbatasan dengan Mali, dimana wabah tidak terkendali.

Mike Levine, direktur Pusat Pengembangan Vaksin Fakultas Kedokteran Universitas Maryland, membantu mengawasi studi percobaan vaksin ebola pada manusia di Mali.

Sesudah cukup jumlah orang yang divaksinasi untuk percobaan ini,  Levine mengatakan tahap kedua yang melibatkan pekerja kesehatan dapat menjadi penghambat penyebaran lokal virus mematikan itu  dengan melakukan imunisasi terhadap orang yang berdekatan dengan para pasien ebola.

“Jika vaksin ini bisa bermanfaat pada manusia, seperti telah terbukti pada hewan primata, maka kita bisa mengurangi penyebaran ini secara tajam bahkan mungkin menghentikan, penyebaran secara lokal, melalui imunisasi orang-orang yang terlibat kontak dengan pasien dan para pekerja kesehatan," ujarnya.

Di laboratorium, vaksin itu efektif 100 persen melindungi kera dari infeksi virus ebola  dan tidak menimbulkan efek samping.  Pada tahap pertama, para  analis sekarang mempelajari apakah vaksin ini aman dan bisa digunakan pada manusia.

Levine menegaskan, bahwa vaksin percobaan yang dikembangkan periset dari Lembaga Kesehatan Nasional Amerika dan produsen obat Inggris GlaxoSmithKline itu, bukan untuk menyembuhkan dari penyakit ebola.  Namun obat ini  mungkin mencegah orang-orang yang telah terpapar virus mematikan ini menjadi terinfeksi.

“Satu hal yang belum kita ketahui sekarang ini  adalah apakah, sebagaimana dengan vaksin cacar, kita bisa mencegah ebola walaupun seseorang sudah melalui masa inkubasi selama dua atau tiga hari," ujarnya.

Setelah tahap studi kedua, kata Levine, vaksin ini harus melalui tahap percobaan klinis ketiga, dimana vaksin diberikan kepada sejumlah besar orang,  untuk memastikan efektifitasnya, sebagai persiapan untuk mendapat pengesahan dari pihak berwajib. Belum ada perkiraan mengenai kapan percobaan final akan dilakukan.

Sebuah vaksin percobaan lain juga sedang menjalani tes keamanan pada manusia minggu ini di Walter Reed Army Institute of Research, Maryland.

Australia tolak permintaan visa negara Ebola

Sementara itu, Australia untuk sementara berhenti memberikan visa bagi warga dari negara-negara yang terkena ebola untuk mencegah masuknya virus tersebut.

Menteri Imigrasi Scott Morrison mengatakan, kepada parlemen bahwa Australia menghentikan program imigrasi bagi pengunjung dari negara-negara tersebut.

Pembatasan diterapkan setelah seorang anak berumur 18 tahun yang datang dari Afrika Barat permulaan bulan ini dirawat di rumah sakit karena demam.Tetapi dia kemudian dinyatakan negatif terkena  ebola.

Pada hari Senin (27/10) Morrison mengatakan, akan membatalkan visa untuk pihak-pihak yang telah menerima visa tidak tetap atau sementara, tetapi belum pergi ke Australia.

Namun jika mereka telah mendapatkan visa tetap maka akan dapat memasuki Australia walau harus dikarantina 21 hari sebelum tiba.

Morrison mengatakan, sejak bulan Agustus, lebih dari 830 orang yang tiba di Australia menjalani pemeriksaan lanjutan setelah pemerintah menerapkan sistim pemeriksaan baru.

Tidak satupun dari mereka diopname, katanya.

Saat ini, terdapat 19 orang dari Afrika Barat yang dilarang ke luar rumah di Queensland, setelah tiba di Australia lewat program kemanusiaan permulaan bulan ini, lapor Australian Associated Press AAP. (voaindonesia.com/bbc.co.uk)

Editor : Bayu Probo


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home