Loading...
DUNIA
Penulis: Eben E. Siadari 15:44 WIB | Sabtu, 05 September 2015

Rakyat Jerman Berlomba Tunjukkan Belas Kasih Menolong Migran

“Seorang manusia bisa jadi ilegal, tapi tidak berarti dia bukan orang yang baik,” ujar Jonas. “Manusia harus memahami rasanya menjadi pengungsi.”
Rakyat Jerman Berlomba Tunjukkan Belas Kasih Menolong Migran
Pengungsi dan sukarelawan menari bersama dalam pesta penyambutan migran di Heidenau ( Foto-foto: Deutsche Welle).
Rakyat Jerman Berlomba Tunjukkan Belas Kasih Menolong Migran
Pemain-pemain klub Lok Potsdam menyambut para pemain klub Welcome United 03 (barisan kanan). Inilah tim sepak bola pertama Jerman yang sepenuhnya terdiri dari pengungsi.
Rakyat Jerman Berlomba Tunjukkan Belas Kasih Menolong Migran
Tobias Fleiter memompa ban sepeda bagi seorang pengungsi dari Togo. Proyek "Bikes without Borders" adalah inisiatif dua sukarelawan pada awalnya.
Rakyat Jerman Berlomba Tunjukkan Belas Kasih Menolong Migran
Sebagai salah satu sukarelawan, Karl Landherr mengajarkan bahasa Jerman kepada seorang pemohon suaka di Thannhausen, Bayern

BERLIN, SATUHARAPAN.COM - Ketika pemerintah di negara-negara Uni Eropa masih bingung dan gamang menghadapi serbuan migran ke wilayah mereka, banyak penduduk Jerman mengambil inisiatif menunjukkan kebaikan. Mereka menolong para migran itu dengan semampu mereka, walaupun harus diakui, banyak pula yang anti bahkan melakukan serangan.

Kian hari jumlah migran dari Afrika dan Timur Tengah bertambah. Jumlah migran yang masuk ke Eropa sampai Juli lalu saja sudah mencapai 107.500 orang. Jerman memperkirakan  800.000 migran akan masuk ke Eropa tahun ini, yang berarti empat kali lipat dibanding tahun lalu. Yang terbaru adalah serbuan ribuan migran yang menembus perbatasan Hongaria. Mereka nekad berjalan kaki menuju Austria.

Sebuah survei mengatakan separuh warga Eropa memandang krisis migran dan meningkatnya pencari suaka merupakan ancaman bagi mereka. Menurut Deutsche Welle (DW), hampir setiap hari ada tempat penampungan pengungsi yang dibakar di suatu tempat di Jerman.

Tetapi itu hanya satu sisi. Di sisi lain, rakyat Jerman menunjukkan kebaikan dengan berbagai cara. Sebagai contoh, Jonas Kakoschke, tokoh yang oleh DW diangkat sebagai salah satu dari local heroes.

Didorong oleh rasa prihatin  atas nasib para migran yang ditempatkan di kamp penampungan yang mirip barak militer dan kerap mendapat serangkan ekstrem kanan anti-migran, ia menyediakan kamar di apartemennya bagi migran. Ia menampung Bakari,  seorang migran asal Mali.Dengan demikian, Bakari dapat mengecap kehidupan normal di Berlin.

Bersama Jonas, kini Bakari banyak berbagi kisah soal kehidupan. “Seorang manusia bisa jadi ilegal, tapi tidak berarti dia bukan seseorang yang baik,” ujar Jonas. “Manusia harus memahami rasanya menjadi pengungsi.”

Di Jerman dewasa ini diperkirakan ada 200.000 migran. Sebagian besar ditampung di tempat semacam asrama, lainnya di hotel, atau kamar kos. Banyak juga yang terlantar di jalanan.

Belas kasih yang ditunjukkan oleh Jonas, menurut DW, memang belum merupakan hal yang umum di Jerman. Namun ia tak sendiri. Belasan bahkan puluhan penduduk menawarkan kamar mereka yang tak terpakai di apartemen masing-masing untuk ditempati para migran. Mereka mengandalkan sumbangan mikro sebesar 3 hingga 10 euro per bulan untuk membiayai sewa kamar.

Menurut Jonas, model tempat penampungan semacam ini lebih murah ketimbang biaya yang dibayarkan pemerintah untuk menempatkan migran di asrama penampungan.

Kebaikan Bunda Merkel

Kebaikan yang ditunjukkan Jonas adalah juga pesan yang selalu disampaikan oleh Kanselir Jerman, Angela Merkel. Kendati negaranya masih pusing mencari cara mengelola para migran itu, ia dengan tegas mengecam aksi-aksi ekstrem kanan yang sering menyerang para migran.

Dalam sebuah konferensi pers belum lama ini di Berlin, Merkel mengancam kalangan kanan Neonazi yang menentang kehadiran pengungsi dari Timur Tengah di Jerman, akan berhadapan dengan hukum apabila melakukan aksi kekerasan..

Ia menyampaikan  tiga hal yang menjadi posisi pemerintah Jerman terkait dengan para migran.

Pertama, suaka politik adalah hak dasar yang dilindungi konstitusi Jerman bagi semua orang yang mencari perlindungan dari perang dan penindasan.

Kedua, menurut  pasal 1 ayat 1 Konstitusi Jerman (Grundgesetz),   martabat manusia tidak bisa diganggu gugat, tanpa memandang dari mana mereka datang.

Ketiga,  barangsiapa mempertanyakan hak-hak dasar ini, atau menyerang kaum pendatang, baik pengungsi maupun migran, misalnya dengan membakar rumah penampungan pengungsi, akan berhadapan dengan ketegasan dan kekerasan aparat negara hukum Jerman.

Merkel, sebagaimana dikutip oleh DW, dengan tegas menyatakan, tiga hal diatas adalah acuan kebijakan Jerman, dan dia samasekali tidak mau berdiskusi soal ini.

Dari Klub Sepak Bola Hingga Mengajar Bahasa Jerman

Ada berbagai cara yang dilakukan warga Jerman menunjukkan belas kasih dalam menyambut dan memperlakukan migran yang membanjiri negara mereka. DW melaporkan, untuk menyambut 600 pemohon suaka di Hedenau, misalnya, para migran dan sukarelawan menari bersama dalam pesta penyambutan. Para pemohon suaka itu ditempatkan  di gedung bekas toko bahan bangunan, dan dilindungi pagar tinggi.  Pesta diorganisir ikatan Dresden Bebas Dari Kelompok NeoNazi.

Klub sepak bola SV Babelsberg tidak mau ketinggalan. Klub ini memfasilitasi sebuah klub yang seluruh pemainnya adalah migran. Nama klub itu Welcome United 03,  yang merupakan tim sepak bola pertama Jerman yang sepenuhnya terdiri dari pengungsi. Klub ini menang 3-2 dalam pertandingan melawan Lok Postdam baru-baru ini.

 "Sepak bola menyatukan," kata Manja Thieme, yang mengurus tim internasional beranggotakan 40 orang itu.

DI Karlsruhe, sukarelawan merancang inisiatif berupa proyek yang dinamai Bikes Without Borders. Mereka meminjamkan dan menyediakan sepeda bagi para pengungsi. Tim yang kini beranggotakan 15 sukarelawan itu sudah memiliki 200 sepeda. Dengan bantuan mereka, para pengungsi memiliki sarana transportasi.

Sementara itu, sukarelawan seperti Karl  Landherr, menyediakan diri  mengajarkan bahasa Jerman kepada migran di Thannhausen, Bayern. Landherr yang pensiunan kepala sekolah bersama beberapa rekan juga membuat buku untuk belajar bahasa Jerman bagi pengungsi. Bukunya berorientasi pada hidup sehari-hari, berisi banyak tips, dan sekarang digunakan di seluruh Jerman.


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home