Loading...
EKONOMI
Penulis: Prasasta Widiadi 17:08 WIB | Senin, 27 April 2015

Realisasi Investasi di Sektor Hijau Capai 41 Miliar Dolar AS

Franky Sibarani (batik oranye, kanan) saat menggelar Rapat Koordinasi di Gedung BKPM beberapa waktu lalu. (Foto: Prasasta Widiadi).

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menyebut realisasi investasi langsung untuk sektor hijau mencapai 41 miliar dolar AS.

"Dalam lima tahun terakhir, realisasi investasi langsung di tujuh sektor hijau yang potensial itu mencapai 41 miliar dolar AS," kata kepala BKPM, Franky Sibarani pada pembukaan seminar Tropical Landscapes Summit: A Global Investment Opportunity, di Jakarta, Senin (27/4)  

Franky menjelaskan ketujuh sektor itu yakni pertanian, kehutanan, perikanan, energi panas bumi, industri produk ramah lingkungan, pembangkit listrik dengan energi baru dan terbarukan serta pengolahan limbah. Dia menyebut tujuh sektor tersebut memiliki potensi besar untuk pengembangan investasi hijau di masa depan.

BKPM  juga mencatat rata-rata pertumbuhan tahunan yang meyakinkan di sepanjang 2010-2014 yakni 23-42 persen untuk investasi asing langsung (Foreign Direct Investment/FDI) dan dalam negeri.

“Makanya kami menargetkan paling tidak 100 miliar dolar AS di tujuh sektor tersebut pada 2019. Itu sekitar 20 persen pertumbuhan per tahun,” kata dia.

Franky menambahkan ada sejumlah sektor lainnya yang menjanjikan untuk dikembangkan sebagai investasi hijau di masa depan seperti transportasi dan bahkan infrastruktur seperti pelabuhan.

“Saya baru saja mengunjungi Teluk Lamong di Jawa Tengah, dan saya begitu terpukau dengan manajemen yang modern karena juga memperhatikan masalah lingkungan dalam operasional sehari-harinya,” kata dia.

Pemerintah, dalam hal ini BKPM, menggelar Tropical Landscapes Summit: A Global Investment Opportunity di Jakarta, pada 27-28 April 2015 dalam rangka mendorong peningkatan investasi hijau di Indonesia.

Kegiatan tersebut terselenggara atas kerja sama BKPM, Kantor Staf Kepresidenan dan United Nations Office for REDD+ Coordination (UNORCID) dan dihadiri sejumlah investor dan organisasi sipil.

Pertemuan itu diharapkan bisa membuahkan sejumlah strategi dalam meningkatkan investasi namun tetap memperhatikan isu lingkungan

Kendati memiliki potensi cukup besar, Franky menyebut ada tiga tantangan yang dihadapi untuk mengembangkan investasi hijau di Indonesia.

Pertama, masih maraknya penggunaan teknologi lama yang kurang ramah lingkungan. Kedua, besarnya modal yang harus dikeluarkan investor dalam investasi di sektor hijau dan ketiga, insentif dari pemerintah.

"Insentif untuk mendukung investasi hijau masih perlu dikembangkan lebih jauh lagi. Pasalnya investasi hijau ini mahal. Makanya, insentif dari pemerintah ini dibutuhkan agar produk industri hijau bisa bersaing dengan produk konvensional di pasaran," kata dia. (Ant).

Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home