Loading...
INSPIRASI
Penulis: Suyito Basuki 01:00 WIB | Senin, 01 Desember 2014

Redakanlah Emosi Kita

Emosi yang tak terkendali hanya akan merusak kesehatan diri sendiri.
Foto: istimewa

SATUHARAPAN.COM – Saudara ipar saya membeli satu kilo jeruk.  Sesampai di rumah, diambil, dikupas , dan dikunyahnya satu buah jeruk.  ”Waduh, asem banget! Payah, payah!” serunya marah karena merasa tertipu.

Suaminya kemudian mendekatinya, dengan penuh ketenangan dia berkata,”Sudahlah Bu, kamu punya jeruk asem satu kilo saja, sewotnya bukan main.  Lha, penjual jeruk itu punya berkwintal-kwintal jeruk masam, tenang-tenang saja.”  Suasananya pun jadi cair.

Bukan soal jeruk saja, tetapi banyak hal yang dapat membuat kita emosi.  Dalam berlalu lintas, sekarang ini, kita jadi gampang emosi.  Sekarang kendaraan roda dua dan roda empat berjubel di jalanan.  Pada waktu berangkat kerja atau ngantar anak ke sekolah, kita harus ekstra hati-hati.  Apalagi pada akhir tahun seperti sekarang ini, ada pekerjaan pengaspalan jalan dan penggalian selokan yang berakibat tanah-tanah galian membukit di pinggir-pinggir jalan, yang mengakibatkan kemacetan-kemacetan.

Dalam kemacetan itulah, ulah pengendara, yang dengan seenaknya membunyikan klakson, menambah kejengkelan.  Apalagi klakson sepeda motor yang menggunakan klakson mobil.  Kita yang mengendarai motor sering dibuat kaget.  Dalam suasana begitu, kita kemudian ngomel sebagai ekspresi  emosi kita.  Tetapi kita tetap harus ingat, bahwa tips perjalanan supaya selamat adalah kita tidak boleh emosi atau terbawa emosi ulah pengendara lain.  Emosi dapat menghilangkan konsentrasi dalam berkendara.

Orangtua pun bisa mudah emosi menghadapi anak-anaknya. Misalnya: anak yang malas belajar, hanya seneng nonton tv, atau susah bangun padahal sudah siang dan saatnya berangkat sekolah, atau tiba-tiba menjelang berangkat sekolah ada tugas-tugas yang harus segera diselesaikan. Namun demikian, harus diingat bahwa emosi yang tidak terkendali akan menjadikan anak tidak respek kepada orangtua dan hanya akan membuat renggangnya hubungan antara anak dan orangtua. 

Harus dipahami bahwa anak adalah pribadi yang sedang mencari bentuk diri dan dalam masa transformasi.  Nasihat-nasihat yang bijak dalam situasi yang tepatlah yang seharusnya disampaikan orang tua agar anak dapat bertumbuh sehat baik jasmani, mental, maupun spiritualnya.

Dalam rumah tangga, bukan hanya soal ”beli jeruk”,  kesalahpahaman suami istri juga dapat menjadi peletup emosi.  Demikian juga di tempat kerja kesalahpahaman hubungan antarkaryawan juga dapat menjadi emicu emosi. Tetapi apakah manfaatnya jika emosi meletup hingga meluap?  Emosi yang tak terkendali hanya akan merusak kesehatan diri sendiri dan mengganggu relasi antarkeluarga, sahabat dan sesama manusia ada umumnya.

Karena itu, jalan terlogis ialah redakanlah emosi kita!

 

Editor: ymindrasmoro

Email: inspirasi@satuharapan.com


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home