Loading...
SAINS
Penulis: Dewasasri M Wardani 10:29 WIB | Jumat, 03 Maret 2017

RNI Kembangkan Peternakan Unggas Terintegrasi Riset

Ilustrasi: Kandang sistem closed house adalah kandang tertutup yang menjamin keamanan secara biologi karena kontak dengan organisme lain semakin sedikit. Dengan pengaturan ventilasi yang baik maka akan lebih sedikit stres yang terjadi pada ternak. (Foto: disnak.jatimprov.go.id)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) dan PT Berdikari mengembangkan peternakan unggas teknologi modern yang terintegrasi oleh sistem riset.

Direktur Utama PT RNI, Didik Prasetyo, mengatakan pengembangan peternakan unggas terintegrasi merupakan sistem peternakan yang menggunakan teknologi modern, yakni kandang menggunakan teknologi close house sehingga menjamin produk ayam maupun telur yang dihasilkan memiliki standar prima, terbebas dari berbagai macam penyakit serta minim polusi.

Berdasarkan keterangan yang diterima Antara di Jakarta, Jumat (3/3), PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) (Persero) melalui Anak Perusahaannya, PT PG Rajawali II dan PT Berdikari (Persero) melalui Anak Perusahaannya, PT Berdikari United Livestock (PT BULS), telah menindaklanjuti nota kesepahaman yang ditandatangani kedua belah pihak.

Didik mengatakan, untuk mendukung lokasi penggemukan ayam atau farm boiler tersebut pada tahapan selanjutnya akan dibangun rumah pemotongan ayam otomatis dengan kapasitas 2.000 ekor per jam.

Guna mendukung kecukupan protein hewani nasional, salah satu alternatifnya melalui pengembangan peternakan ayam pedaging dan petelur mengingat kedua komoditas tersebut memiliki harga jual yang terjangkau bagi masyarakat secara luas.

Hal ini sebagai bentuk kepedulian RNI dan Berdikari atas konsumsi protein hewani per kapita yang masih sangat rendah.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2015, rata-rata konsumsi protein hewani penduduk Indonesia sebesar 53,91 gram per kapita per tahun, sementara standar kecukupan konsumsi protein berada di angka 57 gram.

Didik mengatakan ke depan akan terus melakukan pengembangan bisnis peternakan tersebut dengan menerapkan pola peternakan terintegrasi dari hulu ke hilir, di dalamnya mencakup pengembangan indukan, ayam bakalan, pakan ternak, serta riset dan pengembangan peternakan.

"Tahap pertama sasaran produksi ayam pedaging sebesar 450.000 ekor per bulan dan telur 12 hingga 14 ton per bulan. Selanjutnya akan dikembangkan sesuai kebutuhan bisnis," kata Didik.

Untuk itu diharapkan dengan kerja sama tersebut pemenuhan kebutuhan hewani nasional dapat ditingkatkan, sekaligus dapat mengangkat perekonomian masyarakat melalui program petani plasma. (Ant)

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home