Loading...
EKONOMI
Penulis: Eben E. Siadari 18:30 WIB | Rabu, 16 September 2015

Rupiah Nyaris Sentuh Rp 14.500 Hari ini

Mana uang rupiah receh. Hari ini (16/9) rupiah nyaris menyentuh Rp 14.500 (Foto: Dedy Istanto)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Menjelang pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal AS atau Federal Open Market Committee (FOMC) yang dimulai hari ini (16/9), nilai tukar dolar AS berlanjut mengalami apresiasi terhadap hampir semua mata uang, termasuk rupiah. Apresiasi tersebut terjadi karena investor mengambil sikap berhati-hati menjelang kemungkinan kenaikan suku bunga The Fed, bank sentral AS.

Nilai tukar rupiah pada pagi hari pukul 09:36 nyaris menyentuh Rp 14.500 per dolar AS menurut Bloomber Dollar Index. Rupiah mengalami depresiasi 0,29 persen ketika menyentuh level Rp 14.450 per dolar AS, yang merupakan level terendah sepanjang 17 tahun terakhir.

Kemarin Gubernur Bank Indonesia mengatakan pihaknya ingin adanya kepastian rencana kenaikan suku bunga The Fed. "Ketidakpastian di dunia sudah cukup lama ya dan akan baik kalau seandainya pemegang kebijakan di FOMC itu bisa menaikkan jumlah (suku bunga) yang walau tidak besar tapi mulai dinaikkan di bulan September," kata Gubernur BI Agus Martowardojo usai rapat dengan Komisi XI DPR RI, sebagaimana dikutip oleh Antara.

Agus menuturkan, para pejabat The Fed tentunya akan mempertimbangkan dengan matang terkait rencana kenaikan suku bunga tersebut beserta dampaknya ke depan serta posisi yang baik untuk AS khususnya dalam jangka panjang.

Agus menegaskan, BI akan melakukan kebijakan moneter yang konsisten dan prudent untuk menjaga inflasi sesuai dengan target yang ditetapkan dan neraca transaksi berjalan menuju arah yang lebih sehat.

"September sampai Desember akan banyak perkembangan ekstrem yang bisa berdampak terhadap Indonesia. Kami akan lakukan manajemen likuiditas secara lebih efektif khususnya untuk rupiah, menjaga supply and demand dari valas, dan juga mengelola cadangan devisa dengan optimal," kata Agus.

Ketiga hal tersebut, lanjut Agus, merupakan bagian dari upaya bank sentral untuk mengantisipasi risiko global yang akan mempengaruhi perekonomian di dalam negeri.

"Stance (sikap) BI, kita lihat bahwa kondisi eksternal masih sangat tidak pasti. Ada 3 yang utama, pertama AS akan naikkan Fed Fund Rate, ekonomi dunia terkoreksi jadi lebih lemah dari yang kita prediksi, kemudian Tiongkok dan harga komoditi yang melemah," ujar Agus.

Agus Martowardojo menambahkan bahwa ia melihat nilai tukar rupiah akan berada  di kisaran Rp 13.400 sampai Rp 13.900 per dolar AS pada tahun 2016, tingkat yang mencakup ketidakpastian yang disebabkan oleh volatilitas pasar global.

Namun berbeda dengan Agus, analis mengatakan bahwa kenaikan bunga The Fed kemungkinan besar akan mengakibatkan arus keluar modal dari pasar negara berkembang karena tingkat bunga AS yang menjadi lebih menarik. Hal itu dianggap bisa mendorong rupiah ke level Rp 15.000 per dolar AS.

Namun, pelemahan itu diharapkan bersifat sementara karena fundamental ekonomi Indonesia dan potensi ekonomi untuk masa depan tetap baik.

Pengamat Ekonomi Universitas Gadjah Mada (UGM), Tony Prasetianto berpandangan senada. Ia mengatakan, rupiah pasti kembali menguat terhadap dolar AS walau pun ia tidak dapat memastikan jangka waktunya.

"Memang tidak dapat dipastikan rupiah akan menguat kapan, tapi suatu waktu akan kembali pada kondisi yang stabil dan kuat," kata Tony saat Seminar Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional 2015 di Manado, Senin (14/9).

Tony mengatakan untuk menguat kembali, memerlukan waktu dan harus didukung dengan beberapa kebijakan pemerintah Jokowi yang terus memperlihatkan sentimen positif.

"Pemerintahan Jokowi harus memperlihatkan sentimen positif sehingga mampu memperkuat rupiah kembali, mungkin salah satunya dalam jangka pendek melakukan resuffle kabinet karena dinilai masih ada yang belum tepat sasaran," jelasnya.

Menurut dia, rupiah akan rebound dan kembali ke level 13.000-an per dolar AS karena ia yakin AS tak akan senang bila mata uangnya tetap menguat di angka tersebut.

Tony yakin pada saat kondisi memuncak para investor akan kembali ke Indonesia dan melepas dolar AS sehingga permintaan akan rupiah meningkat dan secara otomastis nilai tukar uang kita akan menguat.

Editor : Eben E. Siadari


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home