Loading...
BUDAYA
Penulis: Moh. Jauhar al-Hakimi 14:00 WIB | Kamis, 19 Juni 2014

Sape' Nyanyian dalam Perenungan

Sape' Nyanyian dalam Perenungan
Seorang mahasiswa ISI Yogyakarta memainkan Sape' dalam Pentas Seni Nusantara - Pekan Budaya Masuk Kampus 2014, Kamis (5/6). (Foto: Diemas)
Sape' Nyanyian dalam Perenungan
Petikan sape' mengiringi tarian Dayak Kenyah yang dipentaskan oleh mahasiswa Dayak jamaat GKI Gejayan di pentas seni lintas agama dan keyakinan - Pekan Budaya Masuk Kampus 2014. (Foto: Moh. Jauhar al-Hakimi)
Bagiku......
Suaranya terlalu indah, untuk diartikan sebagai tangisan....
Ketika suaranya memecah keheningan....
Kurasakan dia menyentuhku, kurasakan dia menyapaku..
Tapi.......
Aku tetap belum mengerti........
Apa maksud dan keinginannya....
Aku hanya bisa membalasnya dengan dentingan Sape’ ku...
 
Sebuah lirik yang tidak dinyanyikan mengiringi petikan sape' yang dimainkan Felix Thambun dalam pentas seni lintas agama dan keyakinan Pekan Budaya Masuk Kampus 2014 pada 5 Juni 2014 di Pendopo Tejokusumo-FBS Universitas Negeri Yogyakarta. Dengan suara khas serta penghayatan, Thambun memainkan sape' dalam sebuah perenungan atas apa yang sedang dialaminya.
 
Dalam mitologi Dayak Kayaan, sape’ Kenyah, diciptakan oleh seseorang yang terdampar di karangan (pulau kecil di tengah sungai) karena sampannya karam menerjang riam saat menyusuri sungai. Dari sekian banyak orang penumpang, satu di antaranya hidup dan menyelamatkan diri ke karangan. Sementara yang lainnya meninggal karena tengelam dan terbawa arus. 
 
Antara setengah sadar, dia mendengar suara alunan musik petik yang begitu indah dari dasar sungai. Semakin lama dia mendengar suara tersebut, semakin dekat pula rasanya jarak sumber suara musik yang membuatnya penasaran, seolah dia mendapat ilham dari leluhur nenek moyangnya. Sekembali ke rumah, dia mencoba membuat alat musik tersebut dan memainkannya sesuai dengan lirik lagu apa yang didengarnya ketika di karangan. 
 
Mulai saat itulah Sape’ Kenyah mulai dimainkan dan menjadi musik tradisi pada suku Dayak Kenyah, hingga ke suku Kayaan lainnya.
 
Sape' (sebutan lain: sampek, sampiq) adalah alat musik dawai yang banyak dijumpai pada masyarakat Dayak di Kalimantan, baik di wilayah negara Indonesia, Malaysia, maupun Brunei. Dari ratusan kelompok masyarakat (etnis) dan sub-etnis Dayak, sape' paling banyak terdapat di Dayak Kayaan dan Kenyah. Alatnya menyerupai gitar, dengan tubuh yang panjang dan leher yang sangat pendek--mungkin leher alat lute terpendek di dunia.
 
Berbeda dengan gitar yang bernada diatonis, fret (batas nada, dalam istilah setempat disebut lasar) yang jumlahnya belasan itu hanya 2-3 saja, bahkan kadang tidak ada sama sekali yang terletak pada bagian leher. Hampir seluruh lasar terpasang di bagian tubuh. Keunikan lainnya, lasar-lasar itu bisa digeser atau dipindah-pindah, karena pemasangannya tidak tertanam permanen seperti gitar, melainkan ditempelkan dengan lem yang sangat kental dan tak pernah kering, yang terbuat dari madu-lebah. Dengan cara pemindahan lasar itulah laras atau "susunan-nada" (modus) sapek berganti-ganti.
 
Kini sape' Kenyah itu bukanlah alat musik yang asing lagi. Musik sape’ yang dimiliki oleh Dayak Kayaan terdiri atas dua jenis. Pertama, berbadan lebar, bertangkai kecil, panjangnya sekitar satu meter, memiliki dua senar/tali dari bahan plastik. Sape' jenis ini memiliki empat tangga nada. Sementara satunya berbadan kecil memanjang. Pada bagian ujungnya berbentuk kecil dengan panjangnya sekitar 1,5 meter. Orang menyebutnya dengan sape’ Kenyah, karena ditemui oleh orang Kenyah. Sape’ ini memiliki tangga nada 11-12. Talinya dari senar gitar atau dawai yang halus lainnya, tiga sampai lima untai.
 
Dari kedua jenis sape' ini, yang paling populer adalah sape’ Kenyah. Karena irama dan bunyi yang dilantunkannya dapat membawa pendengar serasa melambung ke awang-awang. Tidak heran pada zaman dulu, ketika malam tiba, anak muda memainkannya dengan perlahan-lahan baik di jalan maupun sepanjang pelataran rumah panjang, sehingga pemilik rumah tertidur pulas karena menikmatinya. 
 
Cara memainkan alat musik sape’, berbeda dengan cara memainkan melodi gitar, karena jari-jari tangan hanya pada satu senar yang sama bergeser ke atas dan bawah. Dalam memainkan sape', biasanya para pemusik memainkan sebuah lagu hanya dengan perasaan yang mengalir saja; mengikuti perenungan atas realitas yang dialami dalam kehidupannya.

BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home