Loading...
SAINS
Penulis: Dany Brakha 23:59 WIB | Rabu, 08 Mei 2013

Satelit Pendeteksi Siklus Daur Ulang Karbon Akan Diluncurkan 2020

Ilustrasi yang diciptakan ESA mengenai satelit VEGA. (foto: esa.int)

PARIS, SATUHARAPAN.COM - Badan Antariksa Eropa (European Space Agency/ESA) meluncurkan satelit untuk mendeteksi pertumbuhan Biomassa yang ada di bumi. Data tersebut dipergunakan para peneliti untuk memahami lebih lanjut bagaimana peran pohon dalam daur ulang karbon (Co).

Selama ini Co dipercaya berdampak luas bagi alam dan berpengaruh terhadap perubahan iklim Bumi. Diperkirakan satelit ini mengorbit tahun 2020 dengan wilayah operasi seluruh Bumi.

Proyek satelit ESA dengan tujuan untuk mengamati Bumi ini menghabiskan dana sekitar 4,8 triliun Rupiah. Satelit Vega ini adalah satu dari serangkaian Program Pengamatan Bumi yang disusun oleh ESA. Sebelumnya Esa sudah meluncurkan enam satelit dengan misi yang berbeda.

Misi satelit ESA antara lain mengamati variasi gravitasi di tahun 2009 serta salinitas dan kelembaban tanah. Di tahun 2010 ESA kembali meluncurkan satelit untuk mengamati bentuk dan ketebalan es di Bumi, mengukur tekanan angin yang berhembus di sekeliling dunia, mengamati awan dan aerosol yang mempengaruhi Bumi. Sedangkan Vega ini yang ke-tujuh.

Satelit Vega ini dilengkapi dengan radar yang mampu mendeteksi pertumbuhan akar dan batang pepohonan yang ada di hutan. Dia juga memiliki pemancar gelombang yang dapat menembus rimbunnya hutan sampai dengan 70 cm. Singkatnya sensitivitas radar itu mampu mengukur kadar karbon sampai jarak 200 meter diatas laut.

Pengurangan Emisi

Menurut salah satu penggagas proyek satelit ini, Prof Shaun Quegan mengatakan bahwa pengamatan terhadap Biomassa dapat memberi pengetahuan belum pernah ada sebelumnya. “Pengetahuan ini akan memberi dasar yang kuat untuk menyusun perjanjian guna membantu negara-negara berkembang melestarikan hutan mereka,” kata profesor itu.

Terkait hal ini, PBB sudah mengeluarkan perjanjian untuk mengurangi emisi dengan melarang penebangan hutan yang dikenal dengan REED+ (UN Reducing Emissions from Deforestation and forest Degradation initiative).

Shaun Quegan yang juga menjadi di peneliti Universitas Sheffield menambahkan, “Biomassa juga memberi informasi mengenai sumber daya hutan yang ada dibalik hutan seperti energi dan keanekaragaman hayati." Biomassa sendiri diartikan sebagai jumlah kehidupan yang ada di suatu daerah tertentu.

Masa Depan Bumi

Dewan Penelitian Lingkungan Hidup Inggris (United Kingdom Natural Environment Research Council/NERC) menjadi pihak yang mendanai penelitian Biomassa ini merasa senang dengan terobosan yang dilakukan ESA. "Kami senang melihat bahwa ESA telah menyusun misi yang penting bagi kemajuan ilmiah," kata Prof Duncan Wingham, kepala eksekutif NERC.

"NERC yang memiliki perhatian terhadap masa depan ilmu pengetahuan merasa kagum karena misi Vega ini akan memberi pemahaman bagi kita mengenai siklus karbon, inilah tujuan utamanya," tambah Duncan Wingham. Sejauh ini Inggris adalah mitra senior ESA dalam program observasi Bumi dan diharapkan sektor industri akan ikut berperan secara signifikan dalam misi Biomassa berikutnya.

Isu Keamanan Nasional Amerika Serikat

Dikabarkan Vega mendapatkan larangan untuk beroperasi di wilayah Amerika Utara, Eropa dan Kutub Utara. Menurut Departemen Pertahanan AS, keberadaan satelit Vega ini akan mengganggu sistem peringatan dini dan ruang-pelacakan serangan rudal.

Menanggapi hal ini Prof Quegan mengusahakan berdialog dengan Departemen Pertahanan untuk mendapatkan beberapa data operasional atas daerah-daerah yang terlarang. Jika AS tetap bersikukuh dengan isu keamanan nasional, dikhawatirkan dapat menghambat misi satelit ESA yang ke-tujuh ini.

(sumber: bbc.co.uk)

Editor : Yan Chrisna


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home