Loading...
INSPIRASI
Penulis: Endang Hoyaranda 01:00 WIB | Senin, 14 Januari 2019

Satu Porsi Paranoia

”Lakukanlah yang terbaik, sisanya serahkan kepada Tuhan.”
Foto: istimewa

SATUHARAPAN.COM – Pronoia adalah lawan kata dari paranoia. Jika paranoia  diartikan secara ekstrem sebagai kecurigaan bahwa segala sesuatu di luar sana akan menjadi ancaman, maka pronoia diartikan secara ekstrem juga bahwa segalanya di luar sana semata-mata membawa kebaikan. Segala yang ekstrem memang tidak menguntungkan. Reaksi atasnya bisa menjadi ekstrem juga.

Bicara pronoia, pengabaian kita sebagai bangsa dalam beberapa puluh tahun ini terhadap bahaya bencana merupakan bentuk pronoia yang amat ekstrem. Betapa banyak korban berjatuhan karena pemerintah maupun masyarakat abai terhadap kesiapan yang harusnya tersedia dan diperhatikan, namun kenyataannya tak tersedia dan kalaupun tersedia sering diabaikan.

Lihatlah Palu, yang jelas terletak pada daerah bahaya dan oleh para ahli pada tahun 70-an telah diperingatkan agar tak dijadikan tempat hunian, namun malah dibangun ibukota di atasnya. Setelah 30 tahunan, bencana melahap seluruh kawasan itu, menimbulkan korban jiwa lebih dari 2000 orang. Korban dari sebuah pengabaian!

Contoh lain: bencana tsunami Selat Sunda. Pelampung detektor tsunami konon sudah dipasang, namun sebagian hilang dan sebagian tak berfungsi. Dan terjadilah korban yang besar  dan mengerikan itu. Lebih dari 400 orang meninggal, 150-an orang hilang dan lebih dari 7000 terluka. Kita belum menghitung di sini, korban materi sebelum dan sesudah bencana.

Pronoia dalam skala individu: lihatlah mereka yang berkendara di jalan menggunakan motor roda dua, betapa banyak kecelakaan lalulintas yang terjadi karena sikap menggampangkan. Complacency. Jumlah kematian kecelakaan lalulintas di Indonesia akibat kelebihan kecepatan saja pada 2018 mencapai hampir 300 jiwa, luka berat hampir 3.000, belum lagi tercatat mereka yang catat permanen. Ini belum menghitung mereka yang terlibat kecelakaan akibat melanggar jalur, melawan arah, boncengan berlebih, tak punya SIM, dan lain sebagainya.

Dan kita yakin jika mereka yang terlibat dalam kecelakaan-kecelakaan itu diwawancari, banyak penyesalan yang akan kita dengar bahwa mereka kurang waspada. Kurang paranoia. Kurang melengkapi diri dengan prosedur manajemen risiko.

Dalam pekerjaan apa pun, pronoia bisa membahayakan: pilot yang lolos terbang meskipun terefek alkohol, pekerja yang melaksanakan tugas tanpa edukasi atau kompetensi memadai, perhitungan bisnis yang berakibat potensi merugi, dan masih banyak hal lainnya.

Bahkan budaya koruptif dan kolutif adalah akibat jangka panjang karena pronoia. Kurang kewaspadaan. Seolah keselamatan dan keberuntungan selalu akan berpihak kepada kita, sekalipun kita mengabaikan upaya menjaga diri.

Paranoia itu diperlukan! Cukup seporsi saja!

Yang penting sudah cukup untuk mengantisipasi bencana atau kerugian yang bisa terjadi. Yang penting membuat tidur tenang karena upaya menjaga diri sudah memadai. Do your best, then God will do the rest. Itu pemeo yang baik: ”Lakukanlah yang terbaik, sisanya serahkan kepada Tuhan.

Paranoia yang berlebihan adalah ketika tak ada upaya mencegah atau mengurangi dampak buruk dari sebuah tindakan atau kejadian, tetapi rasa khawatir dan takut terus menghantui. Tak bisa tidur tenang. Tidak berpasrah juga kepada Yang Empunya kehidupan. Keyakinan bahwa tak ada sesuatu pun di kolong langit yang bakal terjadi tanpa perkenan Yang Maha Kuasa, akan membuat tenang.

Cara mengantisipasi dan meminimasi risiko adalah dengan menjalankan manajemen risiko. Kumpulkan data, siapkan pedoman dan prosedur yang diperlukan, buat perangkat pemantau yang bisa membantu memberikan sinyal adanya risiko yang perlu ditindaklanjuti, siapkan juga perangkat mitigasinya, sehingga tahu apa yang harus dilakukan oleh siapa, kapan, di mana, dan bagaimana.

Manajemen risiko adalah bentuk paranoia yang pas. Yang membantu kita membawa ketenangan dalam menjalankan pekerjaan maupun kehidupan keseharian. Tidak perlu berlebihan sampai-sampai membuat tidur tak tenang. Karena paranoia cukup seporsi, asalkan cukup menunjukkan kewaspadaan yang memadai.

Editor : Yoel M Indrasmoro


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home