Loading...
LAYANAN PUBLIK
Penulis: Kartika Virgianti 11:39 WIB | Kamis, 29 Mei 2014

Sebelum Bangun Underground, MRT Siapkan Pengalihan Lalin

Sebelum Bangun Underground, MRT Siapkan Pengalihan Lalin
Jalur lambat yang saat ini sedang dikerjakan PT MRT untuk mengalihkan arus kendaraan. (Foto-foto: Kartika Virgianti)
Sebelum Bangun Underground, MRT Siapkan Pengalihan Lalin
Bagian tengah yang akan dibangun stasiun bawah tanah MRT.
Sebelum Bangun Underground, MRT Siapkan Pengalihan Lalin
Direktur Utama Konstruksi PT MRT Jakarta, M. Nasyir (kiri), dan Kepala Bidang Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas, Dinas Perhubungan DKI Jakarta, Massdes Arouffy (kanan).

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – PT MRT Jakarta (mega proyek Mass Rapid Transit) saat ini mulai mengerjakan jalur lambat di empat titik sepanjang jalan dari Sisingamangaraja sampai Bundaran HI untuk mengalihkan kendaraan (detour), dengan mengambil sebagian dari jalur pedestrian sebelumnya. Pengalihan kendaraan dilakukan untuk mengerjaan stasiun bawah tanah di tengahnya. 

“Sekarang kita sedang menyiapkan pembangunan bagian tengah untuk stasiun bawah tanah. Jadi sekarang kita siapkan dulu jalur lambat untuk mengalihkan arus lalu lintas dan juga jalur pedestrian sedang kita cor,” urai Direktur Utama PT MRT, Dono Boestami saat konferensi pers di Ratu Plaza, Sudirman, Jakarta Selatan, Rabu (28/5).

Untuk selanjutnya, rekayasa lalu lintas atau pengalihan arus akan dilaksanakan di empat titik sepanjang jalan sudirman, yaitu untuk proyek Stasiun Istora-Benhil-Setiabudi, kemudian akan lanjut ke tiga titik lainnya yang kesemuanya ditargetkan selesai sampai awal Juli. Titik lainnya tersebut antara lain Perempatan CSW-Blok M-depan Taman Mataram, Halte Transjakarta Karet depan Hotel Le Meridien, dan Bundaran HI. 

Dalam mengerjakan proyek ini, Dono mengklaim kendala lapangannya hanya bagaimana mengelola kemacetan saja. Akan tetapi, sudah disiapkan rambu-rambu lalu lintas di sekitar lokasi proyek. Selain itu, PT MRT juga kerja sama dengan Dinas Perhubungan DKI Jakarta dan Ditlantas Polda Metro Jaya.

Rekayasa Lalu Lintas

Kepala Bidang Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas, Dinas Perhubungan DKI Jakarta, Massdes Arouffy memastikan akan terus membantu petugas untuk mengatur lalu lintas, dengan mengerahkan personil dari dinas maupun suku dinas wilayah selatan, termasuk memantau penggunaan rambu lalu lintas yang telah disediakan PT MRT sendiri, guna memudahkan pengguna jalan.

Khusus untuk segmen Bundaran HI dan Sarinah, dikatakan Massdes karena keterbatasan ruang yang ada, space-nya lebih kecil daripada di Jalan Sudirman, sehingga pada periode tertentu, busway terpaksa kedua arah di pindah ke satu sisi terlebih dahulu, sementara di sisi timur sedang dikerjakan. Sebaliknya jika sisi tersebut sudah selesai, maka akan dikerjakan sisi barat terminal busway tersebut.

“Jadi kondisi ini menimbulkan kesan seolah-olah melawan arus, sebenarnya tidak seperti itu. Makanya kita letakkan rambu lalu lintas di sana. Kondisi ini menurut paparan pihak MRT sampai awal Juli,” jelas Massdes yang ditemui wartawan saat meninjau pembangunan jalur lambat di kawasan Ratu Plaza.

Persiapan Sebelum Bangun Stasiun

Direktur Utama Konstruksi PT MRT Jakarta, M. Nasyir menguraikan bagaimana persiapan sebelum bekerja di tengah untuk membangun stasiun bawah tanah. Trotoar dan jalur lambat yang sedang dikerjakan selebar 6 meter (termasuk 1,5 meter jalur pedestrian), dengan panjangnya 350 meter sepanjang titik Sisingamangaraja sampai Bundaran HI.

“Karena kita akan bekerja di tengah, sebagian kendaraan harus kita alihkan ke pinggir, yang jalurnya sedang kita siapkan. Pengerjaan stasiun di tengah itu, paling cepat 2-3 tahun kita bekerja. Dari segi keamanan untuk pejalan kaki, dipasangkan pagar di pinggir jalur pedestrian,” papar Nasyir.

Dia pun mengatakan selama masa konstruksi empat tahun tersebut tidak akan ada jalur hijau di sepanjang titik tersebut. Hal itu karena lahan yang tersedia sangat terbatas, yang bahkan, jalur pedestrian saja diambil sebagian untuk pengganti jalur lambat. PT MRT mengaku telah mengupayakan melakukan konstruksi tanpa mengganggu. Kendati demikian, itulah pilihan yang terbaik setelah melalui berkali-kali kajian.

“Mau tidak mau jalur hijau selama masa konstruksi tidak ada. Tetapi kondisi ini sifatnya hanya sementara, nantinya akan kita kembalikan ke kondisi semula lebih bagus dari yang sebelumnya,” kata Nasyir.

Konstruksi Besar

Dono Boestami mengatakan, sebelumnya terdapat delapan titik pembuatan test pit untuk penggalian tanahnya (underground), yang dia jelaskan sudah lama rampung. Test pit adalah pekerjaan penggalian lubang guna mengidentifikasi saluran (ducting utulities) yang berada di bawah tanah pada area-area yang akan dibangun struktur dan pondasi bangunan MRT.

Setelah pengalihan lalu lintas itu berjalan, pembuatan guide wall akan dilaksanakan dengan target sampai awal 2015. Guide wall diperlukan untuk membuat jalur masuk alat bor (tunnel boring machine), prototip gambar spesifikasinya sudah kita lihat, menggunakan teknologi dari Jepang dan Jerman, tapi alatnya belum masuk.

“Konstruksi besarnya ini, kami akan mulai menyiapkan yang namanya station box (kotak stasiun), untuk memasukan tunnel boring machine ke bawah tanah pada awal tahun 2015. Posisinya mulai dari Bundaran HI sampai Bundaran Sisingamangaraja,” kata Dono.

Lebih lanjut Dono menuturkan, halte-halte Transjakarta pengganti sudah hampir selesai dipersiapkan oleh PT MRT. Jadi beberapa halte Transjakarta yang dibongkar menjadi bagian tanggung jawab Pemprov DKI juga, karena itu aset milik daerah.

Dua Paket Masih Belum Lelang

Dikatakan Dono bahwa ada dua paket pekerjaan yang belum ditenderkan yaitu paket 107 (system track dan signaling system) dan 108 (gerbong). Anggaran total project cost seluruh paket pekerjaan diperkirakan ¥ 140 miliar atau Rp 15-16 triliun, dan di sepanjang titik tersebut ada enam paket pekerjaan. Sedangkan nilai proyeknya sendiri sebesar ¥ 125 juta.

Anggarannya sendiri ada yang dari Pemprov DKI, ada juga yang berasal dari pinjaman asing. Sebesar 85 persen dari pinjaman asing yang dilakukan oleh pemerintah pusat.

“Yang pinjam itu pemerintah pusat sebetulnya, bukan kami. Sampai hari ini belum ada tambahan anggaran, tapi masih ada dua paket pekerjaan yang belum selesai kita tenderkan,” tukasnya.

Sesuai yang yang terlihat di lapangan sejak Oktober, Dono meyakinkan bahwa proyek tersebut terul mengalami progress, dan tidak terpengaruh dengan isu politik dalam pelaksanaan Pemilu baik pileg maupun pilpres 2014.

“Sampai hari ini, sesuai jadwal yang  telah dibuat, kami belum ada revisi jadwal, sehingga Insya Allah bisa selesai di semester pertama 2018, seperti yang ditargetkan. Tentunya kami harapkan siapapun pemerintahan yang akan datang, terus mendukung proyek kami, karena ini bukan hanya proyek DKI, tetapi juga proyek nasional,” kata Dono.

“Proyek ini sebagai ‘katalisator’. Kami ingin menunjukkan proyek skala besar ini bisa dilakukan di Indonesia,” dia menegaskan.

Program PT MRT untuk ke depannya, lanjut Dono, minimal melakukan engineering study dari Bundaran HI sampai Kampung Bandan (proyek selatan-utara), sedangkan wacana MRT timur-barat akan menjadi kewenangan pemerintah pusat.

Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home