Loading...
INDONESIA
Penulis: Prasasta 10:22 WIB | Kamis, 04 Juli 2013

Sebuah Bangsa Harus Berani Mereformasi Diri Sesering Mungkin

Sebuah Bangsa Harus Berani Mereformasi Diri Sesering Mungkin
Luhut Panjaitan, dan Baskara T.Wardaya dalam acara diskusi Rabu (3/7). (Foto: Prasasta)
Sebuah Bangsa Harus Berani Mereformasi Diri Sesering Mungkin
Budiarto Shambazy (moderator), bersama Salim Said, dan Siddharta Danusubrata.

 

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Reformasi 1998 merupakan transformasi ideologi bangsa, dan kabinet Indonesia mengalami perubahan haluan politik. Demikian pernyataan Sidharta Danusubrata, anggota Komisi I DPR-RI Fraksi PDI-P saat menjadi salah satu pembahas peluncuran buku Children Of War yang digelar di Gedung Nusantara V, MPR-RI. Pada hari Rabu (3/7).

“Apabila tidak ada reformasi tahun 98, dikhawatirkan tidak ada perubahan.” ujar Sidharta. Dalam pembahasan buku yang disusun oleh Nina Pane, Stella Warouw, Bernarda Triwara Rurit ini, menurut Sidharta bahwa konsep tentang rekonsiliasi mengakar hingga ke lapisan masyarakat yang paling bawah yakni “akar rumput”.

Sidharta menganggap bahwa ide penyusunan buku ini sungguh brilian di tengah kondisi bangsa yang mudah tersulut konflik dan korupsi, terutama korupsi yang terjadi pada rezim sebelumnya. “Saat ini malah belum kita ajukan suatu bentuk pemaafan dari yang terjadi pada masa reformasi terhadap yang telah terjadi pada masa orde baru.” ujar Siddharta.

Lanjut Siddharta, rekonsiliasi yang ada di tengah masyarakat tentang anggota FSAB sudah bagus, terlebih lagi SIddharta memperkirakan masyarakat akan mudah memahami dan memaafkan kemiskinan akibat korupsi pada rezim sebelum reformasi.

“Rekonsiliasi yang ditawarkan buku ini bagus karena mengakar ke akar rumput, perbedaan yang ada saat ini harus kita kawal bersama di bangsa ini, sama seperti yang terjadi pada masa reformasi. Karena apabila kita berhasil mengawal perbedaan, maka kita sudah dewasa dalam berdemokrasi.” ujar Siddharta.

Pembicara lain yang sependapat dengan Siddharta Danusubrata yakni Luhut Panjaitan yang menyatakan bahwa perbedaan pada zaman pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid disikapi sangat dewasa, dan kini malah sebaliknya.

“Saya teringat dengan (zaman) Gus Dur bahwa kita memang harus dewasa terlebih dahulu menyikapi perbedaan antar generasi yang memiliki akar konflik politik.” ujar Luhut.

Setelah kita memahami akar konflik politik dan menyelesaikannya dengan rekonsiliasi, Luhut mengatakan bahwa Indonesia sudah sampai tahap mencapai kekuatan besar untuk membangun bangsa.

“Sudah waktunya bangsa ini rekonsiliasi dari banyak peristiwa yang di dalamnya sebenarnya kita bisa membangun perdamaian dan rekonsiliasi sehingga kita bisa mendapat kekuatan untuk membangun bangsa ini agar sejajar dan maju dalam pergaulan internasional, dan perekonomian dunia,” kata Luhut.

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home