Sekolah Jadi Tempat Menyenangkan Siswa
MEDAN, SATUHARAPAN.COM - Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Pusat Kurikulum dan Pembelajaran Kemendikbudristek Zulfikri M.Ed, menyatakan lingkungan sekolah harus menjadi tempat yang menyenangkan bagi peserta didik, sehingga siswa akan merasa nyaman mengikuti proses pembelajaran dan selanjutnya menemukan dunianya di sekolah tersebut.
"Melalui Kurikulum Merdeka hal itu diharapkan dapat diwujudkan sebagaimana yang diharapkan bapak Pendidikan kita Ki Hajar Dewantara yang menyebutkan bahwa pendidikan itu memerdekakan manusia secara lahir dan batin," katanya di Medan, Jumat (19/5) saat membuka lokakarya dan sosialisasi Kurikulum Merdeka yang diikuti guru-guru perwakilan dari sejumlah sekolah di Medan, Sumatera Utara.
Ia mengatakan Kurikulum Merdeka adalah kurikulum dengan pembelajaran intrakurikuler yang beragam, di mana konten akan lebih optimal agar peserta didik memiliki cukup waktu untuk mendalami konsep dan menguatkan kompetensi.
Demikian juga guru akan memiliki keleluasaan untuk memilih berbagai perangkat ajar sehingga pembelajaran dapat disesuaikan dengan kebutuhan belajar dan minat peserta didik.
Menurut dia proyek untuk menguatkan pencapaian profil pelajar Pancasila dikembangkan berdasarkan tema tertentu yang ditetapkan oleh pemerintah.
Projek tersebut tidak diarahkan untuk mencapai target capaian pembelajaran tertentu, sehingga tidak terikat pada konten mata pelajaran.
Ia mengatakan, dengan Kurikulum Merdeka akan membangun kembali marwah pendidikan. Selama ini mungkin para guru merasakan bahwa pendidikan lebih disibukkan adminstrasi yang rumit dan materi yang banyak, dan guru lebih banyak mengurus kurikulumnya dari pada mengurus muridnya.
Dengan Kurikulum Merdeka, kata dia, para guru diarahkan lebih banyak mengurus muridnya. sehingga lebih fokus dalam dalam peningkatan kualitas dalam proses pembelajaran dengan prinsip fleksibel, relevan dan berkeadilan untuk semua siswa dimanapun dia berada.
"Intinya bagaimana kita mendorong sekolah menjadi tempat menyenangkan, membahagiakan dan membuat anak cinta belajar sepanjang hayatnya. Kita ingin anak-anak merasa sekolah itu bukan kewajiban, tapi sudah menjadi kebutuhan dan mereka mendapatkan dunianya," kata Zulfikri.
Sebelumnya, anggota Komisi X DPR dr Sofyan Tan dalam kesempatan yang sama mengatakan, guru adalah fasilitator bagaimana pembelajaran di sekolah menjadi hal yang sangat menyenangkan bagi peserta didik.
"Belajar itu harus bahagia seperti bermain dalam taman.Nah sekolah adalah tempat bermain yang dapat menghasilkan berbagai inovasi yang baru bagi siswa. Saat anak sekolah dan pulang sekolah harus bisa buat dia bahagia," katanya.
Dengan Kurikulum Merdeka, kata dia, para guru akan diberikan keleluasaan dalam memberikan pelajarannya kepada siswa. Guru leluasa menggunakan alat bantu pengajaran hasil inovasinya sendiri yang disesuaikan dengan lingkungan di mana guru tersebut mengajar.
"Kurikulum Merdeka akan mendorong siswa untuk berfikir logis dan Kurikulum Merdeka memang dirancang membuat peserta didik bahagia dan berfikir bagaimana mencapai cita citanya," demikian Sofyan Tan.
Faktor Penyebab Telat Bicara pada Anak
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Pengurus Unit Kerja Koordinasi Tumbuh Kembang dan Pediatri Sosial Ikatan ...