Loading...
BUDAYA
Penulis: Francisca Christy Rosana 16:01 WIB | Minggu, 11 Januari 2015

Semifinalis Kompetisi Dirigen The Resonanz Belajar Autodidak

Alfonsus Andaru (tengah) saat menerima medali emas mewakili paduan suara mahasiswa UGM pada saat Pesta Paduan Suara Gerejawi tingkat mahasiswa di Taman Mini Indonesia Indah 2014 lalu. (Foto: Facebook Alfonsus Andaru)

YOGYAKARTA, SATUHARAPAN.COM – The Resonanz, sekolah musik dan penyedia jasa hiburan orkestra untuk berbagai acara di Jakarta akan menggelar kompetisi dirigen paduan suara muda berbakat Indonesia akhir pekan ini, yakni pada Sabtu (10/1) hingga Minggu (11/1).

Dalam agenda tersebut, sebanyak sembilan semifinalis yang berasal dari berbagai kota di Indonesia berkompetisi di Balai Resital Kertanegara, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, mulai pukul 16.00 WIB. 

Di antara sembilan finalis, nama Alfonsus Andaru mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta berhasil lolos menjadi salah satu peserta yang digadang-gadang mengikuti semifinal.

Alfonsus Andaru atau yang akrab disapa Alfon saat dihubungi satuharapan.com pada Kamis (8/1) mengaku terkejut mendapat kesempatan melanjutkan babak penting dalam kompetisi bergengsi itu.

“Saya baru belajar satu setengah tahun, tapi autodidak. Jadi lihat video penampilan, masterclass, dan baca buku,” ujarnya.

Ia mengaku perjalanan mengikuti kompetisi ini cukup singkat. Berawal dari informasi media sosial Facebook, awalnya ia berniat hanya akan mengikuti kompetisi komposisi saja.

“Tapi  tahu ada kompetisi conducting, jadi mau coba buat belajar lebih dalam lagi. Akhirnya kirim video demo di hari-hari terakhir pengumpulan. Nggak tahunya lolos dan jadi finalis,” ujarnya.

Alfon yang telah terdaftar sebagai anggota Paduan Suara Mahasiswa UGM dan penggemar musikus Avip Priatna serta Andre Thomas ini mengaku pekerjaan menjadi dirigen tak sekadar melambaikan tangan.

“Bagi orang biasa kayaknya cuma melambaikan tangan, tapi sebetulnya lebih dari itu,” kata dia.

Menurutnya, menjadi dirigen yang harus berhadapan dengan berbagai macam genre lagu punya tantangan tersendiri.

“Lagu-lagu kontemporer seperti karya-karya Eric Whitacre punya tantangan yang kaya,” ujarnya.

Sementara untuk semifinal, ia harus memilih satu dari dua lagu yang ditentukan juri dari zaman Renaissance (Ave Verum - Byrd) dan abad 20 (Salve Regina - Villette).

Menjelang semifinal, Alfon merasa ilmunya masih sangat kurang.

“Harus banyak belajar, banyak baca-baca, dan banyak tanya-tanya,” kata Alfon. 

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home