Loading...
BUDAYA
Penulis: Diah Anggraeni Retnaningrum 15:06 WIB | Rabu, 05 Maret 2014

Sepuluh Tahun Seri Puisi Jerman, Rainer Maria Rilke: Kedalaman, Terserah Padamu

Sepuluh Tahun Seri Puisi Jerman, Rainer Maria Rilke: Kedalaman, Terserah Padamu
Berthold Damshauser (kiri) dan Agus R. Sarjono (kanan). (Foto-foto: Diah A.R)
Sepuluh Tahun Seri Puisi Jerman, Rainer Maria Rilke: Kedalaman, Terserah Padamu
Berthold Damshauser sedang membacakan puisi karya Rilke.
Sepuluh Tahun Seri Puisi Jerman, Rainer Maria Rilke: Kedalaman, Terserah Padamu
Romo Magnis Suseno memberikan kata sambutannya.

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Goethe-Institut menggelar acara peluncuran buku dan pembacaan puisi dengan tajuk: 10 Tahun Seri Puisi Jerman, Selasa (4/3). Kumpulan seri puisi ini ditulis oleh penulis aslinya yang berasal dari Jerman, yaitu Rainer Maria Rilke. Buku tersebut berjudul: Kedalaman, Terserah Padamu/Tiefen, dir Zugekehrt.

Dalam buku ini yang menjadi penerbit dan penerjemahnya adalah Agus R. Sarjono adalah seorang penulis dari Indonesia, sedangkan Berthold Damshauser adalah ahli bahasa Indonesia yang berasal dari Bonn. Romo Magnis Suseno juga turut hadir dalam acara ini dengan memberikan penghargaan yang luar biasa kepada tim penerjemah karena bisa menerjemahkan puisi karya sastra Jerman ke dalam Bahasa Indonesia dengan baik.

Acara yang digelar pada Selasa (4/3) malam itu, Damshauser membacakan beberapa puisi yang ditulis oleh Rilke dalam bahasa Indonesia dan beberapa dibacakan dalam bahasa aslinya. Damshauser juga menceritakan sedikit sejarah dan latar belakang Rilke dalam menulis karyanya.

Salah satu karya Rilke yang menarik adalah tentang kekagumannya akan Nabi Muhammad SAW yang dia tulis pada saat dia berada di Andalusia dan sedikit menorehkan kekritisannya terhadap Kekristenan. Padahal dia besar dengan ajaran Katolik yang saleh. Namun, tidak ada yang tahu apakah Rilke pada akhirnya memeluk agama Islam. Pada perkembangannya, para penafsir puisi Rilke menyimpulkan bahwa dalam beberapa karya Rilke, Rilke menggambarkan sosok Tuhan sebagai suatu keutuhan yang memerlukan sosok manusia dan menjadi sempurna melalui perbuatan manusia.

Menurut pantauan satuharapan.com, Damshauser menyatakan bahwa, ”Para penafsir juga menyimpulkan bahwa Rilke tidak percaya kepada Tuhan secara pribadi yang berkehendak, merencanakan dan bertindak. Akhirnya dia cenderung memiliki pandangan panteistis (ajaran yang menyamakan Tuhan dengan kekuatan dan hukum alam semesta).”

Sarjono juga menambahkan bahwa ketika Rilke menuliskan tentang Nabi Muhammad, itu merupakan bentuk kekagumannya terhadap Nabi Muhammad tanpa melihat lebih dalam kepada teologi agama Islam. “Sama halnya ketika Chairil Anwar ketika menulis Isa,” kata dia. “Chairil tidak masuk kepada teologi Kristiani begitu pula dengan Rilke yang tidak masuk kepada teologi Islam.”

Sarjono menyatakan bahwa agama yang dipeluk oleh seorang penyair bisa berpengaruh terhadap karya-karyanya. “Bahkan sang penyair bisa lebih kritis terhadap konsep-konsep agama yang dianut,” tegasnya.

Rainer Maria Rilke

Rainer Maria Rilke lahir di Praha, Austria pada tanggal 4 Desember 1875 dengan nama asli Rene Karl Wilhelm Johann Josef Maria Rilke. Dia meninggal di Montreux, Swiss pada tanggal 29 Desember 1926 pada umur 51 tahun. Rilke dianggap sebagai penyair bahasa Jerman terbesar dari abad ke 20.

Karyanya yang terkenal antara lain adalah Sonnets to Orpheus, Duino Elegies, Letters to a Young Poets, dan The Notebooks of Malte Laurids Brigge. Dia juga menulis 400 puisi dalam bahasa Perancis yang didedikasikan untuk tempat tinnggal pilihannya di Kanton Valais, Swiss. (wikipedia.org)

 

 

Editor : Bayu Probo


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home