Loading...
SAINS
Penulis: Melki Pangaribuan 16:30 WIB | Jumat, 03 Januari 2014

Puisi Digital Diprediksi Merajai Puisi Masa Depan

Puisi Digital Diprediksi Merajai Puisi Masa Depan
Penulis puisi digital, Jason Nelson. (Foto: ABC)
Puisi Digital Diprediksi Merajai Puisi Masa Depan
Tampilan situs milik Jason Nelson. (Foto-foto: secrettechnology.com)
Puisi Digital Diprediksi Merajai Puisi Masa Depan
Salah satu karya elemen multimedia Jason Nelson.

AUSTRALIA, SATUHARAPAN.COM - Jason Nelson pengajar di Universitas Brisbane, ibu kota negara bagian Queensland di Australia mempopulerkan puisi digital interaktif dan telah menarik perhatian jutaan penonton setiap tahunnya.

Jason Nelson mengatakan, awalnya ia menulis puisi yang ditulis dan dicetak secara tradisional, tetapi kecintaannya pada teknologi dan dikombinasi dengan rasa frustasinya yang tidak bisa diungkapkan oleh dirinya sendiri, kemudian telah membawanya untuk bereksperimen dengan puisi digital.

"Saya selalu tertarik dengan bagaimana alat peranti lunak bisa digunakan dalam karya-karya kreatif dan kemudian saya mulai bereksprimen bagaimana jika alat-alat interaktif  seperti mesin permainan dan kode situs, digunakan untuk membentuk ulang sebuah puisi,” kata dosen ini, seperti disampaikan melalui juga dalam situs radioaustralia.net.au, pada Jumat (3/1).

Tahun lalu, puisi digital Nelson telah dipamerkan di sejumlah tempat, seperti di sebuah galeri di New York, di Perpustakaan  Nasional Perancis, Universitas Edinburg, diarsipkan di Perpustakaan Kongres Amerika Serikat dan tersebar virtual ke seluruh dunia lewat berbagai jaringan di internet.

"Mengawali karir saya dalam kesendirian memberi pengaruh besar buat karya puisi digital saya, itu memberi sentuhan tampilan dan rasa yang unik. Saya menciptakan banyak hal yang tidak dilakukan penulis puisi lain di bidang sastra elektronik,” kata dosen otodidak itu yang berada di Universitas Griffith.

Jason Nelson memprediksi puisi digital akan merajai karya sastra puisi di masa depan. Menurut dia, puisi digital adalah karya sastra yang lahir dari kombinasi teknologi dan puisi. Penulis menggunakan banyak elemen multimedia seperti teks kritis, suara, gambar, gerakan, video, interaktivitas dan kata-kata yang dikombinasikan untuk menciptakan bentuk-bentuk puisi baru dan pengalaman.

Sementara puisi digital Nelson menampung banyak bentuk, semua karyanya dapat diklasifikasikan di bawah payung sastra elektronik, sebuah genre yang berasal dari lingkungan digital dan membutuhkan perhitungan digital untuk dikonsumsi oleh pembaca.

Industri Sastra Elektronik

Sekretaris Organisasi Sastra Elektronik, Davin Heckman mengatakan gaya unik Nelson dan dedikasinya atas karya-karya yang telah dilakukan telah membantu menumbuhkan industri sastra elektronik. "Nelson sangat dihormati di komunitas sastra elektronik dan itu merefleksikan kualitas karyanya,” kata Davin Heckman.

Dalam beberapa dekade terakhir, popularitas sastra elektronik terus meroket, seiring dengan perkembangan teknologi yang terus membuka pintu bagi inovasi di dunia digital. Meski demikian, Profesor Heckman mengatakan, pusisi yang ditulis secara tradisional masih tetap relevan  bagi masyasrakat modern.

"Saya harap puisi digital tidak akan menyingkirkan puisi tradisional. Meskipun menyukai puisi digital, tapi saya masih tetap menggunakan secarik kertas dan pensil dan menulis puisi, kedua alat itu masih menjadi alat yang sangat kuat mendorong karya saya,” kata Davin Heckman.

Masa Depan Puisi

Sependapat dengan profesor Heckman, Jason Nelson menilai puisi tradisional akan selalu mendapat tempat khusus. Tapi puisi digital menurutnya akan menjadi masa depan puisi. "Saya yakin puisi digital akan mengambil alih kejayaan puisi cetak,” kata dosen yang mendirikan situs secrettechnology.com ini.

"Ketika karya puisi digital diciptakan menjadi seperti game komputer. Kita ketahui mampu menarik perhatian jutaan pembaca, sementara puisi tradisional yang dicetak paling hanya  mampu menarik pembaca ratusan saja. Jadi saya pikir media digital sudah jelas akan menjadi masa depan pusisi,” nilai Jalon Nelson.

"Saat ini saja kebanyakan orang mengakses berita, hiburan bahkan lowongan kerja lewat media digital, ya begitu juga nasib puisi dan seni lain pada akhirnya  nanti,” tegas Nelson optimis.

Oleh karena itu Nelson mendorong agar pengarang puisi tradisional mendobrak batas-batas mereka dan mulai berkarya dalam puisi digital juga. Meski demikian, menurut Nelson untuk menciptakan puisi digital tidak harus punya kemampuan komputer atau teknologi yang tinggi.

Menurut Nelson, hal terpenting dalam menciptakan puisi digital adalah keunikan dan keaslian gagasan, bukan masalah penguasaan teknologi. "Saya saja memulai karya puisi digital saya hanya dengan teknologi yang relatif sederhana yaitu google Maps. Misalnya anda dapat menciptakan puisi digital mengenai tempat, gunakan teks dan video gambar kemudian gulingkan di google maps untuk menciptakan puisi interaktif,” saran dia.

Sementara itu, bersamaan dengan perkembangan sastra digital telah mendorong gagasan sejumlah pihak untuk membuat database karya sastra digital Australia. Direncanakan, database ini akan diluncurkan awal tahun 2014 ini. 

Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home