Loading...
INDONESIA
Penulis: Martahan Lumban Gaol 14:32 WIB | Kamis, 09 April 2015

Siapa Lebih Negarawan, Prabowo atau Megawati?

Megawati dan Prabowo saat berpasangan pada Pemilu Presiden 2014. (Foto: Ist)

SATUHARAPAN.COM – Dua tokoh berpengaruh besar dalam perpolitikan Tanah Air, Prabowo Subianto dan Megawati Soekarnoputri dalam dua hari berbeda berpidato di hadapan publik. Prabowo dalam acara pelantikan pengurus pusat Partai Gerindra di kantor DPP Partai Gerindra, Jakarta, Rabu (8/4), sementara Megawati membuka Kongres IV PDI Perjuangan di Bali, Kamis (9/4).

Prabowo Subianto tiba di Gedung Nusantara III, Senin (20/10). (Foto: Dok. satuharapan.com/Elvis Sendouw)

Dalam pidatonya, Prabowo mengomentari sikap sejumlah kalangan yang menyoroti sepak terjang Koalisi Merah Putih (KMP). Menurut dia, sikap tersebut adalah bentuk ketakutan terhadap KMP yang sejujurnya berniat mengamankan ‘Empat Pilar Kebangsaan’ di Indonesia (Pancasila, UUD 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Bhinneka Tunggal Ika).

“Mereka yang tidak suka dengan KMP, adalah orang yang tidak ingin Indonesia kuat dan sejahtera,” kata Prabowo.

Kepada Presiden Jokowi, dia menilai adalah seorang patriot bangsa. Prabowo juga berjanji tidak akan menjegal pemerintahan selama berada dalam koridor ‘Empat Pilar Kebangsaan’. “Dalam benak tokoh KMP hanya ada kepentingan bangsa dan rakyat, kami prihatin dengan upaya sejumlah oknum yang tidak arif, mereka pikir politik hanya masalah kemenangan semata,” ujar dia.

“Politik tidak boleh menjadi ajang perebutan kekuasaan demi kepentingan golongan, melainkan harus menjadi usaha bersama memperjuangkan kehidupan bangsa,” Prabowo menambahkan.

Kemudian Ketua Umum Partai Gerindra tersebut menentang rencana pemerintah melakukan privatisasi atas empat Badan Usaha Milik Negara (BUMN), sebagaimana yang telah disampaikan melalui surat kepada Pemimpin DPR. Prabowo menyatakan perlawanannya pada rencana penjualan aset milik negara tersebut.

Dia mengaku telah mendapat laporran bahwa pemerintah akan melakukan privatisasi terhadap PT Jasa Marga, PT Aneka Tambang (Antam), PT Adhi Karya, dan PT Waskita Karya.

“Fraksi Partai Gerindra di DPR dan fraksi-fraksi yang tergabung dalam Koalisi Merah Putih (KMP) lainnya, menentang rencana privatisasi BUMN pemerintah, karena BUMN yang rencananya akan diprivatisasi merupakan badan utama penyangga ekonomi Indonesia,” kata Prabowo.

Ketua Umum Partai Gerindra itu melanjutkan dengan mempertanyakan alasan privatisasi terhadap BUMN seperti PT Jasa Marga. Padahal, menurut dia, cukup hanya dengan duduk saja perusahaan negara tersebut sudah bisa menghasilkan uang. Begitu juga dengan PT Aneka Tambang, Prabowo memohon agar perusahaan ini dijagar agar tidak lepas dari kedaulatan Indonesia.

“KMP akan menjadi benteng pertahanan dalam mempertaruhkan kedaulatan bangsa,” ujar dia.

Dengan begitu, menurut Prabowo KMP akan berada di belakang pemerintah dan Koalisi Indonesia Hebat (KIH) yang disebutnya sebagai benteng terdepan bangsa. “Kalau membela rakyat, KMP dukung Anda. Tapi jika meninggalkan kedaulatan, UUD 45, NKRI, Pancasila, dan Bhineka TunggalIka, KMP akan membela kedaulatan itu hingga titik darah penghabisan,” tutur salah satu Calon Presiden RI pada Pemilu Presiden 2014 silam itu.

Kesebaran Revolusioner Megawati

Sementara Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati saat membuka Kongres IV di Bali membuka rahasia dirinya dan partai berlambang banteng moncong putih. Pertama, Megawati mengungkapkan bagaimana dia bisa bertahan dalam dunia perpolitikan Tanah Air hingga terpilih menjadi Ketua Umum PDI Perjuangan, rahasi tersebut kemudian disebutnya sebagai kesabaran revolusioner.

“Sejak saya bergabung sebagai anggota biasa, lalu menegakkan bendera perjuangan partai, hingga saat ini, karena saya memiliki kesabaran revolusioner,” kata dia.

Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri menyampaikan sambutan pada acara ramah-tamah Kongres IV PDI Perjuangan di Hotel Inna Grand Bali Beach, Bali, Rabu (8/4). (Antara/Andika Wahyu)

Megawati pun menjabarkan rahasia kesabaran revolusioner miliknya. Menurut dia, kesabaran revolusioner adalah berdiam diri, tetapi roh bergerak maju. Selain itu, menurut Megawati, kesabaran revolusioner membuat politik yang dilakukan tidak berdasar pada kemenangan demi sebuah kekuasaan. Tidak ketinggalan, Presiden RI keempat itu menegaskan bahwa dalam perjalanan politiknya berulang kali mendapat pengkhianatan, ditusuk dari belakang, hanya karena motif kekuasaan semata.

“Saya tetap bertahan dan akhirnya lolos dari berbagai cobaan. Kuncinya hanya satu, berpolitik dengan keyakinan penuh idealisme, berprinsip pada keadilan. Kesabaran revolusioner,” tutur dia.

Kala menyampaikan poin-poin kesabaran revolusioner tersebut, Megawati pun mengingatkan kadernya agar bisa bertahan dan senantiasa memberi kontribusi bagi PDI Perjuangan. Bagi kader-kader calon pemimpin dari PDI Perjuangan, Megawati berpesan harus mulai belajar dan menerapkan apa yang namanya kesabaran revolusioner itu.

“Belajar sabar dulu,” ujar dia.

Usai membongkar rahasia politiknya tersebut, Megawati mengingatkan para kader oportunis yang berada di PDI pperjjuangan. Menurut dia, kader oportunis adalah mereka yang tidak mau berjuang, tidak mau bekerja keras, menghimpun rakyat, dan hanya hanya menginginkan kekuasaan.

“Ingatkan mereka soal air mata perjuangan agar mereka berpikir ulang,” tutur Megawati.

Sebelum menyingkap rahasia politiknya, Mega lebih dahulu menyingkap rahasia keberhasilan PDIP menjadi pemenang pemilu setelah satu dasa warsa berada di luar pemerintahan.

Sebelumnya, Ketua Umum PDI Perjuangan itu tidak lupa mengungkap kisah 10 tahun perjuangan partai berlambang moncong putih sebagai oposisi pemerintah. Menurut dia, kematangan PDI Perjuangan, terutama dalam praktik demokrasi, telah membuat segala keputusan yang diambil di PDI Perjuangan berdasarkan pada musyawarah mufakat, bukan voting.

“Segala keputusan di kongres ini sudah dibahas sejak dari bawah, ranting. Konsolidasi partai penuh musyawarah tanpa voting sama sekali,” kata dia.

Kunci kemenangan PDI Perjuangan pada Pemilu Legislatif dan Pemilu Presiden 2014 silam, kata Megawati, adalah hasil gotong royong, semua elemen partai, bekerja bersama-sama untuk satu tujuan yang hanya bisa dicapai lewat kerja sama.

Tanpa gotong royong ini, menurut Megawati, PDI Perjuangan akan tercerai berai. Gotong royong adalah semua bekerja bersama dan berpegang teguh pada ideologi partai, bila ada naik turun dalam perjuangan, itu adalah hal yang wajar.

“Pukulan yang kita berikan, pukulan yang kita terima, adalah irama perjuangan. Gotong royong, itu kekuatan kita, rahasia kekuatan kita. Satu untuk semua, semua untuk satu,” kata dia.

Dengan modal itu, Megawati meminta para kadernya untuk memenangkan kembali Pemilu 2019 mendatang. Dia meminta para kadernya lebih bekerja keras. Karena menurut dia, PDI Perjuangan sebagai partai pelopor memiliki tugas utama membangun kesadaran rakyat, memimpin rakyat.

“Hanya dengan itu, kemenangan di pemilu yang akan datang bisa tercapai,” ujar sang Ketua Umum PDI Perjuangan tersebut.

Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home