Loading...
RELIGI
Penulis: Sabar Subekti 17:52 WIB | Kamis, 10 Oktober 2013

Sidang Raya WCC: Pertemuan Kristen Dunia Paling Beragam

Sekjen WCC, Dr. Olav Fykse Tveit. (Foto: dok.satuharapan.com)

JENEWA, SATUHARAPAN.COM – Sidang Raya ke-10 Dewan Gereja-gereja Dunia (Worls Council of Churches / WCC) yang akan berlangsung akhir Oktober mendatang akan menjadi salah satu pertemuan paling beragam umat Kristen di dunia.

Sidang akan menjadi momentum untuk memperbaharui gerakan oikumene di seluruh dunia yang ditanamkan dengan kejujuran, kerendahan hati dan harapan, kata Sekretaris Jenderal WCC, Dr. Olav Fykse Tveit.

Tveit, seorang pendeta dari Gereja Lutheran di Norwegia itu mengatakan, "Melalui kerendahan hati, kejujuran, dan harapan kita bisa hidup bersama sebagai umat manusia dan Gereja di dunia, di mana keadilan dan perdamaian merupakan inisiatif fundamental dan bukan hanya kata-kata."

Tema sidang merupaka doa, "Allah kehidupan, bimbing  kami menuju keadilan dan perdamaian,” dan akan berlangsung 30 Oktober hingga 8 November di Busan, Korea Selatan.

Sidang akan dihadiri sekitar 3.000 peserta dari Asia, Pasifik, Afrika, Eropa, Timur Tengah, Amerika Utara dan Amerika Latin. Di antara mereka adalah sejumlah besar pemuda, dan akan melibatkan ribuan orang Kristen Korea.

Sidang itu, kata Tveit, menemukan landasan harapannya dalam warisan WCC yang dimulai pada tahun 1948 dan terus dipegang selama 65 tahun terakhir. Gereja-gereja anggota akan memanen buah dari pekerjaan WCC sejak sidang WCC terakhir di Porto Alegre, Brasil, 2006. Ketika itu dibangun arah baru untuk visi ekumene masa depan. Ada 345 gereja anggota di WCC yang akan hadir.

Kesempatan Belajar

"Gereja akan terlibat dalam pembicaraan terbuka dan akuntabel," kata Tveit, tentang isu-isu penting yang akan dibahas, seperti misi dan penginjilan, iman dan ketertiban, keadilan, perdamaian dan persatuan. Dialog ini penting, karena keadilan dan perdamaian menyiratkan secara efektif tentang nilai-nilai inti dari Kerajaan Allah, kehendak Allah, Sang Pencipta," kata dia.

Proposal yang dibuat oleh Komite Pusat WCC membawa jemaat memulai ziarah tentang keadilan dan perdamaian yang dapat menyatukan umat Kristen dengan cara yang unik. Aspek ini, kata dia, juga bergema dalam panggilan dari Paus Fransiskus, di mana dia menyatakan bahwa Gereja untuk melayani dalam keadilan dan perdamaian.

"Ini membuat kita melihat jauh melampaui batas-batas, dan keterbatasan kami dalam perjalanan menuju menjadi Gereja bersama. Sidang akan membawa realisasi dari apa yang telah kita terima. Tapi, kita tidak selesai dengan tugas itu dan harus terus bekerja dan berdoa untuk persatuan umat Kristen," kata dia menegaskan.

Sidang WCC akan menampilkan ekspresi spiritual yang bervariasi dari gereja-gereja di seluruh dunia. Para peserta akan berbagi refleksi dari kesatuan umat Kristen melalui ibadah, belajar Alkitab dan berdoa.

Penyatuan Korea

Penyelenggaraan  sidang di Korea Selatan mempunyai makna signifikan, kata Tveit. "Sidang akan menjadi tempat untuk persekutuan global gereja untuk mengungkapkan solidaritas dengan gereja Korea yang menderita perpisahan dan menyerukan penyatuan semenanjung Korea yang terbelah," kata dia.

Bersamaan dengan itu, Asia menjadi salah satu daerah meningkatnya perekonomian dunia. Tveit melihat potensi yang besar agar sidang memberikan suara kritis dan penuh harapan dalam realitas globalisasi dan paradigma pembangunan yang perlu diubah untuk bersikap adil dan berkelanjutan.

“Sidang WCC untuk gereja-gereja adalah tempat untuk memperkuat pemahaman yang lebih dalam tentang konteks Asia melalui berbagi, peduli dan dialog," kata dia.

"Berdoa bahwa ini adalah sidang di mana kita semua bertemu Allah Kehidupan, dan kita juga berharap untuk maju bersama dalam ziarah tentang keadilan dan perdamaian," kata dia.

Sidang Raya WCC pertama berlangsung di Amsterdam, Belanda pada tahun 1948. Kemudian berturut-turut sidang  diselengarakan di Evanston, Amerika Serikat (1954), New Delhi, India (1961),  Uppsala, Swedia (1968), Nairobi, Kenya (1975), Vancouver, Kanada (1983), Canberra, Australia (1991), Harare, Zimbabwe (1998), dan Porto Alegre, Brasil (2006). (oikoumene.org)

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home